Wasiat Al-Fatih kepada Putranya (2): Berperang di Jalan Allah atau Mati Syahid

Kamis, 23 Juli 2020 - 11:58 WIB
loading...
A A A
Ungkapan paling populer ketika orang-orang Utsmani mulai keluar untuk melancarkan jihad fi sabilillah ialah; “Ghazi au syahid” (berperang di jalan Allah atau mendapatkan mati syahid),



Sejak berdirinya, pemimpin Utsmani diberi gelar Al-Ghazi. Gelar ini merupakan gelar utama yang diberikan kepada sultan-sultan yang mulia, Sedangkan tujuan dari berdirinya pemerintahan Utsmani sendiri adalah untuk “membela Islam dan mengibarkan panji Islam di tengah manusia.”

Pemerintahan Utsmani direkonstruksi berdasarkan ajaran Islam . Hal ini berlaku di hadapan rakyat, Sultan, pemerintahan dan tentara, budaya dan hukum, manhaj dan rasa, tujuan dan misi. Semua ini berlangsung selama kurang lebih 700 tahun.

Perhatian para Sultan Utsmani kepada agama begitu kuat, mereka mendahulukan agama daripada hal-hal lain. Mereka berusaha komitmen dengan ajaran-ajaran Islam dan tidak menyandarkan diri kepada urusan-urusan di luar Islam, dari sisi khazanah pemikiran maupun peradaban. ( )

Sedangkan tanah air dalam pandangan mereka, adalah semua bumi yang di dalamnya orang-orang muslim berada. Sedangkan kata ”millat” dalam pandangan mereka berarti umat dan agama sekaligus. Ini menjadi tujuan pendidikan di semua sekolah, akademi-akademi, serta universitas-universitas. Nilai-nilai inilah yang sengaja diciptakan sejak masa-masa pendidikan awal mereka.



Menurut Ash-Shalabi, semua kaum muslimin mendaftarkan diri di tempat sensus di kantor-kantor Utsmani dengan menyebutkan identitas diri. Apa yang disebutkan dalam kartu identitas diri mereka, hanyalah bahwa mereka beragama Islam. Tidak pernah disebutkan bahwa mereka berasal dari Turki, Arab, Sirakus. Albania, atau Kurdi. Yang menjadi perhatian pemerintah hanyalah agama mereka. Maka dengan menyebutkan, bahwa mereka adalah seorang muslim, hal itu sudah cukup.



Pemimpin Utsmani selalu memperhatikan siapa saja yang berperang di jalan Allah, tanpa membedakan latar sejarahnya. Di antara mujahid itu ialah Abdullah Al-Baththal yang syahid dalam peperangan Ukrania di Asia Kecil pada tahun 122 H, pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Seperti disebutkan oleh Imam At-Thabari dalam Tarikh-nya: “Di dalam peperangan itu meninggal Abdullah Al-Baththal dari kalangan muslimin di tanah Romawi."

Mujahid ini dianggap sebagai pahlawan negara. Padahal kita tahu, jarak zaman antara meninggalnya Abdullah Al-Baththal yang berasal dari Arab dengan berdirinya pemerintahan Utsmani, adalah berkisar kurang lebih 700 tahun.

Ash-Shalabi menyebutkan sejarah orang-orang Utsmani syarat dengan nasab Islam, sejarah Islam, dan mujahid-mujahid Islam. (Baca juga: Sujud Syukur Dunia Islam Sambut Kemenangan Al-Fatih, Hagia Sophia Jadi Masjid )

Sesungguhnya para Sultan Utsmani digelari dengan berbagai gelar yang semua itu menunjukkan keutamaan mereka dalam mengabdi kepada agama Allah. Sehingga mereka diberi gelar dengan Sultan Al-Ghuzat, Mujahidin, Khadimul Haramain Asy-Syarifain dan Khalifatul Muslimin. (Bersambung)
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2852 seconds (0.1#10.140)