Kisah Nabi Hanzalah, Dakwah di Tengah Kaum Rass yang Gemar Seks Menyimpang
loading...
A
A
A
Nabi Hanzalah bin Shafwan diutus Allah Taala di tengah-tengah kaum Rass, yakni kaum keturunan Tsamud pada era Nabi Shaleh AS . Selain penyembah pohon, kaum Rass juga melakukan seks menyimpang yakni gemar melakukan anal seks.
Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di atau As-Sa'di (1889-1957) mengatakan, Allah membinasakan penduduk Rass karena mereka menggauli wanita pada duburnya dan mereka tidak beriman kepada nabi mereka, Hanzhalah bin Shafwan.
Sa’id bin Jubair mengatakan bahwa kaum Rass memiliki seorang nabi bernama Hanzalah ibn Safwan, dan mereka membunuhnya dan Tuhan Yang Maha Kuasa menghancurkan mereka.
Hal senada juga disampaikan sahabat nabi terkemuka, Ikrimah bin Abu Jahal. Menurut dia, kaum Rass ini adalah orang-orang yang menambatkan Nabi mereka di sumur dan dia meninggal, dan Tuhan menghancurkan mereka.
Jumlah Nabi dan Rasul
Di luar yang wajib diimani umat Islam yang 25 nabi dan rasul, jumlah nabi sangatllah banyak. Ulama berbeda pendapat soal ini. Ada yang menyebutkan jumlah nabi mencapai 124.000 orang sedangkan jumlah rasul sebanyak 313 orang, sebagaimana yang di riwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar ra .
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." ( QS Ghafir : 78)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan ayat tersebut sama seperti apa yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat An-Nisa, yakni "di antara mereka ada yang Kami ceritakan kisahnya kepadamu bersama kaumnya masing-masing, bagaimanakah kaum mereka mendustakan mereka, kemudian pada akhirnya kesudahan yang baik dan pertolongan hanyalah bagi para rasul."
Selanjutnya, Allah Taala juga berfirman:
dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu ( QS Al-Mu’min : 78)
Ibnu Katsir menafsirkan: "Mereka yang tidak Kami ceritakan kisahnya kepadamu jumlahnya jauh lebih banyak berkali-kali lipat, seperti yang telah diingatkan hal tersebut dalam surat An-Nisa."
Keturunan Nabi Ismail
Sejumlah ulama menyebut, salah satu nabi itu adalah Nabi Hanzhalah bin Shafwan. Hanya saja, terkait nasab dan asal-usul Nabi Hanzhalah bin Shafwan, ulama dan ahli sejarah berbeda pendapat.
Ada ulama yang menuturkan bahwa beliau termasuk anak keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim AS. Nabi Hanzhalah diutus oleh Allah SWT untuk Ashabur Rass (kaum Rass).
Kaum Rass sendiri terdirí dari dua kabilah, yaitu Adman dan Yaamin. Menurut satu pendapat bernama Ra'wil dan bertempat di Yaman. Kemudian Nabi Hanzhalah pun melaksanakan perintah Allah di antara mereka, namun mereka malah membunuhnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa Ashabur Rass ini berasal dari Himyar. Nabi Hanzhalah berasal dari keluarga al-Aqyun yang diutus kepada kaum al-Rass di wilayah Hadhramaut.
Allah SWT berfirman:
"Dan (Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut." ( QS Al-Furqan : 38)
Gandengan nama kaum Rass dengan kaum 'Aad dan Tsamud, mengindikasikan bahwa mereka, kaum Rass pernah menduduki Hadramaut setelah kaum 'Aad dan Tsamud. Hal ini dikatakan oleh sebagian ulama seperti al Muzani dan Ibnu Abi Hurairah dari Syafi'iyyah, Abi Musa dari Hanafiyyah dan lainnya dengan hujah "dalalatul iqtiron" (indikasi sambungan) dalam ayat tersebut.
Dalam kitab "Kharidatul Ajaib" menjelaskan bahwa Hadramaut terletak disebelah timur negeri Yaman, dan di sana terdapat Ashabur Rass, kaum Nabi Hanzhalah.
