Inilah 5 Amalan untuk Menambal Amal Ibadah yang Cacat
Rabu, 09 Februari 2022 - 15:40 WIB
Ada banyak amalan sunnah yang bisa menyempurnakan atau menambal amal ibadah yang cacat atau kurang sempurna. Karena tak bisa dipungkiri, berbagai amal ibadah, seperti shalat, zakat, haji dan puasa yang kita lakukan memang tak terlepas dari kekurangan di sana-sini. Sehingga kita selalu memohon kemurahan Allah Ta'ala untuk memaafkannya, dan berkenan untuk menyempurnakannya.
Alkisah suatu hari Atha As-Salami, seorang Tabi`in bermaksud menjual kain yang telah ditenunnya kepada penjual kain di pasar. Setelah diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan, "Ya, Atha sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya."
Begitu mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung lalu menangis. Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, "Atha sahabatku, aku mengatakan dengan sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis, maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dengan harga yang pas."
Tawaran itu dijawabnya, "Wahai sahabatku,engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya? Ketahuilah sesungguhnya yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu. Aku menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya,tetapi di mata engkau sebagai ahlinya ternyata ada cacatnya." Begitulah aku menangis kepada Allah dikarenakan aku menyangka bahwa ibadah yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun ini tidak ada cacatnya, tetapi mungkin di mata Allah sebagai ahli-Nya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis."
Dari kisah salah satu Tabi'in ini, menyadari sedini mungkin tentang amal yang kita lakukan apakah sudah sesuai ataukah tidak. Untuk menyempurnakan kekurangan itu, agama telah memberikan solusi untuk menambal berbagai kekurangan dan cacat amal tersebut. Hadis menunjukkan amalan-amalan sunnah dapat dijadikan sebagai penambal kekurangan dan cacat ibadah fardu.
Dinukil dari berbagai sumber, inilah amalan yang dapat menambal amal-amal yang cacat tersebut, di antaranya:
1. Shalat sunnah
Ash-Shan’ani dalam kitabnya Subulus Salam mengatakan, di antara hikmah shalat sunah rawatib adalah sebagai penambal bagi kekurangan dan cacat yang terdapat dalam shalat fardu, seperti kurang khusyu atau tawadhunya. Hal ini didukung oleh hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Hakim,
“Amal seseorang yang pertama akan dihisab di hari kiamat adalah shalatnya. Apabila dia menyempurnakannya dicatatlah baginya sempurna, jika dia tidak menyempurnakan shalatnya, Allah akan berkata kepada malaikat-Nya, “Periksalah apakah kalian menemukan hamba-Ku ini memiliki salat sunnah, dengan itulah sempurnakan salat fardunya. Kemudian zakat juga seperti itu. Beberapa amal diambil sesuai ukurannya.” (Subulus-Salam, 2/4)
Hadis ini menunjukkan, bahwa bukan hanya shalat yang akan diperiksa kekurangan dan cacatnya, tetapi juga zakat dan dikiaskanlah ibadah-ibadah lainnya seperti puasa. Jika ibadah ini terdapat kekurangan maka akan dilihat apakah ada amal yang dilakukan untuk menambal kekurangan dan cacat ibadah itu.
2. Sedekah
Ketika kita puasa misalnya, puasa yang kita lakukan rawan untuk ditolak karena penjagaan yang kita lakukan juga sangat kurang. Cobalah duduk di sore hari menjelang berbuka, lalu renungkan apakah ibadah puasa kita hari ini bersih dari noda-noda dosa? Karena puasa yang diterima itu adalah puasa yang bersih dari noda dosa. Untuk itulah diperlukan suatu amal yang diharapkan dapat menambal kekurangan dan menutupi cacat puasa kita itu.
Amal yang diharapkan dapat menambal kekurangan dan cacat itu adalah bersedekah. Sedekah itu amat besar manfaatnya. Bukan hanya menambal, tetapi juga mengembalikan pahala ibadah. Ini sangat penting, mengingat sering sekali pahala puasa kita hilang karena tindakan berdosa seperti gibah dan kurang menjaga pandangan.
