Manat, Tuhan yang Dibuang ke Comberan Bersama Tulang Anjing

Kamis, 29 April 2021 - 16:09 WIB
loading...
Manat, Tuhan yang Dibuang ke Comberan Bersama Tulang Anjing
Ilustrasi/Ist
A A A
AMR BIN JAMUH adalah salah seorang pemimpin Yatsrib masa jahiliyah. Dia kepala suku yang dihormati dari Bani Salamah. Seorang penduduk Madinah yang sangat pemurah dan memiliki peri kemanusiaan yang tinggi. Sudah menjadi adat bagi para bangsawan jahily menempatkan patung di rumah mereka masing untuk pribadi mereka.



Pertama, supaya mereka dapat mengambil berkat dan memuja patung tersebut setiap pagi dan petang.

Kedua, untuk memudahkan mereka meletakkan kurban suci di altar pada waktu-waktu tertentu.

Ketiga, supaya mereka dapat mengadukan keluhan-keluhan mereka setiap waktu diperlukan. Patung di rumah ‘Amr bin Jamuh bernama “Manat”. Patung itu terbuat dari kayu. Buatannya indah dan mahal harganya. Guna perawatannya ‘Amr bin Jamuh perlu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Patung itu selalu dibersihkan dan diminyakinya dengan wangi khusus dan mahal.

Tatkala cahaya iman mulai merambat di Yatsrib dari rumah ke rumah, usia ‘Amr bin Jamuh sudah lewat enam puluh tahun. Tokoh dakwah Islamiah yang pertama-tama aktif di Yatsrib ialah Mush’ab bin Umair. Tiga orang putera Amr bin Jamuh, yaitu Mu’awwadz, Mu’adz dan Khallad, serta seorang kawan sebaya mereka, yaitu Mu’adz bin Jabal, telah masuk Islam atas dakwah Mush‘ab bin Umair.

Bersama ketiga putra Amr, ibu mereka Hindun memeluk Islam. Amr tidak mengetahui kalau kedua putera dan isterinya telah masuk Islam. Hindun, mengetahui bahwa Islam telah menjadi agama penduduk Yatsrib. Para bangsawan dan kepala-kepala suku telah banyak masuk Islam. Yang belum masuk Islam hanya suaminya dan beberapa orang lain yang jumlahnya tidak seberapa.

Hindun mencintai suaminya dan hormat kepadanya. Dia khawatir kalau suaminya mati kafir lalu masuk neraka. Tetapi sebaliknya Amr selalu pula kuatir keluarganya akan meninggalkan agama nenek moyang mereka. Dia takut putera-puteranya terpengaruh oleh dakwah yang dilancarkan Mush’ab bin ‘Umair. Karena dalam tempo singkat Mush’ab berhasil mengubah agama orang banyak dan menjadikan mereka muslim.



Amr berkata kepada isterinya, “Hai, Hindun! Hati-hatilah menjaga anak-anak, agar mereka jangan sampai bertemu dengan orang itu (Mush ‘ab bin ‘Umair)!”

Jawab istrinya, “Adinda patuhi nasihat kakanda. Tetapi pernahkah kakanda mendengar putera kakanda Mu ‘adz bercerita mengenai orang itu?”

“Celaka! Apakah Mu’adz telah masuk agama orang itu?“ tanya ‘Amr gusar.

Wanita yang saleh itu kasihan melihat suaminya yang sudah tua. “Tidak! Bukan begitu! Tetapi Mu’adz pernah hadir dalam majelis orang itu, dia ingat kata-katanya,” jawab isterinya menenteramkan hati ‘Amr.

“Panggillah dia kemari!” pinta suaminya.

Ketika Mu’adz hadir di hadapan ayahnya, Amr berkata, “Coba baca kata-kata yang pernah diucapkan orang itu. Bapak ingin mendengarkannya. Mu’adz membacakan surat Al-Fatihah kepada bapaknya.

“Alangkah bagus dan indahnya kalimat itu,” kata Amr. “Apakah setiap ucapannya seperti itu?” tanya Armr kemudian.

“Bahkan lebih bagus dari itu. Bersediakah Bapak bai’at dengannya? Rakyat Bapak telah bai’at semuanya dengan dia,” kata Mu’adz.

Orang tua itu diam sebentar. Kemudian dia berkata, “Saya tidak akan melakukannya sebelum musyawarah lebih dahulu dengan ‘Manat’. Saya menunggu apa yang dikatakan Manat.”

“Bagaimana Manat bisa menjawab? Bukankah itu benda mati tidak bisa berpikir dan tidak bisa berbicara?” kata Mu’adz.

“Saya katakan kepadamu, saya tidak akan mengambil keputusan tanpa dia!” kata ‘Amr menegaskan.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1711 seconds (0.1#10.140)