Dialah Tokoh Penggerak Pan-Islamisme untuk Melawan Kolonialisme

Senin, 27 Juli 2020 - 05:00 WIB
“Saya mengenai Jamaluddin Al-Afghani dari dekat. Dia sebelumnya berada di Mesir dan seorang yang sangat berbahaya. Suatu saat dia mengusulkan pada saya--dan dia menganggap dirinya sebagai Al-Mahdi--agar dia menjadi pemimpin semua kaum muslimin di Asia Tengah. Saya tahu bahwa dia tidak memiliki kapasitas untuk itu. Dia adalah anteknya Inggris dan sangat mungkin sekali telah dipersiapkan lnggris untuk menguji saya. Maka saya menolak usulannya dan dia bergabung dengan Balant,” lanjutnya.

Sultan mengungkap ia memanggil Jamaluddin Al-Afghani ke Istanbul dengan perantaraan Abul Huda Al-Shayyadi Al-Halibi, seorang tokoh yang sangat dihormati di seluruh negeri Arab. Untuk kepentingan tersebut, bertindak sebagai mediator antara lain Munif Pasya, penguasa lama Afghanistan dan penyair sastrawan Abdul Haq Hamid. "Jamaluddin Al-Afghani datang ke Istanbul dan saya tidak mengizinkan dia keluar kembali dari lstanbul...” tuturnya.



Positif

Sedangkan Jamaluddin Al-Afghani memandang Sultan Abdul Hamid dengan penilaian positif, dia berkata, “Sesungguhnya Sultan Abdul Hamid, andaikata ditimbang dengan empat orang yang paling terkenal di zaman ini, pasti kecerdasan dan kecerdikan politiknya akan mengalahkan mereka, khususnya dalam menaklukkan orang-orang yang berada dekat dengannya. Maka tidak heran jika kita melihat dia akan mampu menunjukkan kebolehannya dalam membela negerinya di saat-saat genting dari orang Barat. Orang-orang yang menentangnya akan keluar darinya dengan rela, dan dia akan puas dengan perjalanan hidup dan perilakunya. Siapapun akan puas dengan argumen-argumen yang dia lontarkan, baik itu seorang raja, pangeran, menteri, maupun duta besar...”

Dalam kesempatan lain dia mengatakan, “Saya melihat dia sangat mengetahui detail-detail masalah politik dan rencana-rencana orang-orang Barat. Ia pun selalu siap untuk menghadapi semua serangan yang akan datang terhadap negerinya dengan cara yang selamat. Salah satu yang sangat mengagumkan saya adalah, apa yang dia persiapkan dalam hal sarana-sarana dan alat-alat, sehingga Eropa tidak bisa terlibat langsung dengan organisasi tarekat untuk menebarkan pemikiran Pan-lslamisme dan kesatuan Islam."



Untuk itu, di ibu kota Istanbul dibentuk satu panitia pusat yang terdiri dari para ulama dan para Syaikh tarekat. Tugasnya sebagai penasehat Sultan Abdul Hamid dalam masalah Pan-Islamisme. Anggota panita tersebut terdiri dari: Syaikh Ahmad As'ad wakil dari Farasyah Syarifah di Hijaz, Syaikh Abul Huda Al-Shayyadi, salah seorang Syaikh tarekat Rifa'iyyah, Syaikh Muhammad zhafir Al-Tharablisi Syaikh tarekat Madaniyah dan salah seorang Syaikh yang berasal dari Makkah Mukarramah.

Mereka adalah pentolan tokoh sentral dalam rangka menyebarkan pemikiran Pan-lslamisme. Selain mereka, banyak ulama lain yang terlibat di dalamnya. Di bawah pengurus pusat ini dibentuk pengurus cabang yang menyebar di berbagai wilayah yang berada di bawah koordinasi pengurus pusat. Salah satu di antara yang paling penting adalah yang berada di Makkah yang dipimpin oleh penguasa Makkah. Tugas dari pengurus cabang ini, menyebarkan pemahaman tentang Pan-Islamisme di kalangan jamaah haji pada setiap musim haji.



