Pidato Pelantikan Umar bin Khattab yang Menggetarkan
Selasa, 08 September 2020 - 13:28 WIB
USAI pemakaman Abu Bakar Ash-Shiddiq , Umar bin Khatttab mengebutkan tangannya dari debu kuburan. Muhammad Husain Haikal menjelaskan, Abu Bakar dimakamkan di rumah Aisyah setelah malam turun, dalam lubang tempat Rasulullah SAW dimakamkan. Tak ada siapa pun di pemakaman itu selain mereka yang menyelenggarakan. (
)
Abdullah anak Abu Bakar bermaksud hendak membantu mereka, tetapi Umar berkata: "Sudah cukup."
Putrinya, Aisyah Ummulmukminin, Ali bin Abi Talib , dan Umar menyampaikan eulogi (pujian duka) begitu berita kematian Abu Bakar diumumkan setelah matahari terbenam. (
)
Umar sudah menyelesaikan tugasnya yang terakhir terhadap Khalifah pertama. la keluar dari liang lahad di rumah Aisyah itu dan setelah memberi salam kepada sahabat-sahabatnya ia kembali pulang ke rumahnya lewat tengah malam.
Ia masuk ke tempat tidur dengan pikiran apa yang hendak dilakukannya besok. Pagi-pagi keesokan harinya umat akan membaiatnya untuk tugas mengurus mereka. la akan menghadapi mereka yang menyetujui pencalonannya karena terpaksa, lalu menghadapi situasi perang yang amat pelik di Irak dan Syam. ( )
Irak dan Syam
Kala itu, posisi pasukan muslim di Irak dan Syam sangat sulit. Kekuatan pasukan Muslimin di Syam sudah tak berdaya berhadapan dengan pasukan Romawi. Khalifah Abu Bakar ingin menyelamatkannya dengan mengirimkan Khalid bin Walid bersama sejumlah personel dari pasukan Irak. Namun sampai Khalifah wafat belum ada berita yang memberi harapan kemenangan, setidak-tidaknya berita tentang keadaan mereka saja tak ada. ( )
Keberangkatan Khalid dan pasukannya sebagian ke Syam justru menjadikan pasukan Muslimin di Irak semakin lemah.
Al-Musanna bin Harisah asy-Syaibani dengan segala kemahiran dan kemampuannya, tak dapat mempertahankan apa yang sudah diperoleh Muslimin dari daerah Sawad Irak. Malah ia kembali ke Hirah dan bertahan di sana.
Memang ia dan pasukannya sudah dapat mengalahkan pasukan Persia yang dikirimkan Syahriran anak Ardasyir dan dipimpin oleh Ormizd Jadhuweh di reruntuhan Babel sehingga mereka terusir kalah. Tetapi sesudah kemenangannya ini Musanna hanya bertahan di posisinya semula, karena khawatir akan disergap musuh, dengan keyakinan bahwa kendati ia dapat mengadakan perlawanan tetapi tak akan dapat maju. ( )
Bahkan perlawanannya itu pun sudah sangat sulit jika keadaan di istana Persia sudah kembali tenang dan tidak lagi bergejolak. Al-Musanna telah menulis surat kepada Abu Bakar meminta izin akan meminta bantuan kaum pembangkang (kaum Riddah) yang sudah jelas-jelas bertobat. Tetapi, kala itu, Abu Bakar menolak.
Sesudah lama menunggu jawaban Khalifah, ia menunjuk Basyir bin al-Khasasiah menggantikannya di Irak. Dia sendiri berangkat ke Madinah untuk melaporkan keadaannya secara lebih terinci.
Setelah Khalifah Abu Bakar wafat, tanggung jawab semua itu ada di pundah Umar bin Khattab. Haekal menceritakan soal inilah dan segala yang berhubungan dengan ini yang menggoda pikiran Umar bin Khattab malam itu. Dia permohonan kepada Allah agar diberi jalan keluar dan menunjukinya ke jalan yang benar. ( )
Mengenai Irak, Umar telah menerima wasiat Abu Bakar. "Umar', perhatikan apa yang saya katakan ini dan laksanakanlah,” kata Abu Bakar. “Saya kira saya akan mati hari ini juga. Kalau saya mati, sebelum petang ini mobilisasi harus sudah Anda laksanakan dan berangkatkan bersama Musanna. Jika tertunda sampai malam, begitu tiba waktu pagi mobilisasi harus sudah terlaksana dan berangkatkan bersama Musanna. Jika Allah memberi kemenangan di Syam tarik kembali pasukan Khalid ke Irak. Mereka penduduk sana dan yang menguasainya. Mereka orang-orang yang suka ketagihan dan pemberani."