Dalam kitab "al Iklil" juz pertama, Al-Hamdany berkata al Harits bin Qahthan bin Hud mempunyai keturunan bernama Qaynan, mereka dipanggil "al-Aqyun". Mereka termasuk dari golongan Himyar yaitu sekelompok masyarakat dari kaum Hanzhalah bin Shafwan.
Seorang muhaddits terkenal, Muhammad bin Ahmad Aqilah di dalam karyanya "Nuskhatu al-Jud fii al Akhbar 'an al-Wujud" punya pendapat berbeda. Menurutnya, orang-orang yang beriman kepada Shaleh AS mereka pergi ke negara Yaman. Sebagian dari mereka bertempat di 'Aden, mereka adalah kaum Bi'ir Mua'tholah (Sumur Mati), dan sebagian lainnya ke Hadramaut, yaitu kaum Qashr Masyid (ahli dalam arsitektur bangunan tinggi). Dan tidak beberapa lama dari kurun mereka, terdapat Ashabur Rass yang menempati Hadramaut.
Kaum Tsamud yang Beriman
Imam al-Baghawi mengutip riwayat dari Abu Rauq dari Dhahhaq bahwa sumur Bi'ir Mua'thalah terletak di Hadhramaut di satu daerah yang disebut Hadura'. Mereka adalah terdiri 4000 orang kaum Tsamud yang beriman kepada Nabi Shaleh sehingga selamat dari azab Allah SWT. Mereka mengungsi ke Hadramaut bersama Nabi Shaleh AS.
Dikisahkan, tatkala mereka sampai, wafatlah Nabi Shaleh, dan daerah itu dinamai Hadramaut; karena sesampainya Nabi Shaleh ke daerah ini, beliau wafat.
Riwayat ini berbeda sama sekali dengan apa yang ditulis Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”.
Dalam buku tersebut dikisahkan, begitu Allah akan menurunkan azab kepada kaum Tsamud, Allah mewahyukan kepada Nabi Shaleh untuk pergi dari tengah-tengah kaum Tsamud beserta orang-orang yang beriman.
Setelah mendapatkan perintah tersebut, Nabi Shaleh pergi beserta orang-orang mukmin ke daerah Syam; lalu mereka menetap di Palestina. Setelah dari Palestina, Nabi Shaleh pergi menuju Mekkah. Dia terus menetap di Mekkah hingga wafatnya.
Nabi Shaleh meninggal kira-kira dalam umur 180 tahun. Abdurrahman bin Sabith mengatakan, “Antara Rukun dan Maqam Ibrahim telah dikuburkan tujuh puluh nabi. Di antara mereka adalah Nabi Hud AS, Nabi Shaleh AS, dan Nabi Isma’il AS.”
Menyembah Berhala
Kembali ke pendapat Imam al-Baghawi. Menurut dia, kaum Nabi Shaleh yang tinggal di daerah "Sumur Mati" memakmurkan tempat tersebut. Namun setelah beberapa kurun, mereka beralih menyembah patung dan menjadi kafir. Pada saat itulah Allah mengutus Nabi Hanzhalah bin Shafwan.
Hanya saja, mereka keras kepala bahkan membunuh Nabi Hanzhalah. Selanjutnya Allah mengazab mereka dengan memberhentikan sumur mereka dan dihancurkan pula istana-istana mereka hingga lenyap.
Sedangkan Abu Al-Hasan Al-Kisa'i dalam kitabnya "Mubtada' Al-Khalq" Ka'bul Ahbar mengatakan: "Ashabur Rass berkembang ketururan di Hadhramaut, mereka membangun bangunan kota sepanjang 40 mil, dengan panjang yang sama.
Mereka juga membuat saluran air dari dalam tanah yang dinamai dengan Rass dan dinisbatkan pada pemiliknya. Mereka juga mendirikan sebuah rumah panjang di dalamnya mereka khusyu' menyembah Allah, tuhan semesta alam, kemudian diceritakan bahwa iblis datang mengatakan, "Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan ibadah kalian, maka sembahlah berhala" kemudian mereka murtad dan menyembah berhala-berhala.”
Diutusnya Nabi Hanzhalah, membawa pesan syariat Allah untuk menuntun umat Rass kembali jalan yang benar, namun pembangkangan dilakukan oleh kaum ini hingga akhirnya dibinasakan.