Selain itu juga dibentuk panitia di Baghdad. Tugasnya tidak berbeda dengan apa yang ada di Makkah, yakni menebarkan pemikiran Pan-Islamisme di kalangan pengikut tarekat Qadiriyah yang datang berduyun-duyun dari kawasan Afrika Utara untuk mengunjungi kuburan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani pendiri tarekat ini.

Para peziarah pada setiap tahun ditaksir berjumlah sekitar 25.000 orang. Panitia di Baghdad bekerja untuk mempersiapkan penyambutan bagi mereka yang datang dengan membawa pemikiran Pan-lslamisme dan untuk melawan kolonialis Perancis di Afrika Utara.

Menurut Ash-Shalabi, para intelijen Perancis menyifati apa yang dilakukan oleh orang-orang yang datang dari kawasan Afrika Utara ke Baghdad dan mereka melakukan perlawanan terhadap orang-orang Perancis dan kolonialisme Perancis, akibat adanya seruan dan ajakan kalangan ulama dari pengikut tarekat Qadiriyah.



Panitia Pan-Islamisme pusat di Istanbul membuka cabang untuk Afrika yang dipusatkan di Afrika Utara. Mereka bekerja dengan cara yang sangat rahasia. Tugas dan kewajiban mereka adalah mengatur tata kerja antara organisasi keagamaan yang ada di sana, untuk melakukan perlawanan terhadap pendudukan Perancis. Organisasi keagamaan yang dimaksud adalah tarekat Syadziliyah, Qadiriyah dan Madaniyah.

Gerakan ini memiliki pengaruh dan wibawa yang sangat kuat, sampai- sampai para intelijen Perancis yang berada di Afrika Utara menyifati gerakan ini dengan mengatakan: “Sangat mungkin bagi Sultan Abdul Hamid dalam posisinya sebagai pemimpin Pan-Islamisme untuk menghimpun semua gerakan yang memiliki ikatan yang kuat dalam gerakan keagamaan, untuk membangun sebuah pasukan lokal yang memungkinkan untuk melawan jika diurus dengan cara yang baik semua kekuatan asing manapun.”



Semua intelijen Perancis tidak berhasil menyingkap sarana-sarana pengorganisasian gerakan tasawuf yang berada di bawah pemerintahan Utsmani di Afrika Utara. Apa yang bisa mereka lakukan adalah, melemahkan pengaruh dan wibawa Sultan Abdul Hamid di dalam jiwa penduduk Afrika Utara, serta usaha mereka untuk menghancurkan politik Pan-Islamisme itu dengan cara melakukan hal-hal berikut:

Pertama, mengiming-imingi para Syaikh tarekat sufisme dengan harta dan kedudukan, dengan syarat mereka berdiri di belakang politik Perancis di Afrika Utara.

Kedua, melarang kaum muslimin menunaikan ibadah haji dengan alasan-alasan yang dicari-cari. Tujuannya, agar mereka tidak bisa bertemu dengan para pendukung Pan-Islamisme.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
وَلَٮِٕنۡ اَذَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنَّا رَحۡمَةً ثُمَّ نَزَعۡنٰهَا مِنۡهُ‌ۚ اِنَّهٗ لَيَـــُٔوۡسٌ كَفُوۡرٌ (٩) وَلَٮِٕنۡ اَذَقۡنٰهُ نَـعۡمَآءَ بَعۡدَ ضَرَّآءَ مَسَّتۡهُ لَيَـقُوۡلَنَّ ذَهَبَ السَّيِّاٰتُ عَنِّىۡ‌ ؕ اِنَّهٗ لَـفَرِحٌ فَخُوۡرٌۙ (١٠) اِلَّا الَّذِيۡنَ صَبَرُوۡا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِؕ اُولٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ مَّغۡفِرَةٌ وَّاَجۡرٌ كَبِيۡرٌ (١١)
Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian (rahmat itu) Kami cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih. Dan jika Kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah ditimpa bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, Telah hilang bencana itu dariku. Sesungguhnya dia (merasa) sangat gembira dan bangga, kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

(QS. Hud Ayat 9-11)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More