Kisah Abu Ubaidah Ragu Jalankan Perintah Umar Mengeksekusi Khalid bin Walid
loading...
A
A
A
Sama sekali tak terlintas dalam pikirannya, bahwa Abu Ubaidah akan menahan penyampaian soal pemecatan itu atau akan membiarkan Khalid tetap bertugas dalam jabatannya sesudah ia dibebaskan dari jabatan itu.
Setelah lama ia menunggu dan Khalid pun tidak muncul, timbul dugaannya apa yang sudah terjadi itu. Ia sudah dapat menangkap, bahwa Abu Ubaidah dengan segala kehalusan budinya, kelambanan dan sikap rendah hatinya, ia memperkirakan kesedihan yang akan menimpa hati Khalid bila mengetahui tujuan yang diinginkan Amirulmukminin, dan sebagai akibatnya kegelisahan Muslimin dan pasukannya yang akan timbul pada saat-saat yang sangat diperlukan oleh Abu Ubaidah untuk menghindari segala macam kegelisahan dan fitnah.
Adakah kita mengira bahwa Aminul Ummah masih mengharapkan Umar akan menarik kembali perintahnya. Jika keadaan sudah tenang dari nafsu marahnya ia akan menulis surat kepadanya supaya Khalid dikembalikan ke tempat tugasnya semula.
Itu sebabnya ia diam dan akan bersabar sampai badai itu lalu dan orang sudah tak lagi melihat bekasnya. Terpikir oleh Amirulmukminin bahwa memang perasaan ini yang mungkin bergejolak dalam hati Abu Ubaidah, sehingga dengan ketenangan hatinya, dengan sikapnya yang selalu berkepala dingin serta keteguhannya hatinya, ia tak sampai hati melaksanakan sendiri tuduhan itu.
Karenanya ia kemudian menulis surat kepada Khalid memintanya datang untuk memberitahukan persoalan yang oleh Abu Ubaidah masih ditahan-tahan penyampaiannya.
Sesudah Khalid menerima surat itu, tersentak hatinya. Ia melihat apa yang dilakukan Abu Ubaidah itu karena kasihan kepadanya, padahal dia sendiri adalah orang yang suka mengejek perasaan kasihan dan tidak mengenalnya. Ia pergi menemui Abu Ubaidah dengan hati yang bergejolak antara rasa cintanya dengan rasa marah kepadanya.
"Semoga Allah memberi rahmat kepada Anda!" katanya setelah menemuinya. "Apa maksud Anda dengan tindakan Anda itu?! Anda merahasiakan soal yang tadinya sangat ingin saya ketahui!"
Tetapi Abu Ubaidah menjawab dengan kata-kata penuh rasa kasih sayang: "Saya tidak ingin mengejutkan dan membuat Anda terharu dalam hal yang pasti akan demikian. Saya tahu ini akan sangat mengejutkan dan mengharukan Anda."
Setelah lama ia menunggu dan Khalid pun tidak muncul, timbul dugaannya apa yang sudah terjadi itu. Ia sudah dapat menangkap, bahwa Abu Ubaidah dengan segala kehalusan budinya, kelambanan dan sikap rendah hatinya, ia memperkirakan kesedihan yang akan menimpa hati Khalid bila mengetahui tujuan yang diinginkan Amirulmukminin, dan sebagai akibatnya kegelisahan Muslimin dan pasukannya yang akan timbul pada saat-saat yang sangat diperlukan oleh Abu Ubaidah untuk menghindari segala macam kegelisahan dan fitnah.
Adakah kita mengira bahwa Aminul Ummah masih mengharapkan Umar akan menarik kembali perintahnya. Jika keadaan sudah tenang dari nafsu marahnya ia akan menulis surat kepadanya supaya Khalid dikembalikan ke tempat tugasnya semula.
Itu sebabnya ia diam dan akan bersabar sampai badai itu lalu dan orang sudah tak lagi melihat bekasnya. Terpikir oleh Amirulmukminin bahwa memang perasaan ini yang mungkin bergejolak dalam hati Abu Ubaidah, sehingga dengan ketenangan hatinya, dengan sikapnya yang selalu berkepala dingin serta keteguhannya hatinya, ia tak sampai hati melaksanakan sendiri tuduhan itu.
Karenanya ia kemudian menulis surat kepada Khalid memintanya datang untuk memberitahukan persoalan yang oleh Abu Ubaidah masih ditahan-tahan penyampaiannya.
Sesudah Khalid menerima surat itu, tersentak hatinya. Ia melihat apa yang dilakukan Abu Ubaidah itu karena kasihan kepadanya, padahal dia sendiri adalah orang yang suka mengejek perasaan kasihan dan tidak mengenalnya. Ia pergi menemui Abu Ubaidah dengan hati yang bergejolak antara rasa cintanya dengan rasa marah kepadanya.
"Semoga Allah memberi rahmat kepada Anda!" katanya setelah menemuinya. "Apa maksud Anda dengan tindakan Anda itu?! Anda merahasiakan soal yang tadinya sangat ingin saya ketahui!"
Tetapi Abu Ubaidah menjawab dengan kata-kata penuh rasa kasih sayang: "Saya tidak ingin mengejutkan dan membuat Anda terharu dalam hal yang pasti akan demikian. Saya tahu ini akan sangat mengejutkan dan mengharukan Anda."
(mhy)