Resep Obat Darah Rendah dari Abu Nawas untuk Si Kikir
Jum'at, 03 Juli 2020 - 10:32 WIB
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). Kisah Abu Nawas amat banyak. Ada yang konyol, lucu, dan satir. Nah, ini kali kisah tentang bagaimana Abu Nawas menghadapi temannya yang memiliki sifat kikir, pelit atau bakhir. (
)
Pelit atau kikir atau bakhil, adalah kesukaan seseorang menumpuk harta tanpa mau berbagi. Sifat negatif ini jelas dibenci lingkungan sosial. Sifat ini mendorong seseorang untuk menumpuk harta tanpa pernah mau memerhatikan nasib saudaranya. Dia tidak peduli dengan kondisi orang lain, yang penting dia sendiri bahagia, syukur-syukur bisa kaya.
Sifat pelit membawa bahaya besar bukan hanya pada kehidupan pribadi. Masyarakat juga bisa terkena dampak sifat kikir seseorang.
Dampak luas itu terjadi karena sifat kikir bisa menjerumuskan orang untuk melakukan segala cara demi mendapatkan harta. Sekalipun cara yang dijalankan tergolong tidak bermoral.
Pelit juga cenderung memutuskan silaturahim dan relasi dengan orang lain karena orang pelit tidak peduli dengan lingkungannya dan lebih mementingkan diri sendiri.
Alkisah, suatu hari Abu Nawas berkunjung ke rumah temannya. Kebetulan temannya ini termasuk golongan orang bakhil atau kikir.
Saat Abu Nawas berkunjung ke rumah si kikir tadi, kebetulan si kikir ini sedang dilanda demam tinggi. Tak begitu lama datanglah tabib yang akan memeriksa si kikir tadi.( )
Setelah memeriksa, sang tabib pun memberitahukan kepada si kikir perihal penyakit yang sedang dideritanya.
“Wahai Tuan, demam Anda tinggi sekali sementara itu tekanan darahmu rendah. Demam tuan akan sembuh jika tekanan darah tuan naik,” jelas sang tabib kepada si kikir tadi. ( )
Mendengar penjelasan sang tabib, Abu Nawas tanpa sengaja nyeletuk “Wahai Tabib, aku tahu bagaimana membuat tekanan darah temanku yang kikir ini naik dengan cepat,” celetuk Abu Nawas.
“Bagaimana Abu Nawas?” tanya sang tabib penasaran. ( )
“Makanlah semua makanan di rumah ini (rumah si kikir) di hadapannya, aku yakin darahnya akan naik dengan cepat dan demamnya pun akan hilang,” jawab Abu Nawas.
Sang tabib yang mendengar jawaban Abu Nawas tertawa terbahak-bahak. Sementara teman Abu Nawas yang pelit bin kikir bin bakhil dan sedang sakit tadi hanya diam, dan memalingkan wajahnya dari Abu Nawas dan sang tabib. ( )
Pelit atau kikir atau bakhil, adalah kesukaan seseorang menumpuk harta tanpa mau berbagi. Sifat negatif ini jelas dibenci lingkungan sosial. Sifat ini mendorong seseorang untuk menumpuk harta tanpa pernah mau memerhatikan nasib saudaranya. Dia tidak peduli dengan kondisi orang lain, yang penting dia sendiri bahagia, syukur-syukur bisa kaya.
Sifat pelit membawa bahaya besar bukan hanya pada kehidupan pribadi. Masyarakat juga bisa terkena dampak sifat kikir seseorang.
Dampak luas itu terjadi karena sifat kikir bisa menjerumuskan orang untuk melakukan segala cara demi mendapatkan harta. Sekalipun cara yang dijalankan tergolong tidak bermoral.
Pelit juga cenderung memutuskan silaturahim dan relasi dengan orang lain karena orang pelit tidak peduli dengan lingkungannya dan lebih mementingkan diri sendiri.
Alkisah, suatu hari Abu Nawas berkunjung ke rumah temannya. Kebetulan temannya ini termasuk golongan orang bakhil atau kikir.
Saat Abu Nawas berkunjung ke rumah si kikir tadi, kebetulan si kikir ini sedang dilanda demam tinggi. Tak begitu lama datanglah tabib yang akan memeriksa si kikir tadi.( )
Setelah memeriksa, sang tabib pun memberitahukan kepada si kikir perihal penyakit yang sedang dideritanya.
“Wahai Tuan, demam Anda tinggi sekali sementara itu tekanan darahmu rendah. Demam tuan akan sembuh jika tekanan darah tuan naik,” jelas sang tabib kepada si kikir tadi. ( )
Mendengar penjelasan sang tabib, Abu Nawas tanpa sengaja nyeletuk “Wahai Tabib, aku tahu bagaimana membuat tekanan darah temanku yang kikir ini naik dengan cepat,” celetuk Abu Nawas.
“Bagaimana Abu Nawas?” tanya sang tabib penasaran. ( )
“Makanlah semua makanan di rumah ini (rumah si kikir) di hadapannya, aku yakin darahnya akan naik dengan cepat dan demamnya pun akan hilang,” jawab Abu Nawas.
Sang tabib yang mendengar jawaban Abu Nawas tertawa terbahak-bahak. Sementara teman Abu Nawas yang pelit bin kikir bin bakhil dan sedang sakit tadi hanya diam, dan memalingkan wajahnya dari Abu Nawas dan sang tabib. ( )
(mhy)