Ketika Sebuah Cerita Nashruddin Dibaca dan Direnungkan, Sesuatu Akan Terjadi

Senin, 24 Agustus 2020 - 10:31 WIB
loading...
A A A


Ada desah kekaguman. Seorang warga dari desa mereka benar-benar telah diajak bicara oleh raja! Berita menggemparkan tersebut lebih dari cukup bagi orang-orang desa itu. Mereka menyebarkan berita mengagumkan tersebut.

Tetapi pada akhirnya mereka bertanya-tanya apa kiranya yang telah dikatakan kepada Nashruddin.

"Apa yang telah ia katakan -- berbeda jauh dari apa yang kalian duga -- adalah, 'Menyingkirlah dari hadapanku!'"

Orang bodoh tersebut lebih dari puas. Hatinya berbunga-bunga. Bagaimana juga, bukankah ia tidak benar-benar mendengar kata-kata yang digunakan raja; dan melihat orang yang kepadanya hal itu mereka tujukan? ( )

Cerita tersebut sangat populer di antara cerita-cerita rakyat tentang Nashruddin, dan tujuan moralnya yang jelas dimaksudkan kepada orang-orang yang suka menyebut nama orang-orang besar (name droppers). Tetapi makna Sufistik sangatlah penting untuk mempersiapkan pikiran darwis mencapai pengalaman-pengalaman yang menggantikan pengalaman-pengalaman superfisial seperti ini.

Lebih dari menarik untuk mengamati pengaruh dari cerita-cerita Nashruddin terhadap masyarakat secara umum. Mereka yang lebih menyukai emosi-emosi yang lebih biasa dari kehidupan akan condong pada maknanya yang jelas, dan mendesakkan untuk memperlakukannya sebagai lelucon.

Kelompok ini meliputi mereka yang mengumpulkan atau membaca selebaran-selebaran kecil dari lelucon yang lebih jelas, dan yang memperlihatkan kesulitan nyata ketika cerita-cerita metafisis disampaikan kepada mereka. ( )

Nashruddin sendiri menjawab orang-orang seperti ini dalam salah satu dari ceritanya yang tersingkat:

"Mereka mengatakan lelucon-lelucon Anda penuh makna yang tersembunyi. Apakah memang demikian?"

"Tidak!" jawab Nashruddin.

"Mengapa tidak?"

"Sebab aku tidak pernah mengatakan kebenaran dalam kehidupan, meskipun sekali dan Anda pun tidak akan pernah bisa melakukannya."

Idries menjelaskan orang kebanyakan mungkin mengatakan, dengan suatu pengertian yang mendalam, bahwa semua humor adalah benar-benar serius, bahwa setiap lelucon membawa suatu pesan pada suatu tingkatan filosofis, tetapi sistem pesan ini tidak berlaku pada cerita Nashruddin. Seorang humoris yang sinis, seperti bisa diduga, seperti filosuf Yunani, mungkin menunjukkan kerancuan pada pemikiran dan tindakan kita. Ini juga bukan peranan Nashruddin -- sebab pengaruh menyeluruh dari (cerita) Nashruddin merupakan sesuatu yang lebih mendalam. ( )Karena cerita-cerita Nashruddin semuanya memiliki suatu hubungan yang kuat antara satu dengan lainnya dan dengan suatu bentuk realitas yang merupakan ajaran Sufi, maka siklus tersebut merupakan sebagian dari suatu konteks perkembangan sadar yang secara tepat tidak bisa dikaitkan dengan ketajaman dari humoris biasa atau satirisme sporadis dari pemikir formal.

Ketika sebuah cerita Nashruddin dibaca dan direnungkan, sesuatu akan terjadi. Kesadaran akan peristiwa dan keberlangsungan itulah yang merupakan pusat dari Sufisme.

Untuk menjawab pertanyaan, "Metode apakah yang berlaku dalam Sufisme?" Anis Khoja mengatakan, "Tanpa keberlangsungan tidak akan ada Sufisme, tanpa wujud dan menjadi (being and becoming) tidak akan ada Sufisme, tanpa keterkaitan tidak akan ada Sufisme." ( )
(mhy)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5303 seconds (0.1#10.140)