Utsmani Runtuh, Mereka Menyesal Jadi Tunggangan Freemasonry
loading...
A
A
A
SEBAGIAN besar dari kalangan garda depan yang terlibat dalam organisasi Persatuan dan Pembangunan mengaku telah terjerat dalam gerakan Freemasonry-Zionis . Belakangan mereka menyesal atas semua yang terjadi. Penyesalan yang tentu saja tiada guna. Khilafah Utsmaniyah runtuh menyusul tumbangnya kekuasaan Sultan Abdul Hamid II . (
)
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menyebut Anwar Pasya yang telah memainkan peran besar dalam revolusi tahun 1908 dalam sebuah pembicaraan dengan Jamal Pasya, salah seorang pentolan dari Persatuan dan Pembangunan, mengatakan: “Tahukah engkau wahai Jamal, apa dosa kita?” ( )
Setelah merasakan perasaan menyesal yang sangat dalam, dia berkata: “Kami tidak mengenal secara dekat Sultan Abdul Hamid, sehingga terjerat menjadi tangan-tangan Yahudi . Orang-orang Freemasonry menjadikan kita sebagai aset mereka. Kita telah mengeluarkan segala upaya kita untuk kepentingan orang-orang Zionis. lnilah dosa kita yang sebenarnya.” ( )
Serupa dengan kalimat tersebut, Ayub Shabri salah seorang pemimpin Persatuan dan Pembangunan dari kalangan militer mengatakan: “Kita telah jatuh dalam jerat orang-orang Yahudi, tatkala kita melakukan apa yang menjadi keinginan orang-orang Yahudi melalui Freemasonry dengan cara mereka menyuguhkan beberapa keping uang lira emas kepada kita. Padahal pada saat yang sama, orang-orang Yahudi itu telah menawarkan uang emas lira sebanyak 30 juta kepada Sultan dengan harapan Sultan melakukan apa yang mereka inginkan, namun Sultan menolak keinginan mereka.”
Serupa dengan ini adalah apa yang dikatakan oleh Bernard Lewis; “Orang-orang Freemasonry dan Yahudi itu telah melakukan kerja sama rahasia untuk menjungkalkan Sultan Abdul Hamid II. Sebab dia adalah orang yang paling keras menentang orang-orang Yahudi dan menolak untuk memberikan sejengkal tanah pun dari wilayah Palestina kepada orang-orang Yahudi.”
Arbakan sang mujahid besar pemimpin Partai Refah di Turki memberikan komentar mengenai masalah ini dengan mengatakan: ”Sesungguhnya gerakan Freemasonry telah berusaha dengan usaha sangat keras untuk menurunkan Sultan Abdul Hamid II. Mereka berhasil dalam usahanya. Organisasi Freemasonry yang pertama kali dibuka di Turki dilakukan oleh Emanuel Qurushu seorang Yahudi. Bergabung dalam organisasi ini beberapa perwira di Salonika." (
Dalam sebuah makalah yang dipublikasikan di surat kabar Buyuk Dhughu yang terbit di Turki pada tanggal 2 Mei tahun 1947 edisi 61 Muharram, Fauzi Thughai dalam sebuah judul; Palestina dan Masalah Yahudi, mengatakan, Sultan Abdul Hamid mencegah keinginan Yahudi untuk merealisasikan tujuan orang-orang Yahudi untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina. “Tindakan ini harus menelan biaya yang sangat mahal dengan akibat disingkirkannya dari singgasana kekuasaan,” tulisnya.
Bahkan, kata Fauzi Thughai, inilah yang kemudian mengakibatkan kehancuran khilafah Utsmani secara keseluruhan.
Walaupun sebenarnya dia mengetahui --sebagaimana yang dikatakan oleh Nizhamuddin Labah Dankhan Ughlu-- dalam sebuah studinya tentang peran Yahudi dalam penghancuran pemerintahan Utsmani bahwa orang-orang Yahudi itu memiliki kekuatan yang demikian besar yang bisa membuat mereka sukses dalam melakukan sebuah aksi yang sangat teratur. Harta kekayaan ada di tangan mereka, hubungan bisnis internasional juga ada di tangan mereka. Sebagaimana mereka juga menguasai media Eropa dan gerakan Freemasonry.