Burung Raksasa
Menurut Al-Kisa’i, penduduk Rass menetap di tanah Hadhramaut dan kota mereka dinamakan dengan Rass. Kota tersebut memiliki berbagai pepohonan, buah-buahan, dan kampung-kampung yang makmur. Di sana, tinggal beberapa kelompok dari Penduduk Rass yang menyembah berhala dan kelompok yang menyembah api.
Kota yang ditinggali oleh Hanzhalah terdapat sebuah gunung yang bernama Falaj yang menjadi tempat tinggal burung raksasa bernama Anqa'.
Apabila burung itu terbang, ia bisa menutupi matahari seperti layaknya awan. Lehernya seperti leher unta, mempunyai empat sayap: dua panjang dan dua lagi pendek.
Bulunya berwarna-warni, suka mengangkat kuda, unta, gajah yang mati, dan binatang yang lainnya dengan cakarnya dan membawanya ke gunung tempat berdiamnya. Ketika binatang itu kian membahayakan, suka menyambar anak manusia yang masih kecil, lalu dibawa ke gunung dan mereka dijadikan santapan bagi anak-anaknya yang baru menetas dari telurnya, maka penduduk kota tersebut mengadukannya kepada Nabi Hanzhalah bin Shafwan.
Atas pengaduan tersebut, Nabi Hanzhalah berdoa agar Allah membinasakan Anqa’. Dia berdoa, “Ya Allah, matikanlah binatang tersebut dan putuskanlah keturunannya.”
Setelah itu, binatang tersebut jatuh dari langit dan kemudian terbakar bersama anak-anaknya hingga tak ada lagi wujudnya.
Sebagian orang Arab mengingkari keberadaan binatang bernama ‘Anqa’ ini. Menurutnya, itu hanyalah sebuah cerita yang dikarang oleh orang-orang Arab. Dalam hal ini ada sebuah syair: Aku telah belajar banyak dari anak-anak zaman. Mereka tidak bisa dijadikan sahabat, tetapi aku mesti bisa memilih-milih kesempatan. Akhirnya, aku tahu bahwa yang mustahil itu ada tiga, raksasa, ‘Anqa’, dan sahabat yang sempurna.
Makam Nabi Hanzhalah
Tatkala Nabi Hanzhalah berdakwah kepada kaum Rass mereka menentangnya. Mereka bahkan menyebut Nabi Hanzhalah seseorang yang menyesatkan sekaligus kafir.
Mereka pun berniat untuk membunuh Nabi Hanzhalah. Mereka ingin Nabi Hanzhalah mati dengan tersiksa. Kemudian mereka pun membuat sebuah sumur yang sangat dalam untuk membuang Nabi Hanzhalah dan membuatnya mati karena kelaparan serta kehausan.
Setelah mereka menangkap Nabi Hanzhalah dan melemparkan ke dalam sumur yang sudah dibuat lalu menutupnya dengan batu yang besar. Seorang budak yang beriman kepada Nabi Hanzhalah dan kepada Allah pun melihat bagaimana Nabi Hanzhalah dimasukkan ke dalam sumur itu.
Hingga saat ini makam Nabi Hanzhalah diduga masih ada. Makam itu berada di sebelah barat daerah Bour, tepatnya di dataran rendah pegunung barat. Anehnya, di samping kuburannya terdapat sebuah kuburan lagi yang sama panjangnya mencapai sekitar 60 dzira' (kurang lebih 20 meter) dan sama sepertinya makam nabi-nabi yang ada di Hadramaut lainnya.
Pada satu catatan menegaskan bahwa pernah tertulis pada nisan makam Nabi Hanzhalah kalimat; "Saya Hanzhalah bin Shafwan, utusan Allah, aku dikirim kepada Bani Himyar dan Hamdan serta Arab dari penduduk Yaman, mereka mendustakanku hingga membunuhku".
Allah mengazab kaum ini karena kekufurannya itu. Diriwayakan, setelah kekufuran dan kesesatan kaum Rass bertambah-tambah, Jibril berteriak kepada mereka dengan sekali teriakan sehingga mereka berubah menjadi batu hitam, begitu juga barang-barang dan binatang ternak mereka.
As-Sadi menambahkan bahwa setelah Dzulqarnain mengelilingi berbagai negeri dan memasuki kota Rass, dia menemukan rajanya, penduduknya, wanitanya, anak-anaknya, hewan-hewannya, barang-barangnya, pepohonannya, dan buah-buahnya, semuanya menjadi batu hitam.
Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di atau As-Sa'di (1889-1957) mengatakan, Allah membinasakan penduduk Rass karena mereka menggauli wanita pada duburnya dan mereka tidak beriman kepada nabi mereka, Hanzhalah bin Shafwan.
Sa’id bin Jubair mengatakan bahwa kaum Rass memiliki seorang nabi bernama Hanzalah ibn Safwan, dan mereka membunuhnya dan Tuhan Yang Maha Kuasa menghancurkan mereka.
Hal senada juga disampaikan sahabat nabi terkemuka, Ikrimah bin Abu Jahal. Menurut dia, kaum Rass ini adalah orang-orang yang menambatkan Nabi mereka di sumur dan dia meninggal, dan Tuhan menghancurkan mereka.
Jumlah Nabi dan Rasul
Di luar yang wajib diimani umat Islam yang 25 nabi dan rasul, jumlah nabi sangatllah banyak. Ulama berbeda pendapat soal ini. Ada yang menyebutkan jumlah nabi mencapai 124.000 orang sedangkan jumlah rasul sebanyak 313 orang, sebagaimana yang di riwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar ra .
Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُم مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَن يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ
"Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." ( QS Ghafir : 78)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan ayat tersebut sama seperti apa yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat An-Nisa, yakni "di antara mereka ada yang Kami ceritakan kisahnya kepadamu bersama kaumnya masing-masing, bagaimanakah kaum mereka mendustakan mereka, kemudian pada akhirnya kesudahan yang baik dan pertolongan hanyalah bagi para rasul."
Selanjutnya, Allah Taala juga berfirman:
وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ
dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu ( QS Al-Mu’min : 78)
Ibnu Katsir menafsirkan: "Mereka yang tidak Kami ceritakan kisahnya kepadamu jumlahnya jauh lebih banyak berkali-kali lipat, seperti yang telah diingatkan hal tersebut dalam surat An-Nisa."
Keturunan Nabi Ismail
Sejumlah ulama menyebut, salah satu nabi itu adalah Nabi Hanzhalah bin Shafwan. Hanya saja, terkait nasab dan asal-usul Nabi Hanzhalah bin Shafwan, ulama dan ahli sejarah berbeda pendapat.
Ada ulama yang menuturkan bahwa beliau termasuk anak keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim AS. Nabi Hanzhalah diutus oleh Allah SWT untuk Ashabur Rass (kaum Rass).
Kaum Rass sendiri terdirí dari dua kabilah, yaitu Adman dan Yaamin. Menurut satu pendapat bernama Ra'wil dan bertempat di Yaman. Kemudian Nabi Hanzhalah pun melaksanakan perintah Allah di antara mereka, namun mereka malah membunuhnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa Ashabur Rass ini berasal dari Himyar. Nabi Hanzhalah berasal dari keluarga al-Aqyun yang diutus kepada kaum al-Rass di wilayah Hadhramaut.
Allah SWT berfirman:
وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَٰلِكَ كَثِيرًا
"Dan (Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut." ( QS Al-Furqan : 38)
Gandengan nama kaum Rass dengan kaum 'Aad dan Tsamud, mengindikasikan bahwa mereka, kaum Rass pernah menduduki Hadramaut setelah kaum 'Aad dan Tsamud. Hal ini dikatakan oleh sebagian ulama seperti al Muzani dan Ibnu Abi Hurairah dari Syafi'iyyah, Abi Musa dari Hanafiyyah dan lainnya dengan hujah "dalalatul iqtiron" (indikasi sambungan) dalam ayat tersebut.
Dalam kitab "Kharidatul Ajaib" menjelaskan bahwa Hadramaut terletak disebelah timur negeri Yaman, dan di sana terdapat Ashabur Rass, kaum Nabi Hanzhalah.
Dalam kitab "al Iklil" juz pertama, Al-Hamdany berkata al Harits bin Qahthan bin Hud mempunyai keturunan bernama Qaynan, mereka dipanggil "al-Aqyun". Mereka termasuk dari golongan Himyar yaitu sekelompok masyarakat dari kaum Hanzhalah bin Shafwan.