Imam Al-Ghazali mengutip argumen Ibnu Mas’ud, “Ada seseorang yang telah beribadah selama 70 tahun. Suatu hari dia terjerumus melakukan kekejian, lalu Allah menghapus amal-amalnya. Suatu ketika dia melewati seorang miskin, lalu dia bersedekah kepada si miskin itu dengan sepotong roti, maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan mengembalikan kembali kepadanya kebaikan amalnya selama 70 tahun itu.” Luqman pernah berkata kepada anaknya, “Apabila engkau berbuat kesalahan, maka berikanlah sedekah.” (Ihya, 1/227)
Hadis Nabi Shallalahu alaihi wa sallam menyebutkan, “Sedekah itu memadamkan keburukan sebagaimana air memadamkan api.” (HR Ibnu Al-Mubarak, At-Tirmidzi dan lain-lain)
3. Istighfar
Meminta ampunan pada Allah. Istighfar adalah penutup setiap amalan shalehh. Salat lima waktu, haji, shalat malam, dan pertemuan dalam majelis biasa ditutup dengan amalan dzikir istighfar ini.
Al Hasan Al Bashri berkata, "Perbanyaklah istighfar karena kalian tidaklah tahu kapan waktu turunnya rahmat."
Lukman pun pernah berkata pada anaknya, "Wahai anakku, basahilah lisanmu dengan bacaan istighfar (permohonan ampun pada Allah) karena Allah telah memilih beberapa waktu yang doa orang yang meminta tidak tertolak saat itu".(Dikutip dari kitab Lathaif Al-Maarif, karya Ibnu Rajab)
4. Memperbanyak membaca Al-Qur'an
Al-Qur'an akan menjadi pembela bagi pembacanya di akhirat. Rasulullah bersabda, "Pada hari kiamat didatangkan Al-Qur'an dan ahlinya, yaitu orang-orang yang mengamalkannya di dunia. Surat Albaqarah dan Ali Imron pun maju mendampingi dan membelanya," (HR Muslim).
5. Silaturahmi
Orang yang gemar silaturahim akan selalu berhubungan dengan Allah Subhanahu wa ta'ala. Dari Aisyah radhiyallahu'anha berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR Bukhari dan Muslim.)
Silaturahim juga dapat menjadi salah satu sebab penting masuk surga dan dijauhkan dari api neraka. Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata, ”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau menjawab, “Menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan bersilaturahim.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).
Meski terkesan sepele, silaturahim adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah SWT, serta tanda takutnya seorang hamba kepada Allah. “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS: Arra’d, 21).
Wallahu A'lam
Alkisah suatu hari Atha As-Salami, seorang Tabi`in bermaksud menjual kain yang telah ditenunnya kepada penjual kain di pasar. Setelah diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan, "Ya, Atha sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya."
Begitu mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung lalu menangis. Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, "Atha sahabatku, aku mengatakan dengan sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis, maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dengan harga yang pas."
Tawaran itu dijawabnya, "Wahai sahabatku,engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya? Ketahuilah sesungguhnya yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu. Aku menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya,tetapi di mata engkau sebagai ahlinya ternyata ada cacatnya." Begitulah aku menangis kepada Allah dikarenakan aku menyangka bahwa ibadah yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun ini tidak ada cacatnya, tetapi mungkin di mata Allah sebagai ahli-Nya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis."
Dari kisah salah satu Tabi'in ini, menyadari sedini mungkin tentang amal yang kita lakukan apakah sudah sesuai ataukah tidak. Untuk menyempurnakan kekurangan itu, agama telah memberikan solusi untuk menambal berbagai kekurangan dan cacat amal tersebut. Hadis menunjukkan amalan-amalan sunnah dapat dijadikan sebagai penambal kekurangan dan cacat ibadah fardu.