Khalifah Abu Bakar mengajukan Umar sebagai penggantinya karena ia percaya dari kalangan Muslimin Umarlah yang paling mampu meneruskan kebijakan politiknya.
Di sisi lain, sama sekali tak pernah terpikir oleh Musanna akan menarik pasukannya dari Irak. Dia yang dulu mendorong Abu Bakar supaya menyerangnya, dia pula yang mendahului Khalid dan yang lain ke sana. Tidak mudah buat dia akan menarik diri dari suatu negeri yang dia sendiri memelopori penyerangannya, dan akan keluar dari sana padahal ia yakin benar akan kemampuannya dapat membebaskan daerah tersebut.
Musanna meyakini kalau Khalifah Umar memasoknya dengan kaum murtad yang sudah bertobat, niscaya kemenangan akan membawanya sampai ke takhta Persia.
Pidato Pertama
Malam itu Umar cukup lelah memikirkan semua ini. Paginya ia menemui orang-orang di Masjid. Mereka menyambutnya sudah siap akan membaiatnya, kesiapan yang membuat gejolak hatinya terasa lebih tenteram. Apabila waktu zuhur sudah tiba dan orang sudah berdatangan akan melaksanakan salat, Umar menaiki mimbar, tangga demi tangga yang biasa dipakai oleh Khalifah Abu Bakar.
Sesudah mengucapkan hamdalah dan salawat kepada Nabi, dan setelah menyebut tentang Abu Bakar serta jasanya, ia berkata:
"Saudara-saudara! Saya hanya salah seorang dari kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah saya pun akan enggan memikul tanggung jawab ini."
Haekal menulis, Umar bin Khattab mengucapkan kata-kata itu dengan rasa haru, dengan rendah hati dan sangat berhati-hati — yang dinilai orang sebagai pertanda tepatnya firasat Abu Bakar — dengan pandangan yang jauh dalam mencalonkan penggantinya.
Mereka memuji sikap Umar itu, lebih-lebih setelah mereka melihatnya menengadah ke atas sambil berkata: "Allahumma ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku! Allahumma ya Allah, saya sangat lemah, maka berilah saya kekuatan! Allahumma ya Allah, aku ini kikir, jadikanlah aku orang dermawan bermurah hati!"
Umar berhenti sejenak, menunggu orang lebih tenang lagi. Kemudian sambungnya: "Allah telah menguji kalian dengan saya, dan menguji saya dengan kalian. Sepeninggal sahabatku, sekarang saya yang berada di tengah-tengah kalian. Tak ada persoalan kalian yang harus saya hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain selain saya, dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka."
Selesai berpidato Umar turun dari mimbar lalu mengimami salat. Selesai salat ia menoleh kepada mereka dan mengumumkan mobilisasi ke Irak dengan Musanna. Disebutkan juga wasiat Khalifah Abu Bakar mengenai hal ini.
Mendengar seruan Khalifah, mereka berpandang-pandangan satu sama lain tetapi tak ada yang menyambut seruan itu, seolah mereka teringat apa yang telah menimpa saudara-saudara mereka di Syam. Mereka tak ingin yang demikian akan terulang menimpa mereka lagi.
Bukankah Abu Bakar sudah mengajak mereka untuk menyerbu Syam, tetapi mereka masih maju mundur, lalu ketika itu Umar berteriak kepada mereka: "Kaum Muslimin sekalian, mengapa kalian tidak menjawab seruan Khalifah yang mengajak kalian untuk hal-hal yang akan menghidupkan iman kalian?"
Kemudian baru mereka mau memenuhi seruan itu, dan mereka pun berangkat untuk menghadapi Heraklius dan pasukannya. Termasuk di antara mereka Abu Ubaidah bin Jarrah, Amr bin As, Yazid bin Abi Sufyan dan beberapa orang sahabat, diikuti oleh para amir dan para pahlawan dari segenap penjuru Semenanjung.
Dalam berhadapan dengan pihak Romawi, mereka tak dapat mengalahkan. Juga Khalid bin Walid setelah membuat pihak Persia porak poranda dengan serangkaian kemenangannya di Irak, telah diperbantukan kepada mereka.
Akan lebih baikkah nasib mereka jika seruan Umar itu mereka penuhi dan mereka berangkat bersama Musanna?
Musanna bin Harisah memang seorang jenderal besar yang tak disangsikan lagi, tetapi dia bukan dari Quraisy dan tidak pula termasuk sahabat Rasulullah. Dia dari kabilah Banu Bakar bin Wa'il.
Di samping itu, tatkala Khalid meninggalkan Irak ke Syam, Musanna menarik pasukannya dari pinggiran Irak ke Hirah, kemudian datang ke Madinah meminta bala bantuan dari Khalifah. Ini menunjukkan bahwa posisinya terhadap Persia tak dapat disalahkan, sebab nama Persia bagi orang Arab ketika itu sangat mengerikan.
