An-Nadhr: Belajar Sejarah ke Irak Demi Taklukkan Nabi

Senin, 15 Juni 2020 - 14:57 WIB
Sepulangnya dari Al-Hirah, An-Nadr melancarkan aksinya mengganggu dakwah Rasulullah. Setiap kali Rasulullah membuat sebuah majelis untuk menyampaikan dakwahnya, An-Nadhr ikut-ikutan membuat sebuah majlis tak jauh dari majelis Rasulullah dengan tujuan agar masyarakat tidak tertarik kepada majelis Rasulullah.

Ia selalu berseru; Demi Allah Muhammad tidak lebih baik pembicaraannya daripada aku." Ia mulai menceritakan legenda raja-raja Persia kepada audiensnya. Setelah selesai bercerita ia akan berkata: "Dengan apa Muhammad bisa menjadi lebih baik pembicaraannya daripada aku?"



Minta Diazab

Upaya-upaya An-Nadhr terus mengalami kegagalan. Ia merasa malu dan marah. Itu sebabnya makin dahsyat pula kedengkian serta kekufurannya terhadap Nabi Muhammad. Lantas An-Nadhr mengumpulkan orang lebih banyak dan lebih besar lagi. Tentu, diundang pula Nabi Muhammad pada acaranya itu.

Boleh jadi ini adalah puncak penentangan dan kebencian Nadhr bin Harits terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan risalah yang diemban. Ia berani menantang Allah subhanahu wa ta‘ala demi memuaskan hasratnya menjatuhkan Nabi di depan penduduk Makkah.

Bahwa jika memang benar Muhammad adalah utusan Allah subhanahu wa ta‘ala, dia meminta Allah untuk menurunkan azab sebab dia mengingkari kerasulan Muhammad SAW.



Baca juga
: Umar bin Khattab: Si Kidal Penggembala Unta dengan Ayah yang Pemarah

Dia meminta Allah untuk menurunkan hujan batu saat itu juga. An-Nadhr bin Harits ingin mempengaruhi logika berpikir masyarakat Makkah, kalau tidak ada sesuatu yang terjadi pada dirinya yang menolak beriman pada Rasulullah, maka tentu masyarakat seharusnya menganggap bahwa apa yang disampaikan Nabi Muhammad adalah dusta. Tantangan ini diabadikan di dalam Al-Qur‘an sekaligus menjadi asbabun nuzul turunnya ayat berikut ini:

وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَٰذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih". (QS. Al-Anfal : 32)

( )

Tantangan tersebut pun dijawab Allah, bahwa Allah tidak akan mengazab masyarakat ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam masih bersama mereka dan Allah tidak mungkin mengazab mereka selagi mereka mau memohon ampun dan beristighfar kepada Allah subhanahu wa ta‘ala.

Peristiwa ini pun menjadi sebab turunnya ayat berikut, Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al Anfal : 33).

Allah ta’ala tak langsung menurunkan azab kepadanya. Allah membuatkan untuknya sebuah “skenario”. Ia dihinakan dan bertingkah memalukan terus-menerus. Hingga akhirnya, skenario Allah ta’ala akan Perang Badar menjadi kuburan bagi musuh-musuh Rasulullah, termasuk di dalamnya terbunuhnya An-Nadhr. (Baca juga: Membakar Masjid Kaum Munafik, Matinya Abdullah Bin Ubay )

(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Malaikat tidak mau masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat patung-patung atau gambar-gambar.

(HR. Muslim No. 3948)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More