Idul Adha, Kurban, dan Keteladanan Nabi Ibrahim AS (2)

Rabu, 05 Agustus 2020 - 08:10 WIB
Tapi yang menarik justeru doa nabi Ibrahim bersama anaknya Ismail setelah meninggikan fondasi Ka’bah adalah “Wahai Tuhan kami, jadikan kami berdua dua hambaMu yang berserah diri (Muslimatan laka)”

Permohonan itu kemudian disambung: “Dan dari anak-anak keturunan kami juga menjadi umat yang berserah diri kepada kepadaMu (ummatan Muslimatan laka).

Setelah itu Ibrahim kemudian secara khusus mendoakan penduduk Mekah, yang saat itu hanya isteri ( Hajar ) dan anaknya ( Ismail ). Tapi visi yang jauh ke depan itulah yang menjadikan Ibrahim terdorong untuk mendoakan agar Allah mengirim seorang Rasul kepada mereka.

Seperti dalam ayatNya: “Wahai Tuhan kami, kirimkan kepada mereka seorang Rasul yang membacakan ayat-ayatMu, mensucikan mereka, dan mengajarkan keada mereka Kitab dan Hikmah”.

Doa inilah yang dikabulkan dengan terutusnya rasul dan nabi terakhir, baginda Rasulullah SAW .

Pelajaran terpenting dari peristiwa di atas adalah bahwa Muslim itu dalam melihat generasi selalu menatap jauh ke depan. Bahwa generasi yang kita persiapkan adalah generasi yang melanjutkan hidup dan perjuangan, tidak saja dalam rentang waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Tapi generasi demi generasi harapannya tetap terbangun kokoh di atas iman dan Islam itu.



Keenam, bahwa dalam membangun generasi Ibrahim memberikan kepercayaan besar kepada isterinya Hajar untuk membesarkan dan mendidik anaknya Ismail AS.

Hajar yang ditinggal pergi suaminya di Mekah bersama anaknya, beliaulah yang kemudian berjuang untuk menghidupi sekaligus membesarkan dan mendidik anaknya Ismail. Dan ternyata kepercayaan Ibrahim itu kepada isterinya menghasilkan seorang anak yang luar biasa.

Tadi disebutkan bagaimana Ismail dengan segala Ikhlas dan berserah diri menyambut perintah Allah kepada Ayahnya untuk menyembelih dirinya. Padaha ketika itu beliau hanyalah seorang remaja yang baru menginjak umur balig. Tapi dengan tegas mengatakan kepada Ayahnya: “Wahai ayahku, lakukan yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang bersabar”.

Pelajaran terpenting dari kisah ini bahwa tanggung jawab pendidikan anak itu adalah tanggung jawab bersama (shared responsibility). Tapi perlu kita ingatkan para Ibu akan tugas utama dan termulia dalam hidupnya. Yaitu meyakinkan dari sedini mungkin bahwa anak dan generasi mendapatkan perhatian dan didikan yang sesuai dan memadai.



Tentu pelajaran penting lainnya adalah bahwa hanya dengan orang tua yang bertanggung jawab akan terlahir anak dan generasi yang juga bertanggung jawab. Di saat anak-anak dan generasi kita tidak lagi bertanggung jawab, maka boleh jadi karena para orang tua tidak lagi melakukan tanggung jawabnya secara baik dan maksimal.

Ketujuh, bahwa Ibrahim AS yakin seyakin yakinnya bahwa Pendidik (Murabbi) sejati itu adalah Allah SWT. Dialah sang Pencipta yang mendidik semua makhlukNya, terutama makhlukNya yang termulia, manusia.

Karenanya Ibrahim AS secara khusus mendoakan agar Allah menjadikan keluarganya, anak isterinya, menjadi “qurrata a’yunin” (hiasan mata). Keluarga dan anak keturunan yang ketika dipandang hati menjadi sejuk dan damai.

Bahkan Ibrahim mendoakan agar Allah menjadikan mereka Pemimpin orang-orang yang bertakwa. Pemimpin orang bertakwa diartikan sebagai tauladan dalam ketakwaan. Menjadi keluarga dan generasi yang terbaik dalam ketakwaan.



Doa itulah yang kita semua selalu ulang-ulangi: “Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a’yunin waj’alna lilmuttaqiina imaama”.

Karenanya mari kita doakan anak-anak dan generasi kita agar Allah jaga di atas jalan kebenaran (shiratul mustaqim). Bukan anak dan generasi yang justeru melihat agama sebagai kungkungan dan beban kehidupan.

Doakan di setiap akhir sholat-sholat kita, di setiap tahajjud, bahkan setiap saat kapan dan di mana saja.
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَكَمۡ اَهۡلَـكۡنَا قَبۡلَهُمۡ مِّنۡ قَرۡنٍ هُمۡ اَشَدُّ مِنۡهُمۡ بَطۡشًا فَنَقَّبُوۡا فِى الۡبِلَادِ ؕ هَلۡ مِنۡ مَّحِيۡصٍ (٣٦) اِنَّ فِىۡ ذٰلِكَ لَذِكۡرٰى لِمَنۡ كَانَ لَهٗ قَلۡبٌ اَوۡ اَلۡقَى السَّمۡعَ وَهُوَ شَهِيۡدٌ (٣٧)
Dan betapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal mereka lebih hebat kekuatannya daripada mereka (umat yang belakangan) ini. Mereka pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah tempat pelarian dari kebinasaan bagi mereka? Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.

(QS. Qaf Ayat 36-37)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More