Tabdzir dan Isrof, Sikap Tercela yang Harus Dijauhi Muslimah

Jum'at, 19 Juni 2020 - 08:30 WIB
loading...
Tabdzir dan Isrof, Sikap Tercela yang Harus Dijauhi Muslimah
Bersikap sederhana dan tidak berlebih-lebihan, akhak terpuji yang harus diterapkan muslimah dalam kehidupan sehar-hari, Foto pinterest/ist
A A A
Di antara sekian banyak hal yang sering menyibukkan perempuan adalah suka berhias dan berdandan. Sebenarnya hal itu tidak tercela selama masih dalam batas -batas syar'i dan koridor agama.

Dari Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya diriwiayatkan bahwa ia berkata: Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda :

"Silakan kalian makan, minum, bersedekah dan berpakaian asalkan tidak berlebih-lebihan dan tidak berlaku sombong".

Yang diingatkan dari hadis ini adalah jangan sampai kenikmatan dunia menjadi sesuatu yang menyibukkan dirinya dan menyita tenaganya. Sehingga dia berlebih-lebihan dalam memburu keindahan sampai keluar dari batasan yang dibolehkan. (Baca juga : Apakah Orang Tua Menanggung Dosa Anak Kecil? )

Abdul Lathif bin Hajis Al-Ghomidi dalam bukunya "100 Dosa Yang Diremehkan Wanita" menjelaskan, sifat berlebihan-lebihan dan memburu keindahan seringkali dilakukan dan diremehkan akibatnya oleh para wanita. Padahal sifat itu, dibenci Allah Ta'ala.

Banyak kaum wanita yang mengorbankan hartanya untuk mengejar kebutuhan - kebutuhan sekunder yang sebenarnya bukan hal mendesak, meski juga tidak diharamkan. Seperti sering mengganti perabot rumah tangga setiap tahun, membeli baju-baju mahal untuk menyaingi orang lain, mengganti kendaraan tanpa ada suatu keperluan atau sering berganti-ganti handphone sehingga keluar dari batas kewajaran.

Dari Mu'adz bin Jabal diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah mengutusnya ke Yaman berpesan : "Janganlah kamu hidup bermewah-mewahan, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah yang suka bermewah-mewahan".

Itulah sifat boros atau tabdzir. Namun yang lebih parah adalah jika perilaku isrof atau berlebih-lebihan tersebut yang menjadikannya tidak mau menunuaikan kewajiban agamanya.

Tabdzir dan isrof harus dihindari oleh umat muslim, begitu juga muslimah. Kedua sikap ini biasanya berkaitan dengan harta yang digunakan atau dibelanjakan oleh seorang muslim dan muslimah. Meskipun sekilas kedua kata ini mengandung makna yang sama namun keduanya memiliki perbedaan.

Perbedaan tersebut dapat dilihat berdasarkan pengertian, bahaya yang ditimbulkan, dan bentuk perilaku nyata di lapangan.
Tabdzir atau boros diartikan sebagai penggunaan harta pada sesuatu yang tidak perlu dan tidak sesuai syariat. Pelaku tabdzir biasa disebut dengan mubadzir.

Dari Aisyah Rhadiyallahu'anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam pernah melihat Aisyah memakai dua gelang emas.

Rasulullah bersabda : "Maukah aku beri tahu tentang sesuatu yang lebih baik daripada (dua gelang emas) ini? Seandainya engkau melepasnya, dan engkau jadikan menjadi dua gelang yang terbuat dari perak, kemudian engkau celup dengan za'faron (kunyit), niscaya itu lebih baik".

Israf diartikan sebagai sikap yang hanya menuruti apa yang diinginkan oleh hati, berlebih-lebihan, hingga melampaui batas dalam hal harta maupun ibadah. Sikap israf biasanya menghinggapi orang-orang yang tidak pernah ikhlas dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. (Baca juga : Wahai Muslimah, Perhatikan dengan Siapa Kamu Berteman! )

Dari Mu'adz bin Anas diriwayatkan bahwa ia berkata: Rasulullah bersabda :

"Barang siapa meninggalkan pakaian (mewah) karena tawadhu kepada Allah, padahal ia mampu untuk membelinya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat nanti di hadapan seluruh mahluk. Bahkan ia disuruh memilih perhiasan iman mana pun yang ingin dikenakannya".

Karena itu, israf dan tabdzir termasuk akhlak tercela yang harus dihindari para muslimah. Alasannya, kedua perbuatan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi diri sendiri dan juga orang lain. Seperti di antaranya :

1. Tidak peka dengan lingkungan sekitar. Hal ini terjadi ketika seorang muslim atau muslimah berlebih-lebihan dalam hal harta. Misalnya, membeli makanan yang mahal padahal orang-orang di sekitarnya belum tentu mampu membeli makanan yang murah sekalipun.
2. Membuat seseorang menjadi suka pamer dan sombong.
3. Menghalalkan segala macam cara untuk memperoleh harta tanpa mengindahkan syariat agama.
4. Menghancurkan diri sendiri karena hilangnya kendali diri dan kendali sosial.
5. Tidak bermanfaatnya harta yang dimiliki karena tidak diridhai Allah

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2322 seconds (0.1#10.140)