Pasukan Muslim Merangsek ke Ibu Kota, Sejumlah Komandan Kompi Persia Tewas
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 11:12 WIB
Hanya saja, selama itu wajah sejarah tetap tersenyum kepada Muslimin. Apa hubungannya dengan Babilon dan Asiria yang kini hanya tinggal bahan cerita, padahal di sekitar mereka kehidupan melimpah dengan harta terpendam yang sangat berharga, bahkan ada bangsa, yang begitu mendengar namanya saja sudah bergegas datang menyatakan kesetiaannya, sambil memohonkan maaf dan pengampunan.
Bahkan dengan melihat Babilon itu, di antara mereka ada yang lalu teringat pada peranan pasukan Muslimin di sana tatkala Musanna bin Harisah bermarkas di ketinggian puing-puingnya, dan tinggal di antara jaringan anak-anak Sungai Tigris, menunggu kedatangan Ormizd Jadhuweh yang akan menyerangnya.
Mereka teringat pada situasi yang sangat kritis itu, yang datang tiba-tiba menyerang mereka setelah keberangkatan Khalid ke Syam dan Syahriran putra Ardasyir naik takhta Kisra serta tekadnya hendak mengusir pasukan Arab dari negerinya.
Teringat mereka bagaimana Musanna membunuh gajah Ormizd serta bagaimana pasukan Persia dipukul mundur dan pengejaran terhadap mereka sampai ke dekat Mada'in. Mereka bercerita kepada rekan-rekan yang datang bersama Sa'ad dari Madinah dan yang bergabung kepadanya dari berbagai pelosok Semenanjung — tentang yang mereka saksikan dari semua itu. ( )
Diceritakan juga kepada mereka bahwa Sawad yang sedang mereka lalui di sekitar danau-danau yang airnya melimpah, ladang-ladang yang luas dan kebun-kebun dengan buah-buahan yang sudah masak, sudah tunduk semua kepada kekuasaan mereka. Mereka makan dari hasil bumi itu, dan buah-buahan yang masih dapat mereka kirim, mereka kirimkan ke Madinah.
Babilon dan tempat-tempat lain yang dilalui pasukan Muslimin adalah sebagian yang sudah mereka bebaskan dan di bawah perintah mereka. Kadisiah di tangan mereka dan Hirah menjadi pusat pemerintahan mereka. Burs, Kusi, kota-kota dan desa-desa lainnya sudah tunduk kepada mereka. Yang menjadi sasaran mereka selanjutnya adalah Mada'in.
Mereka melalui tempat-tempat, yang bagi kebanyakan mereka merupakan kenangan yang sangat menyenangkan dan mengesankan. Tetapi perbedaan antara dulu dengan sekarang; dulu mereka menetap dan sebagai yang berkuasa, dan sekarang merupakan medan pembebasan baru. Mereka berpindah-pindah dari yang satu kepada yang lain, ke kiri di sebelah timur Kadisiah ke arah Hirah, ke Burs dan ke Babilon, dengan tuju'an Sabat dan Mada'in. Yang mereka hadapi sekarang lebih ringan daripada yang sebelumnya, sesudah kekuatan mereka berangsur menjadi lemah. Mereka yakin bahwa sudah tak ada lagi tempat pelarian kecuali ke sana juga. ( )
Zuhrah bin al-Hawiah dan Hasyim bin Utbah berangkat menuju Mada'in. Setelah berada di dekat Bahrasir, di Sabat mereka dihadang oleh kompi Boran putri Kisra. Setiap hari stafnya bersumpah, bahwa selama mereka masih hidup Persia tidak akan hilang. Seekor singa yang sudah dijinakkan oleh Kisra ikut bersama kompi itu. Tetapi bertahannya kompi ini menghadapi pasukan Muslimin tidak lebih hanya seperti bertahannya pasukan Persia di Burs dan Babilon.
Bagaimana akan bertahan, mereka melihat nasib singa itu sama seperti nasib pasukan gajah dulu di Kadisiah! Hasyim bin Utbah melangkah maju dan menghantamnya dengan pedangnya demikian rupa sehingga singa itu tersungkur mati. Kompi itu langsung lari dan berlindung di Bahrasir. ( )
Sa’ad menyusul anak buahnya dan sudah mengetahui peranan mereka. la mencium kepala Hasyim —kemenakannya — sebagai tanda kagum atas usahanya membunuh singa itu, dan Hasyim pun mencium kaki pamannya sebagai penghargaan atas simpatinya. Kemudian Sa’ad mengangkat kepalanya ke atas sebagai tanda syukur kepada Allah dan setelah itu ia mengarahkan pandangnya ke arah Mada'in seraya membaca firman Allah: "Bukankah sebelumnya kamu sudah bersumpah bahwa kamu tidak akan tergelincir binasa?" (Qur'an, 14: 44).