Seorang muhaddits terkenal, Muhammad bin Ahmad Aqilah di dalam karyanya "Nuskhatu al-Jud fii al Akhbar 'an al-Wujud" punya pendapat berbeda. Menurutnya, orang-orang yang beriman kepada Shaleh AS mereka pergi ke negara Yaman. Sebagian dari mereka bertempat di 'Aden, mereka adalah kaum Bi'ir Mua'tholah (Sumur Mati), dan sebagian lainnya ke Hadramaut, yaitu kaum Qashr Masyid (ahli dalam arsitektur bangunan tinggi). Dan tidak beberapa lama dari kurun mereka, terdapat Ashabur Rass yang menempati Hadramaut.
Kaum Tsamud yang Beriman
Imam al-Baghawi mengutip riwayat dari Abu Rauq dari Dhahhaq bahwa sumur Bi'ir Mua'thalah terletak di Hadhramaut di satu daerah yang disebut Hadura'. Mereka adalah terdiri 4000 orang kaum Tsamud yang beriman kepada Nabi Shaleh sehingga selamat dari azab Allah SWT. Mereka mengungsi ke Hadramaut bersama Nabi Shaleh AS.
Dikisahkan, tatkala mereka sampai, wafatlah Nabi Shaleh, dan daerah itu dinamai Hadramaut; karena sesampainya Nabi Shaleh ke daerah ini, beliau wafat.
Riwayat ini berbeda sama sekali dengan apa yang ditulis Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”.
Dalam buku tersebut dikisahkan, begitu Allah akan menurunkan azab kepada kaum Tsamud, Allah mewahyukan kepada Nabi Shaleh untuk pergi dari tengah-tengah kaum Tsamud beserta orang-orang yang beriman.
Setelah mendapatkan perintah tersebut, Nabi Shaleh pergi beserta orang-orang mukmin ke daerah Syam; lalu mereka menetap di Palestina. Setelah dari Palestina, Nabi Shaleh pergi menuju Mekkah. Dia terus menetap di Mekkah hingga wafatnya.
Nabi Shaleh meninggal kira-kira dalam umur 180 tahun. Abdurrahman bin Sabith mengatakan, “Antara Rukun dan Maqam Ibrahim telah dikuburkan tujuh puluh nabi. Di antara mereka adalah Nabi Hud AS, Nabi Shaleh AS, dan Nabi Isma’il AS.”
Menyembah Berhala
Kembali ke pendapat Imam al-Baghawi. Menurut dia, kaum Nabi Shaleh yang tinggal di daerah "Sumur Mati" memakmurkan tempat tersebut. Namun setelah beberapa kurun, mereka beralih menyembah patung dan menjadi kafir. Pada saat itulah Allah mengutus Nabi Hanzhalah bin Shafwan.
Hanya saja, mereka keras kepala bahkan membunuh Nabi Hanzhalah. Selanjutnya Allah mengazab mereka dengan memberhentikan sumur mereka dan dihancurkan pula istana-istana mereka hingga lenyap.
Sedangkan Abu Al-Hasan Al-Kisa'i dalam kitabnya "Mubtada' Al-Khalq" Ka'bul Ahbar mengatakan: "Ashabur Rass berkembang ketururan di Hadhramaut, mereka membangun bangunan kota sepanjang 40 mil, dengan panjang yang sama.
Mereka juga membuat saluran air dari dalam tanah yang dinamai dengan Rass dan dinisbatkan pada pemiliknya. Mereka juga mendirikan sebuah rumah panjang di dalamnya mereka khusyu' menyembah Allah, tuhan semesta alam, kemudian diceritakan bahwa iblis datang mengatakan, "Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan ibadah kalian, maka sembahlah berhala" kemudian mereka murtad dan menyembah berhala-berhala.”
Diutusnya Nabi Hanzhalah, membawa pesan syariat Allah untuk menuntun umat Rass kembali jalan yang benar, namun pembangkangan dilakukan oleh kaum ini hingga akhirnya dibinasakan.
Baca Juga
Burung Raksasa
Menurut Al-Kisa’i, penduduk Rass menetap di tanah Hadhramaut dan kota mereka dinamakan dengan Rass. Kota tersebut memiliki berbagai pepohonan, buah-buahan, dan kampung-kampung yang makmur. Di sana, tinggal beberapa kelompok dari Penduduk Rass yang menyembah berhala dan kelompok yang menyembah api.