Ada sebagian yang menduga bahwa Khalid dapat mengalahkan Persia karena pada mulanya mereka menganggap Khalid enteng, sehingga tidak menghadapinya dengan kekuatan yang akan dapat memukulnya mundur. Kalau memang sudah demikian kenyataannya, untuk apa mereka berperang yang mungkin hanya akan membawa bencana kepada mereka?
Abdullah anak Abu Bakar bermaksud hendak membantu mereka, tetapi Umar berkata: "Sudah cukup."
Putrinya, Aisyah Ummulmukminin, Ali bin Abi Talib , dan Umar menyampaikan eulogi (pujian duka) begitu berita kematian Abu Bakar diumumkan setelah matahari terbenam. (
Baca Juga
Umar sudah menyelesaikan tugasnya yang terakhir terhadap Khalifah pertama. la keluar dari liang lahad di rumah Aisyah itu dan setelah memberi salam kepada sahabat-sahabatnya ia kembali pulang ke rumahnya lewat tengah malam.
Ia masuk ke tempat tidur dengan pikiran apa yang hendak dilakukannya besok. Pagi-pagi keesokan harinya umat akan membaiatnya untuk tugas mengurus mereka. la akan menghadapi mereka yang menyetujui pencalonannya karena terpaksa, lalu menghadapi situasi perang yang amat pelik di Irak dan Syam. ( )
Irak dan Syam
Kala itu, posisi pasukan muslim di Irak dan Syam sangat sulit. Kekuatan pasukan Muslimin di Syam sudah tak berdaya berhadapan dengan pasukan Romawi. Khalifah Abu Bakar ingin menyelamatkannya dengan mengirimkan Khalid bin Walid bersama sejumlah personel dari pasukan Irak. Namun sampai Khalifah wafat belum ada berita yang memberi harapan kemenangan, setidak-tidaknya berita tentang keadaan mereka saja tak ada. ( )
Keberangkatan Khalid dan pasukannya sebagian ke Syam justru menjadikan pasukan Muslimin di Irak semakin lemah.
Al-Musanna bin Harisah asy-Syaibani dengan segala kemahiran dan kemampuannya, tak dapat mempertahankan apa yang sudah diperoleh Muslimin dari daerah Sawad Irak. Malah ia kembali ke Hirah dan bertahan di sana.
Memang ia dan pasukannya sudah dapat mengalahkan pasukan Persia yang dikirimkan Syahriran anak Ardasyir dan dipimpin oleh Ormizd Jadhuweh di reruntuhan Babel sehingga mereka terusir kalah. Tetapi sesudah kemenangannya ini Musanna hanya bertahan di posisinya semula, karena khawatir akan disergap musuh, dengan keyakinan bahwa kendati ia dapat mengadakan perlawanan tetapi tak akan dapat maju. ( )
Bahkan perlawanannya itu pun sudah sangat sulit jika keadaan di istana Persia sudah kembali tenang dan tidak lagi bergejolak. Al-Musanna telah menulis surat kepada Abu Bakar meminta izin akan meminta bantuan kaum pembangkang (kaum Riddah) yang sudah jelas-jelas bertobat. Tetapi, kala itu, Abu Bakar menolak.
Sesudah lama menunggu jawaban Khalifah, ia menunjuk Basyir bin al-Khasasiah menggantikannya di Irak. Dia sendiri berangkat ke Madinah untuk melaporkan keadaannya secara lebih terinci.
Setelah Khalifah Abu Bakar wafat, tanggung jawab semua itu ada di pundah Umar bin Khattab. Haekal menceritakan soal inilah dan segala yang berhubungan dengan ini yang menggoda pikiran Umar bin Khattab malam itu. Dia permohonan kepada Allah agar diberi jalan keluar dan menunjukinya ke jalan yang benar. ( )
Mengenai Irak, Umar telah menerima wasiat Abu Bakar. "Umar', perhatikan apa yang saya katakan ini dan laksanakanlah,” kata Abu Bakar. “Saya kira saya akan mati hari ini juga. Kalau saya mati, sebelum petang ini mobilisasi harus sudah Anda laksanakan dan berangkatkan bersama Musanna. Jika tertunda sampai malam, begitu tiba waktu pagi mobilisasi harus sudah terlaksana dan berangkatkan bersama Musanna. Jika Allah memberi kemenangan di Syam tarik kembali pasukan Khalid ke Irak. Mereka penduduk sana dan yang menguasainya. Mereka orang-orang yang suka ketagihan dan pemberani."
Khalifah Abu Bakar mengajukan Umar sebagai penggantinya karena ia percaya dari kalangan Muslimin Umarlah yang paling mampu meneruskan kebijakan politiknya.