Penekan Israel
Setelah Sultan Abdul Hamid ll disingkirkan dari pemerintahan, media-media Yahudi yang berada di Salonika menyatakan kegembiraan mereka dari tekanan “Penekan Israel” sebagaimana yang dituliskan oleh media-media tersebut.
Dalam hal ini Luther mengatakan: "Setelah Sultan Abdul Hamid disingkirkan dari kesultanan, media-media Yahudi di Salonika menyatakan kegembiraannya dan menyatakan kabar gembira akan terlepasnya dari ‘Penekan Israel’ yang menolak permintaan Herzl yang memberikan paspor mereka serupa dengan undang-undang untuk orang asing.”
Kampanye melalui media terus dilakukan oleh orang-orang Yahudi selama beberapa lama yang mengecam dengan keras Sultan Abdul Hamid ll. Apa yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dari kampanye ini dimaksudkan untuk:
Pertama, membela para anggota Persatuan dan Pembangunan dengan cara memberikan justifikasi terhadap apa yang mereka lakukan dalam mengakhiri pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, agar pemerintahan Utsmani kembali memiliki posisi stabil sebagaimana semula.
Kedua, menutupi kegagalan organisasi Persatuan dan Pembangunan di dalam memerintah negara. Dimana orang-orang Persatuan dan Pembangunan ini menjadikan kekerasan dan kediktatoran sebagai sarana untuk berkuasa. Mereka telah memecah belah rakyat di dalam negeri.
Ketiga, nemberikan kabar yang demikian indah tentang munculnya seorang mulhid-thaghut yang bernama Mushtafa Kemal At-Taturk dan pendukung-pendukungnya, serta memberikan pembenaran terhadap apa yang dilakukan oleh antek-antek dan kaki tangan Yahudi, Inggris dan negara-negara Barat, dalam meruntuhkan pemerintahan Utsmani dan Pembentukan Republik Turki.
Keempat, keinginan orang-orang Zionis untuk menghancurkan kepribadian Sultan Abdul Hamid II, sebagai balas dendam mereka terhadap kebijakannya yang menentang tujuan yang ingin mereka capai di Palestina.
Masalah sebenarnya adalah, andaikata pemerintahan Utsmani tidak memiliki pondasi orisinalitas yang kuat dan kekuatannya, niscaya pemerintahan ini telah menjadi debu dan telah tertutup lembaran sejarahnya pada abad delapan belas atau awal kesembilan belas Masehi.
Namun pemerintahan Utsmani mampu melakukan perlawanan yang demikian hebat terhadap musuh-musuh zamannya lebih dari dua abad lamanya, untuk mengusir serangan imperialisme dan tipu daya Yahudi dan jerat-jerat Freemasonry.
Sedangkan kelemahan yang diderita oleh pemerintahan Utsmani, sama sekali bukan tanggung jawab Sultan Abdul Hamid II semata. Hingga akhirnya kekayaan pemerintahan Utsmani dirampas oleh negara-negara kolonialis Barat yang sejak lama telah merancang untuk menghancurkan pemerintahan Utsmani. (
Keterangan foto: Sultan Abdul Hamid II setelah diwarnai. (Foto-foto Wikipedia) .
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menyebut Anwar Pasya yang telah memainkan peran besar dalam revolusi tahun 1908 dalam sebuah pembicaraan dengan Jamal Pasya, salah seorang pentolan dari Persatuan dan Pembangunan, mengatakan: “Tahukah engkau wahai Jamal, apa dosa kita?” ( )
Setelah merasakan perasaan menyesal yang sangat dalam, dia berkata: “Kami tidak mengenal secara dekat Sultan Abdul Hamid, sehingga terjerat menjadi tangan-tangan Yahudi . Orang-orang Freemasonry menjadikan kita sebagai aset mereka. Kita telah mengeluarkan segala upaya kita untuk kepentingan orang-orang Zionis. lnilah dosa kita yang sebenarnya.” ( )
Serupa dengan kalimat tersebut, Ayub Shabri salah seorang pemimpin Persatuan dan Pembangunan dari kalangan militer mengatakan: “Kita telah jatuh dalam jerat orang-orang Yahudi, tatkala kita melakukan apa yang menjadi keinginan orang-orang Yahudi melalui Freemasonry dengan cara mereka menyuguhkan beberapa keping uang lira emas kepada kita. Padahal pada saat yang sama, orang-orang Yahudi itu telah menawarkan uang emas lira sebanyak 30 juta kepada Sultan dengan harapan Sultan melakukan apa yang mereka inginkan, namun Sultan menolak keinginan mereka.”
