Kisah Buran, Putri Bizantium yang Jadi Maha Ratu Persia

Selasa, 09 November 2021 - 05:15 WIB
Hal ini memungkinkan, sebab umum diketahui pada masa itu, bahwa Dinasti Sasaniyah kerap kali melaksanakan perkawinan sedarah (incestuous) di kalangan keluarga mereka sendiri. Namun, bukan berarti setiap perkawinan di antara keluarga kerajaan sedarah, hal ini bisa berubah tergantung kondisi, perkawinan karena aliansi politik pun tercatat di dalam sejarah mereka.



Sisi Religius Buran

Al-Tabari menuturkan, bahwa ketika Buran didaulat untuk menjadi Ratu Persia, dia berkata, “Aku akan mengejar kebenaran dan menahbiskan keadilan,” dannya mempercayakan urusan pemerintahannya kepada Fus Farrukh dan memberinya jabatan sebagai menteri utama.

Dia berperilaku baik terhadap rakyatnya dan memberlakukan keadilan di antara mereka. Dia memberi perintah agar koin perak atas namanya dicetak, dan dia memperbaiki jembatan batu (al-qanatir) dan jembatan perahu (al-jusur).

Dia juga memutihkan kewajiban pajak tanah bagi orang-orang yang menunggak, dan dia menulis kepada rakyat surat terbuka tentang kebijakan-kebijakannya yang berpihak kepada mereka. Dan dalam surat itu dia juga menyinggung tentang anggota keluarganya yang telah binasa (karena dibunuh oleh Shiruyah).

Pada saat yang bersamaan, dia menunjukkan sisi religiusitasnya, dengan mengungkapkan harapannya bahwa Tuhan akan menunjukkan kepada mereka, melalui kepeduliannya terhadap kesejahteraan rakyat dan kebijakan tegas yang dikeluarkan dari posisinya yang tinggi.

Apa yang akan membuat mereka menyadari bahwa sebuah wilayah tidak ditundukkan melalui kekuatan dan energi manusia. Bahwa kekuatan militer bukan didirikan atas terenggutnya kebebasan rakyat, dan kemenangan itu tidak diperoleh melalui tipu muslihat dan kebencian manusia yang dipadamkan, tetapi semua berasal dari Tuhan, Dia Yang Dimuliakan dan Dipuja-puja.

Lebih jauh, dia menasihati rakyatnya untuk patuh dan mendorong mereka untuk setia. Surat-suratnya menyampaikan semua yang diperlukan (yaitu, untuk bimbingan dan kesejahteraan rakyat).



Hancur dari Dalam

Berkenaan dengan perang yang telah berlangsung lama antara Sasaniyah dan Bizantium, dia menunjukkan itikad baiknya dalam perdamaian dengan mengembalikan kayu salib suci Yerusalem kepada penguasa Bizantium yang dimediasi oleh seorang Kristen Nestorian yang bernama Ishu’hab.

Meski demikian, Sang Ratu, bagaimanapun, tidak memiliki kekuatan untuk memulihkan kedamaian dan ketertiban Istana Sasaniyah yang hancur dari dalam.

Jenderal, abdi dalam, dan bangsawan-bangsawan kuat Persia terus bertarung di antara mereka sendiri. Saat kekacauan dan kemunduran semakin drastis, wilayah Sasaniyah juga diserang oleh orang-orang Turki dan Khazar.

Pada saat yang bersamaan, pasukan Muslim dari Jazirah Arab, yang dalam sudut pandang Persia adalah sebuah kekuatan besar yang meledak, yang muncul secara tiba-tiba, mulai melancarkan ekspansinya ke wilayah Persia.

Ratu yang tidak berdaya ini tidak bisa berbuat apa-apa untuk membalikkan proses disintegrasi politik Dinasti Sasaniyah. Tidak diketahui apa sebabnya, Buran kemudian meninggal setelah satu tahun empat bulan naik takhta.

(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

(QS. Ar-Rahman Ayat 13)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More