Di sisi lain, sama sekali tak pernah terpikir oleh Musanna akan menarik pasukannya dari Irak. Dia yang dulu mendorong Abu Bakar supaya menyerangnya, dia pula yang mendahului Khalid dan yang lain ke sana. Tidak mudah buat dia akan menarik diri dari suatu negeri yang dia sendiri memelopori penyerangannya, dan akan keluar dari sana padahal ia yakin benar akan kemampuannya dapat membebaskan daerah tersebut.
Musanna meyakini kalau Khalifah Umar memasoknya dengan kaum murtad yang sudah bertobat, niscaya kemenangan akan membawanya sampai ke takhta Persia.
Pidato Pertama
Malam itu Umar cukup lelah memikirkan semua ini. Paginya ia menemui orang-orang di Masjid. Mereka menyambutnya sudah siap akan membaiatnya, kesiapan yang membuat gejolak hatinya terasa lebih tenteram. Apabila waktu zuhur sudah tiba dan orang sudah berdatangan akan melaksanakan salat, Umar menaiki mimbar, tangga demi tangga yang biasa dipakai oleh Khalifah Abu Bakar.
Sesudah mengucapkan hamdalah dan salawat kepada Nabi, dan setelah menyebut tentang Abu Bakar serta jasanya, ia berkata:
"Saudara-saudara! Saya hanya salah seorang dari kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah saya pun akan enggan memikul tanggung jawab ini."
Haekal menulis, Umar bin Khattab mengucapkan kata-kata itu dengan rasa haru, dengan rendah hati dan sangat berhati-hati — yang dinilai orang sebagai pertanda tepatnya firasat Abu Bakar — dengan pandangan yang jauh dalam mencalonkan penggantinya.
Mereka memuji sikap Umar itu, lebih-lebih setelah mereka melihatnya menengadah ke atas sambil berkata: "Allahumma ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku! Allahumma ya Allah, saya sangat lemah, maka berilah saya kekuatan! Allahumma ya Allah, aku ini kikir, jadikanlah aku orang dermawan bermurah hati!"
Umar berhenti sejenak, menunggu orang lebih tenang lagi. Kemudian sambungnya: "Allah telah menguji kalian dengan saya, dan menguji saya dengan kalian. Sepeninggal sahabatku, sekarang saya yang berada di tengah-tengah kalian. Tak ada persoalan kalian yang harus saya hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain selain saya, dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka."
Selesai berpidato Umar turun dari mimbar lalu mengimami salat. Selesai salat ia menoleh kepada mereka dan mengumumkan mobilisasi ke Irak dengan Musanna. Disebutkan juga wasiat Khalifah Abu Bakar mengenai hal ini.
Mendengar seruan Khalifah, mereka berpandang-pandangan satu sama lain tetapi tak ada yang menyambut seruan itu, seolah mereka teringat apa yang telah menimpa saudara-saudara mereka di Syam. Mereka tak ingin yang demikian akan terulang menimpa mereka lagi.
Bukankah Abu Bakar sudah mengajak mereka untuk menyerbu Syam, tetapi mereka masih maju mundur, lalu ketika itu Umar berteriak kepada mereka: "Kaum Muslimin sekalian, mengapa kalian tidak menjawab seruan Khalifah yang mengajak kalian untuk hal-hal yang akan menghidupkan iman kalian?"
Kemudian baru mereka mau memenuhi seruan itu, dan mereka pun berangkat untuk menghadapi Heraklius dan pasukannya. Termasuk di antara mereka Abu Ubaidah bin Jarrah, Amr bin As, Yazid bin Abi Sufyan dan beberapa orang sahabat, diikuti oleh para amir dan para pahlawan dari segenap penjuru Semenanjung.
Dalam berhadapan dengan pihak Romawi, mereka tak dapat mengalahkan. Juga Khalid bin Walid setelah membuat pihak Persia porak poranda dengan serangkaian kemenangannya di Irak, telah diperbantukan kepada mereka.
Akan lebih baikkah nasib mereka jika seruan Umar itu mereka penuhi dan mereka berangkat bersama Musanna?
Musanna bin Harisah memang seorang jenderal besar yang tak disangsikan lagi, tetapi dia bukan dari Quraisy dan tidak pula termasuk sahabat Rasulullah. Dia dari kabilah Banu Bakar bin Wa'il.
Di samping itu, tatkala Khalid meninggalkan Irak ke Syam, Musanna menarik pasukannya dari pinggiran Irak ke Hirah, kemudian datang ke Madinah meminta bala bantuan dari Khalifah. Ini menunjukkan bahwa posisinya terhadap Persia tak dapat disalahkan, sebab nama Persia bagi orang Arab ketika itu sangat mengerikan.
Baca Juga
(mhy)