Inilah Hikmah dan Manfaat Puasa Sunnah Syawal

Minggu, 16 Mei 2021 - 15:25 WIB
loading...
Inilah Hikmah dan Manfaat Puasa Sunnah Syawal
Puasa sunnah menjadikan seorang muslim meningkat derajatnya dalam kedekatan dengan Allah ta’ala. Foto ilustrasi/SINDOnews
A A A
Setelah menyelesaikan puasa Ramadhan, umat Islam juga dianjurkan mengamalkan 6 hari puasa Syawal setelah merayakan Idul Fitri. Banyak keistimewaan dan hikmah serta manfaat dari puasa Syawal ini. Apa saja hikmah dan manfaatnya ?

Anjuran melaksanakan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal, tercantum dalam hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berikut ini: Dari Abu Ayub Al-Anshari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa berpuasa ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa selama 6 hari di bulan syawwal, maka seolah-olah ia telah berpuasa dahr penuh.” (HR. Muslim)



Hadis ini merupakan dalil yang menunjukkan keutamaaan puasa 6 hari pada bulan syawwal, dan yang dimaksud dengan “ad-Dahr” di sini adalah setahun, maknanya, seakan-akan ia telah berpuas setahun penuh. Disebutkan dalam riwayat an-Nasa-i,

جعل الله الحسنة بعشرة أمثالها. فشهر بعشرة أشهر، وصيام ستة أيام بعد الفطر تمام السنة

“Allah menjadikan kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. (puasa) sebulan dibalas dengan (pahala puasa) 10 bulan, dan berpuasa selama 6 hari (di bulan Syawwal) setelah idul fithri sebagai penyempurna (puasa) setahun.” (HR. an-Nasa-i, di dalam al-Kubra 2/162 dari hadis Tsuban)



Mengutip tulisan Ustadz Amar Abdullah bin Syakir, dai yang aktif di Yayasan Hisbah, dijelaskan, bahwa hadis ini termasuk karunia Allah yang diberikan kepada hambaNya, mendapatkan pahala puasa setahun dengan tanpa kepayahan. Dan inilah hikmah dilakukannya puasa (sunnah) 6 hari (di bulan Syawwal). Wallahu a’lam.

Oleh karenanya, selayaknya seorang muslim berpuasa 6 hari ini agar ia mendapatkan keuntungan dengan meraih keutamaan yang agung ini. Dan, merupakan pertanda diterimanya ketaatan adalah disambungnya ketaatan tersebut dengan ketaatan yang lainnya. Puasa hari-hari ini (yakni, 6 hari di bulan Syawwal) merupakan dalil yang menunjukkan kesukaan pelakunya terhadap puasa dan bahwa ia tidak merasa bosan untuk melakukannya, tidak pula merasa berat.



Seperti diketahui puasa termasuk amal yang paling utama dalam Islam. Dan di antara buah dari puasa sunnah adalah bahwa hal tersebut menambal kekurangan yang terjadi pada perkara fardhu yang telah dilakukan.

Dalam hal tersebut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat, ar-rabb tabaraka wata‘ala berfirman,

انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ كَذَلِكَ

“Lihatlah apakah hambaku mempunyai amal sunnah? maka dengan amal sunnah tersebut Allah menyempurnakan kekurangan amal fardhu yang telah dikerjakannya. Kemudian, seluruh amalnya demikian halnya.” (HR. an-Nasa-i, di dalam al-Kubra 2/162 dari hadis Tsuban)



Demikian juga, puasa sunnah menjadikan seorang muslim meningkat derajatnya dalam kedekatan dengan Allah ta’ala. Mendapatkan tambahan kecintaan dariNya. Seperti dalam hadis qudsi,

“ما تقرّب إلى عبدي بأفضل مما افترضته عليه، ولا يزال عبدي يتقرب إليّ بالنوافل حتى أحبّه… الحديث”

“Tidaklah seorang hamba bertaqaruub (mendekatkan diri) kepadaKu dengan sesuatu yang lebih utama daripada dengan apa yang Aku fardhukan kepadanya, dan seorang hamba yang terus bertaqarrub (mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah hingga aku pun mencintainya… al-hadis.” (HR. al-Bukhari)

Yang utama adalah hendaknya puasa 6 hari ini dilakukan secara berurutan. Boleh juga untuk dilakukan secara terpisah selama dalam bulan syawwal. Berkata di dalam Subulus Salam, “Dan ketahuilah bahwa pahala puasanya diperoleh bagi orang yang berpuasa secara terpisah maupun secara berurutan, baik hal tersebut dilakukan setelah ‘idul fithri atau di pertengahan bulan, (Subulussalam, 2/331).
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1855 seconds (0.1#10.140)