Pentingnya Tawakal dan Sabar Menghadapi Ujian Dunia

Selasa, 24 Agustus 2021 - 07:08 WIB
loading...
Pentingnya Tawakal dan Sabar Menghadapi Ujian Dunia
ilustrasi. Foto istimewa
A A A
Tawakal adalah keyakinan sepenuh hati seorang hamba dalam menyerahkan dan memasrahkan segenap urusannya kepada Rabbnya. Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan kita selaku orang yang beriman untuk tawakal kepada-Nya semata. Sebagaimana firman-Nya:

وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.” (QS Al Maidah : 23)



Sikap tawakal ini juga merupakan implementasi dan bukti doa yang sering diucapkan seorang hamba: hasbunallāh wa ni’mal wakīl. Dalam sebuah ceramahnya, Ustadz Nofriyanto, M.Ag, yang juga dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Unida Gontor memaparkan, doa tersebut pula yang menjadikanna pribadiyang sabar terhadap segala bentuk cobaan dan ujian yang datang silih berganti.

Menurutnya, yakin akan hikmah-Nya, percaya sepenuhnya bahwa Allah akan senantiasa menolong hamba-hamba-Nya yang beriman. Tidak pernah sekalipun ragu bahwa kebenaran al-Haq itulah yang tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya. Sabar, istiqamah , konsisten di atas jalan kebenaran. Sebagaimana mengingatkan kita kepada untaian kata sahabat mulia Hubaib radiyallahu ‘anhu. Ia diancam oleh orang-orang musyrik. Namun ia tetap beriman dan tak takut mati selama di atas jalan kebenaran.

Sikap sabar Hubaib terekam abadi dalam lembaran sejarah emas umat Islam melalui untaian kata-katanya,

فَلَسْتُ أُبَالِي حِينَ أُقْتَلُ مُسْلِمًا، عَلَى أَيِّ جَنْبٍ كَانَ لِلَّهِ مَصْرَعِي، وَذَلِكَ فِي ذَاتِ الْإِلَهِ، وَإِنْ يَشَأْ يُبَارِكْ عَلَى أَوْصَالِ شِلْوٍ مُمَزَّعِ

“Aku tak peduli meskipun harus terbunuh dimanapun aku berada, selama aku masih seorang muslim dan hanya untuk Allah kematianku. Karena yang demikian seandainya pun terjadi jika Dia berkehendak, maka Ia akan memberkahi semua persendian jasad yang terpisah.” (HR. Al-Bukhari no. 3989)



Perubahan situasi, kondisi, dan besar juga beratnya ujian tidak akan mengubah kondisi orang yang sabar dan tawakal. Mereka akan tetap beriman sebagaimana mereka akan tetap bersyukur. Sebagaimana yang disampaikan Allah subhanahu wata’ala dalam firman-Nya,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّعْبُدُ اللّٰهَ عَلٰى حَرْفٍۚ فَاِنْ اَصَابَهٗ خَيْرُ ِۨاطْمَـَٔنَّ بِهٖۚ وَاِنْ اَصَابَتْهُ فِتْنَةُ ِۨانْقَلَبَ عَلٰى وَجْهِهٖۗ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَۗ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِيْنُ

“Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 11)

Dalam ayat lain, kata Ustadz Nofriyanto, Allah menyebutkan di antara sifat orang-orang yang mendapatkan rahmat dan petunjuk-Nya yaitu orang-orang yang sabar terhadap ujian serta tetap konsisten dan istiqamah melaksanakan kebajikan dan beribadah kepada-Nya. Ayat tersebut ialah,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ. اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)



Dalam ayat ini Allah memuji para hamba-Nya yang beriman. Yaitu orang-orang yang tetap konsisten dan istiqamah beribadah kepada-Nya padahal kondisi dan situasi tidak mendukung sama sekali.

Mereka tetap tunduk, taat, dan patuh menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-larangannya. Bagi orang-orang seperti ini Allah berikan ganjaran khusus keutamaan untuk mereka. Sebagaimana yang disampaikan oleh baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ

“Ibadah dalam kondisi huru-hara bagiku sama seperti melakukan hijrah.” (HR. Muslim No. 2948)

Dan Demi Allah Dzat Yang Maha Agung hendaklah kalian bertakwa, dan jangan pernah menjual kemuliaan-Nya dengan berlumur dosa!