Bahkan dengan melihat Babilon itu, di antara mereka ada yang lalu teringat pada peranan pasukan Muslimin di sana tatkala Musanna bin Harisah bermarkas di ketinggian puing-puingnya, dan tinggal di antara jaringan anak-anak Sungai Tigris, menunggu kedatangan Ormizd Jadhuweh yang akan menyerangnya.
Mereka teringat pada situasi yang sangat kritis itu, yang datang tiba-tiba menyerang mereka setelah keberangkatan Khalid ke Syam dan Syahriran putra Ardasyir naik takhta Kisra serta tekadnya hendak mengusir pasukan Arab dari negerinya.
Teringat mereka bagaimana Musanna membunuh gajah Ormizd serta bagaimana pasukan Persia dipukul mundur dan pengejaran terhadap mereka sampai ke dekat Mada'in. Mereka bercerita kepada rekan-rekan yang datang bersama Sa'ad dari Madinah dan yang bergabung kepadanya dari berbagai pelosok Semenanjung — tentang yang mereka saksikan dari semua itu. ( )
Diceritakan juga kepada mereka bahwa Sawad yang sedang mereka lalui di sekitar danau-danau yang airnya melimpah, ladang-ladang yang luas dan kebun-kebun dengan buah-buahan yang sudah masak, sudah tunduk semua kepada kekuasaan mereka. Mereka makan dari hasil bumi itu, dan buah-buahan yang masih dapat mereka kirim, mereka kirimkan ke Madinah.
Babilon dan tempat-tempat lain yang dilalui pasukan Muslimin adalah sebagian yang sudah mereka bebaskan dan di bawah perintah mereka. Kadisiah di tangan mereka dan Hirah menjadi pusat pemerintahan mereka. Burs, Kusi, kota-kota dan desa-desa lainnya sudah tunduk kepada mereka. Yang menjadi sasaran mereka selanjutnya adalah Mada'in.
Mereka melalui tempat-tempat, yang bagi kebanyakan mereka merupakan kenangan yang sangat menyenangkan dan mengesankan. Tetapi perbedaan antara dulu dengan sekarang; dulu mereka menetap dan sebagai yang berkuasa, dan sekarang merupakan medan pembebasan baru. Mereka berpindah-pindah dari yang satu kepada yang lain, ke kiri di sebelah timur Kadisiah ke arah Hirah, ke Burs dan ke Babilon, dengan tuju'an Sabat dan Mada'in. Yang mereka hadapi sekarang lebih ringan daripada yang sebelumnya, sesudah kekuatan mereka berangsur menjadi lemah. Mereka yakin bahwa sudah tak ada lagi tempat pelarian kecuali ke sana juga. ( )
Zuhrah bin al-Hawiah dan Hasyim bin Utbah berangkat menuju Mada'in. Setelah berada di dekat Bahrasir, di Sabat mereka dihadang oleh kompi Boran putri Kisra. Setiap hari stafnya bersumpah, bahwa selama mereka masih hidup Persia tidak akan hilang. Seekor singa yang sudah dijinakkan oleh Kisra ikut bersama kompi itu. Tetapi bertahannya kompi ini menghadapi pasukan Muslimin tidak lebih hanya seperti bertahannya pasukan Persia di Burs dan Babilon.
Bagaimana akan bertahan, mereka melihat nasib singa itu sama seperti nasib pasukan gajah dulu di Kadisiah! Hasyim bin Utbah melangkah maju dan menghantamnya dengan pedangnya demikian rupa sehingga singa itu tersungkur mati. Kompi itu langsung lari dan berlindung di Bahrasir. ( )
Sa’ad menyusul anak buahnya dan sudah mengetahui peranan mereka. la mencium kepala Hasyim —kemenakannya — sebagai tanda kagum atas usahanya membunuh singa itu, dan Hasyim pun mencium kaki pamannya sebagai penghargaan atas simpatinya. Kemudian Sa’ad mengangkat kepalanya ke atas sebagai tanda syukur kepada Allah dan setelah itu ia mengarahkan pandangnya ke arah Mada'in seraya membaca firman Allah: "Bukankah sebelumnya kamu sudah bersumpah bahwa kamu tidak akan tergelincir binasa?" (Qur'an, 14: 44).
(mhy)
Lihat Juga :