Kesaksian Amr bin Maimun Detik-Detik Syahidnya Umar bin Khattab

Sabtu, 18 Desember 2021 - 13:13 WIB
loading...
Kesaksian Amr bin Maimun Detik-Detik Syahidnya Umar bin Khattab
Umar bin Khattab syahid diserang pembunuhnya saat mengimami sholat. (Foto/Ilustrasi : ArtStation)
A A A
Imam Ibnul Jauzi dalam buku berjudul "Uyun Al-Hikayat Min Qashash Ash-Shalihin wa Nawodir Az-Zahidin" mengutip kisaksian Amr bin Maimun yang bercerita tentang syahidnya Khalifah Umar bin Khattab . Amr mengaku mengikuti beberapa hari sebelum Umar diserang pembunuhnya sampai pemakaman sahabat Nabi tersebut.

Beberapa hari sebelum diserang, Umar bin Khattab berkata kepada Hudzaifah bin Al-Yaman dan Utsman bin Hunaif, “Apa yang kalian berdua telah lakukan? Apakah kalian berdua takut jika menanggung tanah yang tidak mampu kalian panggul?”

Keduanya menjawab, “Saya menanggung beban itu dengan ketaatan.”

Umar berkata, “Perhatikanlah, apakah kalian berdua menanggung amanah tanah yang tidak dapat kalian pikul?”

Keduanya menjawab, “Tidak.”

Umar berkata, “Jika Allah memberikan saya kesempatan, saya akan berusaha membuat para janda penduduk Irak tidak memerlukan seseorang untuk membantu mereka, setelahku!”

Belum lagi lewat empat hari setelah ucapannya, Umar kemudian terbunuh.



Amr bin Maimun mengatakan dirinya berdiri dekat dengan Umar bin Al-Khattab dan hanya diselingi oleh Abdullah bin Abbas, saat dia terbunuh. Saat itu, ketika dia melewati di antara dua shaf, dia berkata, “Luruskanlah barisan kalian”.

Dan jika dia tidak melihat ada celah yang kosong di antara shaf, dia segera maju dan mengucapkan takbiratul ihram. Saat itu dia membaca surat Yusuf dan An-Nahl, atau sejenisnya, pada rakaat pertama, hingga manusia seluruhnya berkumpul untuk shalat.

Pada saat itu tiba-tiba dia bertakbir, kemudian saya dengar dia mengucap, “saya dibunuh -—atau dimakan anjing,” saat dia ditusuk.

Kemudian pembunuhnya bergerak dengan pedangnya yang bermata dua, dan menusuk ke kanan dan kirinya, hingga dia menusuk tiga belas orang, tujuh orang di antaranya mati.

Salah seorang jamaah yang melihat hal itu segera melemparkan selendang besarnya kepadanya, sehingga orang itu terjebak di bawah selendang itu. Dan ketika dia berpikir tidak dapat melarikan diri, dia segera membunuh dirinya.

Umar pun menarik tangan Abdurrahman bin Auf untuk maju menggantikan dirinya sebagai imam sholat.

Orang yang berdiri sholat dekat Umar melihat apa yang terjadi, sedangkan orang-orang yang berada di penjuru-penjuru masjid, mereka tidak mengetahui apa yang terjadi, hanya saja mereka tidak mendengar suara Umar. Sehingga mereka mengucapkan “Subhanallah! Subhanallah!”

Kemudian Abdurrahman mengimami sholat mereka dengan sholat yang ringkas.

Ketika jamaah sholat telah pulang, Umar berkata, “Wahai Ibnu Abbas, perhatikan siapa yang telah membunuhku?” Maka Ibnu Abbas meninggalkannya sebentar, kemudian kembali lagi, dan berkata, “Yang melakukan adalah hamba sahaya Al-Mughirah.”

"Si perajin besi itu?”

