Ammar bin Yasir: Ketika Ramalan Rasulullah Jadi Kenyataan
Sabtu, 08 Mei 2021 - 16:00 WIB
Orang-orang dari pihak Mu'awiyah mencoba sekuat daya untuk menghindari Ammar, agar pedang mereka tidak menyebabkan kematiannya hingga ternyata bagi manusia bahwa merekalah "golongan pendurhaka".
Tetapi keperwiraan Ammar yang berjuang seolah-olah ia satu pasukan tentara juga, menghilangkan pertimbangan dan akal sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah Mu'awiyah
mengintai-ngintai kesempatan untuk menewaskannya, hingga setelah kesempatan itu terbuka mereka laksanakanlah dan tewaslah Ammar di tangan tentara Mu'awiyah
Sebagian besar dari tentara Mu'awiyah terdiri dari orang-orang yang baru saja masuk Agama Islam, yakni orang-orang yang menganutnya tidak lama setelah bertalu-talunya genderang kemenangan terhadap kebanyakan negeri yang dibebaskan Islam, baik dari kekuasaan Romawi maupun dari penjajahan Persi.
Maka mereka inilah sebenarnya yang menjadi biang keladi dan menyalakan api perang saudara yang dimulai oleh pembangkangan Mu'awiyah dan penolakannya untuk mengakui Ali sebagai Khalifah dan Imam. Jadi mereka inilah yang bagaikan kayu bakar menyalakan apinya hingga jadi besar dan menggejolak.
Dan bagaimana juga gawatnya pertikaian ini, sedianya akan dapat diselesaikan dengan jalan damai andainya masih terpegang dalam tangan Muslimin pertama. Tetapi demi bentuknya jadi meruncing, ia jatuh ke dalam tokoh-tokoh kotor yang tidak peduli akan nasib Islam hingga api kian menyala dan tambah berkobar.
Berita tewasnya Ammar segera tersebar dan ramalan Rasulullah SAW yang didengar oleh semua sahabatnya sewaktu mereka sedang membina masjid di Madinah di masa yang telah jauh sebelumnya, berpindah dari mulut ke mulut:
"Aduhai Ibnu Sumayyah, ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!"
Maka sekarang tahulah orang-orang siapa kiranya golongan pendurhaka itu, yaitu golongan yang membunuh Ammar, yang tidak lain dari pihak Mu'awiyah!
Dengan kenyataan ini semangat dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali kian bertambah.
Sementara di pihak Mu'awiyah, keraguan mulai menyusup ke dalam hati mereka, bahkan sebagian telah bersedia-sedia hendak memisahkan diri dan bergabung ke pihak Ali.
Mengenai Mu'awiyah, demi mendengar peristiwa yang telah terjadi ia segera keluar mendapatkan orang banyak dan menyatakan kepada mereka bahwa ramalan itu benar adanya, dan Rasulullah benar-benar telah meramalkan bahwa 'Ammar akan dibunuh oleh golongan pemberontak. Tetapi siapakah yang telah membunuhnya itu?
Kepada orang-orang sekeliling diserukannya: "Yang telah membunuh Ammar ialah orang-orang yang keluar bersama dari rumahnya dan membawanya pergi berperang.
Maka tertipulah dengan ta'wil yang dicari-cari ini orang-orang yang memendam maksud tertentu dalam hatinya, sementara pertempuran kembali berkobar sampai saat yang telah ditentukan."
Adapun Ammar, ia dipangku oleh Khalifah Ali ke tempat ia mensalatkannya bersama Kaum Muslimin, lalu dimakamkan dengan pakaiannya! Benar, dengan pakaian yang dilumuri oleh darahnya yang bersih suci! Karena tidak satu pun dari sutera atau beludru dunia yang layak untuk menjadi kain kafan bagi seorang syahid mulia, seorang suci utama dari tingkatan Ammar!
Tetapi keperwiraan Ammar yang berjuang seolah-olah ia satu pasukan tentara juga, menghilangkan pertimbangan dan akal sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah Mu'awiyah
mengintai-ngintai kesempatan untuk menewaskannya, hingga setelah kesempatan itu terbuka mereka laksanakanlah dan tewaslah Ammar di tangan tentara Mu'awiyah
Sebagian besar dari tentara Mu'awiyah terdiri dari orang-orang yang baru saja masuk Agama Islam, yakni orang-orang yang menganutnya tidak lama setelah bertalu-talunya genderang kemenangan terhadap kebanyakan negeri yang dibebaskan Islam, baik dari kekuasaan Romawi maupun dari penjajahan Persi.
Maka mereka inilah sebenarnya yang menjadi biang keladi dan menyalakan api perang saudara yang dimulai oleh pembangkangan Mu'awiyah dan penolakannya untuk mengakui Ali sebagai Khalifah dan Imam. Jadi mereka inilah yang bagaikan kayu bakar menyalakan apinya hingga jadi besar dan menggejolak.
Dan bagaimana juga gawatnya pertikaian ini, sedianya akan dapat diselesaikan dengan jalan damai andainya masih terpegang dalam tangan Muslimin pertama. Tetapi demi bentuknya jadi meruncing, ia jatuh ke dalam tokoh-tokoh kotor yang tidak peduli akan nasib Islam hingga api kian menyala dan tambah berkobar.
Berita tewasnya Ammar segera tersebar dan ramalan Rasulullah SAW yang didengar oleh semua sahabatnya sewaktu mereka sedang membina masjid di Madinah di masa yang telah jauh sebelumnya, berpindah dari mulut ke mulut:
"Aduhai Ibnu Sumayyah, ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!"
Maka sekarang tahulah orang-orang siapa kiranya golongan pendurhaka itu, yaitu golongan yang membunuh Ammar, yang tidak lain dari pihak Mu'awiyah!
Dengan kenyataan ini semangat dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali kian bertambah.
Sementara di pihak Mu'awiyah, keraguan mulai menyusup ke dalam hati mereka, bahkan sebagian telah bersedia-sedia hendak memisahkan diri dan bergabung ke pihak Ali.
Mengenai Mu'awiyah, demi mendengar peristiwa yang telah terjadi ia segera keluar mendapatkan orang banyak dan menyatakan kepada mereka bahwa ramalan itu benar adanya, dan Rasulullah benar-benar telah meramalkan bahwa 'Ammar akan dibunuh oleh golongan pemberontak. Tetapi siapakah yang telah membunuhnya itu?
Kepada orang-orang sekeliling diserukannya: "Yang telah membunuh Ammar ialah orang-orang yang keluar bersama dari rumahnya dan membawanya pergi berperang.
Maka tertipulah dengan ta'wil yang dicari-cari ini orang-orang yang memendam maksud tertentu dalam hatinya, sementara pertempuran kembali berkobar sampai saat yang telah ditentukan."
Adapun Ammar, ia dipangku oleh Khalifah Ali ke tempat ia mensalatkannya bersama Kaum Muslimin, lalu dimakamkan dengan pakaiannya! Benar, dengan pakaian yang dilumuri oleh darahnya yang bersih suci! Karena tidak satu pun dari sutera atau beludru dunia yang layak untuk menjadi kain kafan bagi seorang syahid mulia, seorang suci utama dari tingkatan Ammar!
(mhy)
Lihat Juga :