Ini Tokoh yang Makamnya Dimuliakan Sultan Muhammad Al-Fatih
Jum'at, 17 Juli 2020 - 05:00 WIB
Sepanjang hayatnya Abu Ayyub hidup dalam peperangan. Sehingga dikatakan orang, “Abu Ayyub tidak pernah absen dalam setiap peperangan yang dihadapi kaum muslimin sejak masa Rasulullah sampai dia wafat di masa pemerintahan Mu‘awiyah. Kecuali bila dia sedang bertugas dengan suatu tugas penting yang lain.’’ (
)
Peperangan terakhir yang ikutinya, ialah ketika Mu’awiyah mengerahkan tentara muslimin merebut kota Konstantinopel. Abu Ayyub seorang prajurit yang patuh dan setia.
Ketika itu dia telah berusia lebih delapan puluh tahun. Suatu usia yang boleh dikatakan sangat tua. Tetapi usia tidak menghalanginya untuk bergabung dengan tentara muslimin di bawah bendera Yazid bin Mu’awiyah. ( )
Dia tidak menolak mengarungi laut, membelah ombak untuk berperang fi sabilillah. Tetapi belum berapa lama dia berada di medan tempur menghadapi musuh, Abu Ayyub jatuh sakit. Beliau terpaksa istirahat di perkemahan, tidak dapat melanjutkan peperangan karena fisiknya sudah lemah.
Ketika Yazid mengunjungi Abu Ayyub yang sakit, panglima ini bertanya, “Adakah sesuatu yang Anda kehendaki, hai Abu Ayyub?” ( )
“Tolong sampaikan salam saya kepada seluruh tentara muslimin. Katakan kepada mereka, Abu Ayyub berpesan supaya kalian semuanya terus maju sampai ke jantung daerah musuh. Bawalah saya beserta kalian. Kalau saya mati, kuburkan saya dekat pilar kota Konstantinopel!” ujarnya.
Tidak lama sesudah ia berkata demikian, Abu Ayyub menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia wafat menemui Tuhannya di tengah-tengah kancah pertempuran. Tentara muslimin memperkenankan keinginan sahabat Rasulullah yang mulia ini.
Mereka berperang dengan gigih, menghalau musuh dari satu medan ke medan tempur yang lain. Sehingga akhirnya mereka berhasil mencapai pilar-pilar kota Konstantinopel, sambil membawa jenazah Abu Ayyub.
Dekat sebuah pilar kota Konstantinopel mereka menggali kuburan, lalu mereka makamkan jenazah Abu Ayyub di sana, sesuai dengan pesan beliau. (
Peperangan terakhir yang ikutinya, ialah ketika Mu’awiyah mengerahkan tentara muslimin merebut kota Konstantinopel. Abu Ayyub seorang prajurit yang patuh dan setia.
Ketika itu dia telah berusia lebih delapan puluh tahun. Suatu usia yang boleh dikatakan sangat tua. Tetapi usia tidak menghalanginya untuk bergabung dengan tentara muslimin di bawah bendera Yazid bin Mu’awiyah. ( )
Dia tidak menolak mengarungi laut, membelah ombak untuk berperang fi sabilillah. Tetapi belum berapa lama dia berada di medan tempur menghadapi musuh, Abu Ayyub jatuh sakit. Beliau terpaksa istirahat di perkemahan, tidak dapat melanjutkan peperangan karena fisiknya sudah lemah.
Ketika Yazid mengunjungi Abu Ayyub yang sakit, panglima ini bertanya, “Adakah sesuatu yang Anda kehendaki, hai Abu Ayyub?” ( )
“Tolong sampaikan salam saya kepada seluruh tentara muslimin. Katakan kepada mereka, Abu Ayyub berpesan supaya kalian semuanya terus maju sampai ke jantung daerah musuh. Bawalah saya beserta kalian. Kalau saya mati, kuburkan saya dekat pilar kota Konstantinopel!” ujarnya.
Tidak lama sesudah ia berkata demikian, Abu Ayyub menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia wafat menemui Tuhannya di tengah-tengah kancah pertempuran. Tentara muslimin memperkenankan keinginan sahabat Rasulullah yang mulia ini.
Mereka berperang dengan gigih, menghalau musuh dari satu medan ke medan tempur yang lain. Sehingga akhirnya mereka berhasil mencapai pilar-pilar kota Konstantinopel, sambil membawa jenazah Abu Ayyub.
Dekat sebuah pilar kota Konstantinopel mereka menggali kuburan, lalu mereka makamkan jenazah Abu Ayyub di sana, sesuai dengan pesan beliau. (
(mhy)