“Benar”

“Semoga Allah membunuhnya, padahal saya telah berlaku baik kepadanya. Segala puji bagi Allah yang tidak membuat kematianku di tangan seseorang yang mengaku pemeluk Islam. Engkau dan ayahmulah yang sebelumnya berinisiatif memberi izin orang-orang non-Islam masuk ke Madinah--Abbas adalah orang yang banyak memiliki budak."

“Jika engkau mau, saya akan kerjakan.” Maksudnya, "jika engkau mau, saya akan bunuh mereka.”

“Engkau dusta, setelah mereka berbicara dengan lisan kalian (bisa berbahasa Arab), mereka sholat menghadap kiblat kalian, dan melaksanakan haji seperti kalian.”



Kemudian Umar dibawa ke rumahnya. Maka kami pun berjalan mengikutinya. Saat itu, umat Islam seakan belum pernah mendapatkan musibah sebesar itu.

Ada yang berkata, “Dia akan baik-baik saja” Dan ada pula yang berkata, “Saya khawatir dia akan mati” Maka kepada Umar diberikan nabidz, dan dia pun meminumnya. Namun nabidz itu keluar dari tubuhnya. Demikian juga kepadanya diberikan susu, namun susu itu keluar dari tubuhnya. Melihat itu, mereka segera tahu bahwa Umar akan mati.

Maka kami masuk menemuinya. Orang-orang pun memujinya. Kemudian datang seorang pemuda, yang berkata, “Bergembiralah, wahai Amirul Mukminin. Allah akan memuliakanmu dengan kedudukanmu sebagai sahabat Rasulullah SAW, dan peranmu sebagai generasi pertama Islam. Demikian juga jasamu yang telah memimpin umat Islam dan berlaku adil terhadap rakyat, dan selanjutnya engkau mendapatkan syahadah.”

Umar menjawab, “Saya hanya berharap Allah menerimaku dengan bersih, tanpa menanggung kesalahan.”

Ketika pemuda itu berjalan keluar, Umar melihat baju pemuda itu menyentuh tanah. Maka Umar memerintahkan agar anak muda itu disuruh kembali. Kemudian Umar berkata kepadanya, “Hai anak saudaraku, angkatlah bagian bawah pakaianmu itu, karena itu akan lebih menjaga kesucian pakaianmu dan membuatmu lebih bertakwa kepada Tuhanmu."

Lalu Umar berkata kepada anaknya, “Hai Abdullah, lihatlah apakah saya punya hutang” Maka orang-orang menghitung hutangnya. Dan mereka mendapati jumlahnya delapan puluh enam ribu dirham -atau sekitar itu.

Dia berkata, “Jika harta Umar mencukupi, maka bayarlah dari hartanya. Sedangkan jika tidak cukup, maka mintalah kepada orang-orang suku Adi bin Ka'b. Dan jika harta mereka tidak cukup, maka mintalah kepada suku Ouraisy, dan jangan meminta kepada selain mereka. Bayarlah hutangku."

"Kemudian datanglah kepada Aisyah ummul Mukminin , dan katakanlah: 'Umar mengucapkan salam kepadamu, jangan katakan saya sebagai Amirul Mukminin, karena saya sejak hari ini bukan lagi Amir bagi kaum mukminin. Katakan padanya, bahwa Umar bin Al-Khattab meminta izin untuk dimakamkan di samping dua sahabatnya”



Abdullah bin Umar pun pergi, menemui Aisyah, dan meminta izin. Dia kemudian masuk ke kediaman Aisyah dan mendapatinya sedang duduk, sambil menangis. Abdullah bin Umar berkata, “Umar bin Al-Khattab mengucapkan salam kepadamu, dan meminta izin untuk dikuburkan bersama kedua sahabatnya.”

Aisyah menjawab, “Saya sebetulnya menginginkan agar saya dikuburkan di tempat ini. Namun pada hari ini, saya memberikan tempat itu baginya."

Ketika Abdullah bin Umar kembali ke tempat Umar, maka orang-orang berkata, “Ini Abdullah bin Umar telah datang.”

Umar berkata, “Tolong bantu saya duduk”.

