Syaikh Al-Qardhawi: Begini jika Syariat Dipraktikkan oleh yang Bukan Ahlinya
loading...
A
A
A
Syaikh Yusuf al-Qardhawi mengatakan syariat Islam tidak mungkin diterapkan dengan penerapan yang sebenarnya kecuali oleh orang-orang yang beriman (percaya) terhadap kesuciannya, Rabbaniyah sumbernya, keadilan hukumnya, ketinggian tujuannya, dan orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan hanya kepada-Nya.
"Inilah yang membuat mereka bersemangat untuk memahaminya dengan pemahaman yang detail, memahami hukum-hukumnya dan tujuannya secara mendalam," ujar Syaikh Yusuf Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 1997).
Kemudian mereka berlomba untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang ada di hadapannya, sebagaimana mereka senang untuk menjadi contoh yang baik terhadap pelaksanaan prinsip-prinsipnya dan teladan yang baik bagi orang-orang yang belum puas terhadapnya, sehingga orang lain bisa melihat mereka dalam keimanan, akhlak dan perilakunya.
"Dengan begitu orang-orang yang melihat mereka akan mencintai syari'at, karena telah melihat sendiri pengaruhnya yang nyata dalam kehidupan," jelasnya.
Menurut al-Qardhawi, para sahabat dan kaum Muslimin generasi awal dahulu menjalankan hal tersebut. "Manusia mencintai Islam setelah Islam mencintai mereka. Kemudian mereka berbondong-bondong masuk ke dalam Islam karena tertarik dengan keindahan akhlak dan keikhlasan para shahabat. Sungguh para sahabat adalah ibarat Qur'an yang hidup dan berialan di tengah-tengah mereka," ujar al-Qardhawi.
Menurut al-Qardhawi, kebanyakan dari kendala yang dihadapi dewasa ini dalam menerapkan syari'at Islam--yang menjadi sasaran kritik dan pelecehan dari orang-orang yang mengkritik--adalah karena syariat itu dinisbatkan, diserukan dan dipraktikkan oleh orang-orang yang bukan ahlinya.
"Yang saya maksud 'bukan ahlinya' di sini adalah mereka yang tidak memahami hakikat (esensi) dari syari'at Islam tersebut dan orang yang memahami namun melalaikannya," jelasnya.
Rasa memiliki (sense of belonging) tidak lagi ada pada mereka, sehingga tidak bersemangat dan tidak beriltizam terhadap syari'at itu sendiri.
Al-Qardhawi menekankan, sesungguhnya risalah yang besar memerlukan pemelihara dan pendukung yang kuat pula, mereka itulah yang pertama kali bertanggung jawab terhadap penyebaran dan pelaksanaan nilai-nilai dan ajarannya di tengah kehidupan masyarakat.
"Tanpa begitu, maka penerapan syari'at hanyalah sekadar lahirnya saja, dan tak akan sampai bisa mengubah pola hidup masyarakat dari akarnya dan tidak bisa menerobos kebaikan itu dari dasarnya," ujar al-Qardhawi.
"Inilah yang membuat mereka bersemangat untuk memahaminya dengan pemahaman yang detail, memahami hukum-hukumnya dan tujuannya secara mendalam," ujar Syaikh Yusuf Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 1997).
Kemudian mereka berlomba untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang ada di hadapannya, sebagaimana mereka senang untuk menjadi contoh yang baik terhadap pelaksanaan prinsip-prinsipnya dan teladan yang baik bagi orang-orang yang belum puas terhadapnya, sehingga orang lain bisa melihat mereka dalam keimanan, akhlak dan perilakunya.
"Dengan begitu orang-orang yang melihat mereka akan mencintai syari'at, karena telah melihat sendiri pengaruhnya yang nyata dalam kehidupan," jelasnya.
Menurut al-Qardhawi, para sahabat dan kaum Muslimin generasi awal dahulu menjalankan hal tersebut. "Manusia mencintai Islam setelah Islam mencintai mereka. Kemudian mereka berbondong-bondong masuk ke dalam Islam karena tertarik dengan keindahan akhlak dan keikhlasan para shahabat. Sungguh para sahabat adalah ibarat Qur'an yang hidup dan berialan di tengah-tengah mereka," ujar al-Qardhawi.
Menurut al-Qardhawi, kebanyakan dari kendala yang dihadapi dewasa ini dalam menerapkan syari'at Islam--yang menjadi sasaran kritik dan pelecehan dari orang-orang yang mengkritik--adalah karena syariat itu dinisbatkan, diserukan dan dipraktikkan oleh orang-orang yang bukan ahlinya.
"Yang saya maksud 'bukan ahlinya' di sini adalah mereka yang tidak memahami hakikat (esensi) dari syari'at Islam tersebut dan orang yang memahami namun melalaikannya," jelasnya.
Rasa memiliki (sense of belonging) tidak lagi ada pada mereka, sehingga tidak bersemangat dan tidak beriltizam terhadap syari'at itu sendiri.
Al-Qardhawi menekankan, sesungguhnya risalah yang besar memerlukan pemelihara dan pendukung yang kuat pula, mereka itulah yang pertama kali bertanggung jawab terhadap penyebaran dan pelaksanaan nilai-nilai dan ajarannya di tengah kehidupan masyarakat.
"Tanpa begitu, maka penerapan syari'at hanyalah sekadar lahirnya saja, dan tak akan sampai bisa mengubah pola hidup masyarakat dari akarnya dan tidak bisa menerobos kebaikan itu dari dasarnya," ujar al-Qardhawi.
Baca Juga
(mhy)