Dunia Sebagai Tempat Ujian

Ustadz Nofriyanto juga menjelaskan, bagaimana sesungguhnya Allah telah menjadikan dunia ini sebagai tempat ujian, cobaan kesulitan dan pilihan. Bukan tempat untuk berleha-leha dan santai apalagi berfoya-foya. Allah telah sediakan bagi para hamba-Nya mampu bersabar dengan semua itu pahala yang besar dan sebaik-baiknya ganjaran.

Semakin sabar seorang hamba maka semakin tinggi dan semakin mulia derajatnya di sisi Allah. Hal ini sebagaimana sabda baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seseorang yang mengatakan bahwa ada seorang berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku sangat mencintaimu.”

Beliau bersabda, “Perhatikan apa yang kamu katakan.”

Dia berkata lagi, “Demi Allah sungguh aku sangat mencintaimu.”

Nabi bersabda lagi, “Perhatikan apa yang kamu katakan.”



Dia berkata lagi, “Demi Allah sungguh aku sangat mencintaimu.”

Tiga kali dia mengucapkannya, lalu beliau bersabda,

إِنْ كُنْتَ تُحِبُّنِي فَأَعِدَّ لِلْفَقْرِ تِجْفَافًا فَإِنَّ الْفَقْرَ أَسْرَعُ إِلَى مَنْ يُحِبُّنِي مِنْ السَّيْلِ إِلَى مُنْتَهَاهُ

“Jika kamu mencintaiku, maka persiapkanlah perisai untuk kefakiran, karena kefakiran lebih cepat kepada orang yang mencintaiku melebihi aliran menuju hilir.” (HR. At-Tirmidzi No. 2350) hadis ini derajatnya hasan gharib.

Di hadis yang lain, dari Mush’ab bin Sa’d, dari bapaknya, ia berkata, saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapa manusia yang paling berat cobaannya?”

Beliau menjawab, “Para Nabi, lalu orang-orang yang semisal mereka dan orang-orang yang semisal mereka. Seseorang diuji sesuai dengan kadar agamanya, jika agamanya kuat maka ujiannya akan berat. Jika agamanya lemah maka diuji dengan sesuai kadar agamanya. Tidaklah ujian itu berhenti pada seorang hamba sampai Allah membiarkannya berjalan di muka bumi tanpa mempunyai kesalahan.” (HR. At-Tirmidzi No. 2398)



Para nabi adalah hamba yang paling mulia di sisi Allah, paling dicintai-Nya sekaligus paling disayangi-Nya. Kedudukan yang tinggi ini sesuai dengan berat dan besarnya ujian yang harus dihadapi.

Ada di antara mereka yang diuji dengan hilangnya harta benda dan keluarga. Ada yang diuji dengan penyakit. Ada yang diuji dengan pembangkangan keluarga. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang harus meregang nyawa karena ulah dan tingkah laku pembangkangan kaumnya.

Namun mereka tetap sabar, tetap istiqamah di jalan risalah. Ibarat bahtera yang tak pernah karam meskipun ombak dan hujan badai menerpa. Tidak barang satu langkah pun mereka berpaling dari-Nya.

Semua itu karena mereka yakin, bahwa berpaling dari Allah subhanahu wata’ala dan tidak sabar akan semua cobaan dan ujian-Nya sama sekali tidak akan pernah bisa mengembalikan apa yang telah hilang. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan oleh baginda Nabi,

‌عِظَمُ ‌الْجَزَاءِ ‌مَعَ ‌عِظَمِ ‌الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan, dan apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Ia akan menguji mereka, apabila mereka ridha dengan keputusan-Nya maka bagi merekalah keridhaan Allah, dan sebaliknya apabila mereka benci dengan keputusan-Nya, maka bagi mereka pula kebencian Allah.” (HR. At-Tirmidzi No. 4031) hadis ini derajatnya hasan.



Karena itu, betapa beruntungnya nasib hamba yang bisa bersabar dan bertawakal kepada Allah saat ditimpa ujian dan cobaan. Bersabarlah jika diuji oleh Allah! Bersandarlah kepada-Nya, menunduk dan merendahlah di depan hadirat-Nya! Dan ingatlah selalu pesan Nabi-nya, “Man yuridillah bihi khairan yushib minhu,” barang siapa yang Allah kehendaki untuk meraih kebaikan, makai akan diuji. Ia akan diuji dengan musibah-musibah duniawi, jika ia mampu bersabar Allah akan menjaganya dari musibah-musibah yang menimpa agamanya.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3249 seconds (0.1#10.140)