Dan seseorang membantunya bersandar. Umar bertanya, “Bagaimana kabar urusanmu?”

Ibnu Umar menjawab, “Sesuai yang engkau inginkan, wahai Amirul Mukminin. Aisyah telah memberikan izin.”

Umar berkata, “Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Tidak ada sesuatu yang lebih penting bagiku dari hal itu. Jika saya telah mati, maka bawalah saya. Kemudian ucapkanlah salam. Dan katakan, bahwa Umar bin Al-Khattab meminta izin dikuburkan. Jika Aisyah mengizinkan, maka masukkanlah saya ke kubur itu. Sementara jika dia menolak, maka bawalah saya tempat penguburan kaum muslimin.”

Ummul Mukminin, Hafshah pun datang, dan perempuan-perempuan datang bersamanya. Dan ketika kami melihatnya, maka kami pun keluar dari tempat itu. Dan dia pun masuk ke tempat Umar, kemudian dia menangis beberapa saat di situ.

Kemudian para lelaki meminta izin kepadanya untuk menemui Umar, maka dia pun masuk ke bagian dalam rumah, dan kami kemudian dengar suara tangisnya dari dalam. Mereka pun kemudian berkata, “Berikanlah wasiat, wahai Amirul Mukminin. Tunjuklah siapa penggantimu sebagai pemimpin umat Islam.”

Umar bin Al-Khathab berkata, “Tidak ada orang yang lebih berhak terhadap kepemimpinan ini kecuali orang-orang yang saat Rasulullah SAW wafat adalah orang yang beliau ridhai”

Umar pun menyebut nama Ali, Utsman, Zubair, Thalhah, Saad, dan Abdurrahman bin Auf.

Selanjutnya Umar berkata, “Yang akan menjadi saksi adalah Abdullah bin Umar, dan dia tidak boleh dipilih menjadi pejabatnya. Sebagai bentuk bela sungkawa dia. Jika kepemimpinan itu jatuh kepada Saad, maka terimalah. Jika tidak, maka pilihlah dari kalian siapa yang akan kalian minta untuk menjadi pemegang kepemimpinan, dan saya tidak menurunkannya karena kelemahannya atau khianatnya.”

Umar kembali berkata, “Saya wasiatkan khalifah setelahku, kepada kalangan muhajirin yang pertama, agar hak mereka diketahui, dan kemuliaan mereka dijaga. Juga saya berikan wasiat bagi kalangan Anshar dengan kebaikan, yaitu mereka yang menempati Madinah dan beriman sebelum mereka. Semoga kebaikan mereka diterima, dan kesalahan mereka diampuni."

"Demikian juga saya berwasiat dengan kebaikan bagi para penduduk kota-kota lainnya. Mereka adalah benteng Islam, sumber keuangan umat Islam, dan yang menyebabkan kecemburuan musuh. Agar dari mereka tidak diambil kecuali apa yang lebih dari kebutuhan mereka, dan dilakukan dengan keridhaan mereka."

"Juga aku wasiatkan bagi bangsa-bangsa Arab dengan kebaikan. Karena mereka adalah asal Arab dan tulang punggung Islam, dan dari mereka hanya boleh diambil sisa-sisa harta mereka, yang kemudian harta itu dikembalikan kepada orang-orang fakir dari mereka. Saya juga berwasiat dengan jaminan Allah dan jaminan Rasul-Nya agar janji mereka dipenuhi, mereka dibela dari serangan orang-orang yang memusuhi mereka, dan agar mereka tidak dibebani kecuali sesuai kemampuan mereka.”

Ketika dia wafat, maka kami mengusung mayatnya, dan kami pun berjalan. Kemudian Abdullah bin Umar berkata, “Umar bin Al Khattab meminta izin agar dikuburkan di sini.”

Aisyah berkata, “Masukkanlah dia” Maka mereka pun memasukkannya ke tempat itu, dan selanjutnya diletakkan dalam kuburnya bersama kedua sahabatnya.”

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1621 seconds (0.1#10.140)