Sholat Jum’at Online Saat Darurat, Begini Pendapat Muhammadiyah

Kamis, 04 Maret 2021 - 15:42 WIB
عن أَبى بُرْدَةَ سَمِعْتُ أَبَا مُوسَى مِرَارًا يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا [رواه البخاري].

Artinya: “Dari Abū Burdah (diriwayatkan), aku mendengar Abū Mūsā beberapa kali berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: Apabila seorang hamba sakit atau melakukan perjalanan maka dicatat (pahala) baginya seperti apa yang dilakukan orang yang mukim dan sehat” [H.R. al-Bukhārī].

Selain itu sholat Jum‘at memiliki beberapa keutamaan khusus yang tidak ada pada sholat fardu lainnya, seperti keutamaan mandi janabah menjelang sholat Jum‘at, hadir lebih awal pada sholat Jum‘at, terdapat kafarat dosa antara Jum‘at satu dengan Jum‘at lainnya. Salah satu hadis yang menyebut keutamaan sholat Jum‘at tersebut adalah,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ، ثُمَّ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْأُولَى، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ [رواه مالك].

Artinya: “Dari Abū Hurairah (diriwayatkan), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: Barangsiapa mandi janabah pada hari Jum‘at lalu pergi untuk melaksanakan Jum‘at pada waktu pertama seolah-olah ia berkurban unta, barangsiapa datang pada waktu kedua seperti berkurban sapi, barangsiapa datang pada waktu ketiga seperti kurban seekor kibas yang bertanduk, barangsiapa datang pada waktu keempat seperti berkurban ayam dan barangsiapa datang pada waktu kelima seperti berkurban sebutir telur. Apabila imam sudah datang maka para malaikat hadir ikut mendengarkan khutbah” [H.R. Mālik].



Tata Cara Shalat Jum‘at

Sholat Jum‘at ini merupakan ibadah maḥḍah, sedangkan prinsip ibadah maḥḍah adalah terlarang kecuali ada perintah. Oleh karenanya tata cara sholat Jum‘at harus mengikuti petunjuk dan sesuai dengan tuntunan berdasarkan al-Qur’an dan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam. Hal ini didasarkan kepada firman Allah swt,

… وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.

Artinya: “… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat keras siksa-Nya” [Q.S. al-Ḥasyr: 7].

Prinsip umum tata cara sholat Jum‘at sama dengan sholat fardu lainnya, yakni dilakukan secara berjamaah, menghadap kiblat, pengaturan shaf dan aturan lainnya dalam ketentuan sholat berjamaah. Semua ketentuan sholat berjamaah pada shalat lima waktu berlaku pula pada aturan sholat Jum‘at. Ada beberapa hal penting berkaitan dengan tata cara sholat Jum‘at yang perlu dijelaskan, di antaranya adalah,

Shalat Jum‘at Dilaksanakan di Masjid

Para ulama banyak merumuskan tentang syarat sahnya shalat Jum‘at, Wahbah az-Zuhailī merumuskan ada sebelas syarat sahnya Jum‘at di antaranya shalat Jum‘at dilaksanakan di masjid dengan berjamaah (lihat al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh II/1291, bāb Syurūṭ ṣiḥḥah al-Jumu‘ah: Iḥdā ‘Asyrata).

Dalam kondisi tertentu dibenarkan pelaksanaan shalat Jum‘at tidak di masjid, yakni dapat dilaksanakan di tempat selain masjid. Kebolehan ini bisa disebabkan karena tidak ada masjid yang dapat dipergunakan shalat Jum‘at seperti di ruang sekolah, kantor atau ruang publik lainnya. Sebab lain dibolehkan shalat Jum‘at di luar masjid karena kapasitas masjid tidak dapat menampung banyak jamaah sehingga harus melebar ke ruangan lain di luar masjid (lihat Tanya Jawab Agama jilid II/92 dan III/92).

Sebagai contoh shalat Jum‘at yang dilaksanakan di Masjidil Haram pada musim haji, hampir selalu meluber sampai ke luar masjid seperti halaman masjid, di hotel-hotel sekitarnya hingga ke jalan-jalan. Dalam keadaan ini, shalat Jum’at tetap sah karena masih adanya ketersambungan antara jamaah yang di luar masjid dengan jamaah yang di dalam masjid dan kesatuan tempat antara imam dengan makmum meski terhalang dinding atau yang lain.

Peristiwa seperti ini pernah terjadi pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam, beliau menjadi imam shalat di balik tabir sedangkan makmum terpisah dengan tabir dan makmum mengikuti imam dari suara Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam, sebagaimana diterangkan dalam hadis berikut.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَتْ لَنَا حَصِيرَةٌ نَبْسُطُهَا بِالنَّهَارِ، وَنَحْتَجِرُهَا بِاللَّيْلِ، فَصَلَّى فِيهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَسَمِعَ الْمُسْلِمُونَ قِرَاءَتَهُ، فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ … [رواه أحمد].

Artinya: “Dari ‘Āisyah (diriwayatkan) ia berkata: Kami mempunyai sehelai tikar yang kami bentangkan di siang hari dan kami jadikan dinding di malamnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam shalat pada suatu malam di tempat yang didindingi tikar itu, seketika kaum muslimin mendengar bacaannya dan mereka pun shalat dengan mengikuti shalatnya Nabi (dari balik tabir) …” [H.R. Aḥmad].

Hal ini juga terjadi pada masa sahabat yang dilakukan oleh Anas bin Malik, peristiwa ini digambarkan dalam riwayat berikut,

عَنْ صَالِحِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ قَالَ: رَأَيْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ صَلَّى الْجُمُعَةَ فِي بُيُوتِ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفِ، فَصَلَّى بِهِمْ بِصَلَاةِ الْإِمَامِ فِي الْمَسْجِدِ، وَبَيْنَ بُيُوتِ حُمَيْدٍ وَالْمَسْجِدِ الطَّرِيقُ [رواه الشافعي].
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
فَلَا تُعۡجِبۡكَ اَمۡوَالُهُمۡ وَلَاۤ اَوۡلَادُهُمۡ‌ؕ اِنَّمَا يُرِيۡدُ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ بِهَا فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا وَتَزۡهَقَ اَنۡفُسُهُمۡ وَهُمۡ كٰفِرُوۡنَ
Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir.

(QS. At-Taubah Ayat 55)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More