Dinukil dari berbagai sumber, inilah amalan yang dapat menambal amal-amal yang cacat tersebut, di antaranya:
1. Shalat sunnah
Ash-Shan’ani dalam kitabnya Subulus Salam mengatakan, di antara hikmah shalat sunah rawatib adalah sebagai penambal bagi kekurangan dan cacat yang terdapat dalam shalat fardu, seperti kurang khusyu atau tawadhunya. Hal ini didukung oleh hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Hakim,
“Amal seseorang yang pertama akan dihisab di hari kiamat adalah shalatnya. Apabila dia menyempurnakannya dicatatlah baginya sempurna, jika dia tidak menyempurnakan shalatnya, Allah akan berkata kepada malaikat-Nya, “Periksalah apakah kalian menemukan hamba-Ku ini memiliki salat sunnah, dengan itulah sempurnakan salat fardunya. Kemudian zakat juga seperti itu. Beberapa amal diambil sesuai ukurannya.” (Subulus-Salam, 2/4)
Hadis ini menunjukkan, bahwa bukan hanya shalat yang akan diperiksa kekurangan dan cacatnya, tetapi juga zakat dan dikiaskanlah ibadah-ibadah lainnya seperti puasa. Jika ibadah ini terdapat kekurangan maka akan dilihat apakah ada amal yang dilakukan untuk menambal kekurangan dan cacat ibadah itu.
2. Sedekah
Ketika kita puasa misalnya, puasa yang kita lakukan rawan untuk ditolak karena penjagaan yang kita lakukan juga sangat kurang. Cobalah duduk di sore hari menjelang berbuka, lalu renungkan apakah ibadah puasa kita hari ini bersih dari noda-noda dosa? Karena puasa yang diterima itu adalah puasa yang bersih dari noda dosa. Untuk itulah diperlukan suatu amal yang diharapkan dapat menambal kekurangan dan menutupi cacat puasa kita itu.
Amal yang diharapkan dapat menambal kekurangan dan cacat itu adalah bersedekah. Sedekah itu amat besar manfaatnya. Bukan hanya menambal, tetapi juga mengembalikan pahala ibadah. Ini sangat penting, mengingat sering sekali pahala puasa kita hilang karena tindakan berdosa seperti gibah dan kurang menjaga pandangan.
Imam Al-Ghazali mengutip argumen Ibnu Mas’ud, “Ada seseorang yang telah beribadah selama 70 tahun. Suatu hari dia terjerumus melakukan kekejian, lalu Allah menghapus amal-amalnya. Suatu ketika dia melewati seorang miskin, lalu dia bersedekah kepada si miskin itu dengan sepotong roti, maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan mengembalikan kembali kepadanya kebaikan amalnya selama 70 tahun itu.” Luqman pernah berkata kepada anaknya, “Apabila engkau berbuat kesalahan, maka berikanlah sedekah.” (Ihya, 1/227)
Hadis Nabi Shallalahu alaihi wa sallam menyebutkan, “Sedekah itu memadamkan keburukan sebagaimana air memadamkan api.” (HR Ibnu Al-Mubarak, At-Tirmidzi dan lain-lain)
3. Istighfar
Meminta ampunan pada Allah. Istighfar adalah penutup setiap amalan shalehh. Salat lima waktu, haji, shalat malam, dan pertemuan dalam majelis biasa ditutup dengan amalan dzikir istighfar ini.
Al Hasan Al Bashri berkata, "Perbanyaklah istighfar karena kalian tidaklah tahu kapan waktu turunnya rahmat."
Lukman pun pernah berkata pada anaknya, "Wahai anakku, basahilah lisanmu dengan bacaan istighfar (permohonan ampun pada Allah) karena Allah telah memilih beberapa waktu yang doa orang yang meminta tidak tertolak saat itu".(Dikutip dari kitab Lathaif Al-Maarif, karya Ibnu Rajab)
4. Memperbanyak membaca Al-Qur'an
Al-Qur'an akan menjadi pembela bagi pembacanya di akhirat. Rasulullah bersabda, "Pada hari kiamat didatangkan Al-Qur'an dan ahlinya, yaitu orang-orang yang mengamalkannya di dunia. Surat Albaqarah dan Ali Imron pun maju mendampingi dan membelanya," (HR Muslim).
5. Silaturahmi
Orang yang gemar silaturahim akan selalu berhubungan dengan Allah Subhanahu wa ta'ala. Dari Aisyah radhiyallahu'anha berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR Bukhari dan Muslim.)
Silaturahim juga dapat menjadi salah satu sebab penting masuk surga dan dijauhkan dari api neraka. Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata, ”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau menjawab, “Menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan bersilaturahim.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).
Meski terkesan sepele, silaturahim adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah SWT, serta tanda takutnya seorang hamba kepada Allah. “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS: Arra’d, 21).
Wallahu A'lam
(wid)