Kota yang ditinggali oleh Hanzhalah terdapat sebuah gunung yang bernama Falaj yang menjadi tempat tinggal burung raksasa bernama Anqa'.
Apabila burung itu terbang, ia bisa menutupi matahari seperti layaknya awan. Lehernya seperti leher unta, mempunyai empat sayap: dua panjang dan dua lagi pendek.
Bulunya berwarna-warni, suka mengangkat kuda, unta, gajah yang mati, dan binatang yang lainnya dengan cakarnya dan membawanya ke gunung tempat berdiamnya. Ketika binatang itu kian membahayakan, suka menyambar anak manusia yang masih kecil, lalu dibawa ke gunung dan mereka dijadikan santapan bagi anak-anaknya yang baru menetas dari telurnya, maka penduduk kota tersebut mengadukannya kepada Nabi Hanzhalah bin Shafwan.
Atas pengaduan tersebut, Nabi Hanzhalah berdoa agar Allah membinasakan Anqa’. Dia berdoa, “Ya Allah, matikanlah binatang tersebut dan putuskanlah keturunannya.”
Setelah itu, binatang tersebut jatuh dari langit dan kemudian terbakar bersama anak-anaknya hingga tak ada lagi wujudnya.
Sebagian orang Arab mengingkari keberadaan binatang bernama ‘Anqa’ ini. Menurutnya, itu hanyalah sebuah cerita yang dikarang oleh orang-orang Arab. Dalam hal ini ada sebuah syair: Aku telah belajar banyak dari anak-anak zaman. Mereka tidak bisa dijadikan sahabat, tetapi aku mesti bisa memilih-milih kesempatan. Akhirnya, aku tahu bahwa yang mustahil itu ada tiga, raksasa, ‘Anqa’, dan sahabat yang sempurna.
Makam Nabi Hanzhalah
Tatkala Nabi Hanzhalah berdakwah kepada kaum Rass mereka menentangnya. Mereka bahkan menyebut Nabi Hanzhalah seseorang yang menyesatkan sekaligus kafir.
Mereka pun berniat untuk membunuh Nabi Hanzhalah. Mereka ingin Nabi Hanzhalah mati dengan tersiksa. Kemudian mereka pun membuat sebuah sumur yang sangat dalam untuk membuang Nabi Hanzhalah dan membuatnya mati karena kelaparan serta kehausan.
Setelah mereka menangkap Nabi Hanzhalah dan melemparkan ke dalam sumur yang sudah dibuat lalu menutupnya dengan batu yang besar. Seorang budak yang beriman kepada Nabi Hanzhalah dan kepada Allah pun melihat bagaimana Nabi Hanzhalah dimasukkan ke dalam sumur itu.
Hingga saat ini makam Nabi Hanzhalah diduga masih ada. Makam itu berada di sebelah barat daerah Bour, tepatnya di dataran rendah pegunung barat. Anehnya, di samping kuburannya terdapat sebuah kuburan lagi yang sama panjangnya mencapai sekitar 60 dzira' (kurang lebih 20 meter) dan sama sepertinya makam nabi-nabi yang ada di Hadramaut lainnya.
Pada satu catatan menegaskan bahwa pernah tertulis pada nisan makam Nabi Hanzhalah kalimat; "Saya Hanzhalah bin Shafwan, utusan Allah, aku dikirim kepada Bani Himyar dan Hamdan serta Arab dari penduduk Yaman, mereka mendustakanku hingga membunuhku".
Allah mengazab kaum ini karena kekufurannya itu. Diriwayakan, setelah kekufuran dan kesesatan kaum Rass bertambah-tambah, Jibril berteriak kepada mereka dengan sekali teriakan sehingga mereka berubah menjadi batu hitam, begitu juga barang-barang dan binatang ternak mereka.
As-Sadi menambahkan bahwa setelah Dzulqarnain mengelilingi berbagai negeri dan memasuki kota Rass, dia menemukan rajanya, penduduknya, wanitanya, anak-anaknya, hewan-hewannya, barang-barangnya, pepohonannya, dan buah-buahnya, semuanya menjadi batu hitam.
(mhy)