Serupa dengan ini adalah apa yang dikatakan oleh Bernard Lewis; “Orang-orang Freemasonry dan Yahudi itu telah melakukan kerja sama rahasia untuk menjungkalkan Sultan Abdul Hamid II. Sebab dia adalah orang yang paling keras menentang orang-orang Yahudi dan menolak untuk memberikan sejengkal tanah pun dari wilayah Palestina kepada orang-orang Yahudi.”
Arbakan sang mujahid besar pemimpin Partai Refah di Turki memberikan komentar mengenai masalah ini dengan mengatakan: ”Sesungguhnya gerakan Freemasonry telah berusaha dengan usaha sangat keras untuk menurunkan Sultan Abdul Hamid II. Mereka berhasil dalam usahanya. Organisasi Freemasonry yang pertama kali dibuka di Turki dilakukan oleh Emanuel Qurushu seorang Yahudi. Bergabung dalam organisasi ini beberapa perwira di Salonika." (
Dalam sebuah makalah yang dipublikasikan di surat kabar Buyuk Dhughu yang terbit di Turki pada tanggal 2 Mei tahun 1947 edisi 61 Muharram, Fauzi Thughai dalam sebuah judul; Palestina dan Masalah Yahudi, mengatakan, Sultan Abdul Hamid mencegah keinginan Yahudi untuk merealisasikan tujuan orang-orang Yahudi untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina. “Tindakan ini harus menelan biaya yang sangat mahal dengan akibat disingkirkannya dari singgasana kekuasaan,” tulisnya.
Bahkan, kata Fauzi Thughai, inilah yang kemudian mengakibatkan kehancuran khilafah Utsmani secara keseluruhan.
Walaupun sebenarnya dia mengetahui --sebagaimana yang dikatakan oleh Nizhamuddin Labah Dankhan Ughlu-- dalam sebuah studinya tentang peran Yahudi dalam penghancuran pemerintahan Utsmani bahwa orang-orang Yahudi itu memiliki kekuatan yang demikian besar yang bisa membuat mereka sukses dalam melakukan sebuah aksi yang sangat teratur. Harta kekayaan ada di tangan mereka, hubungan bisnis internasional juga ada di tangan mereka. Sebagaimana mereka juga menguasai media Eropa dan gerakan Freemasonry.
Penekan Israel
Setelah Sultan Abdul Hamid ll disingkirkan dari pemerintahan, media-media Yahudi yang berada di Salonika menyatakan kegembiraan mereka dari tekanan “Penekan Israel” sebagaimana yang dituliskan oleh media-media tersebut.
Dalam hal ini Luther mengatakan: "Setelah Sultan Abdul Hamid disingkirkan dari kesultanan, media-media Yahudi di Salonika menyatakan kegembiraannya dan menyatakan kabar gembira akan terlepasnya dari ‘Penekan Israel’ yang menolak permintaan Herzl yang memberikan paspor mereka serupa dengan undang-undang untuk orang asing.”
Kampanye melalui media terus dilakukan oleh orang-orang Yahudi selama beberapa lama yang mengecam dengan keras Sultan Abdul Hamid ll. Apa yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dari kampanye ini dimaksudkan untuk:
Pertama, membela para anggota Persatuan dan Pembangunan dengan cara memberikan justifikasi terhadap apa yang mereka lakukan dalam mengakhiri pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, agar pemerintahan Utsmani kembali memiliki posisi stabil sebagaimana semula.
Kedua, menutupi kegagalan organisasi Persatuan dan Pembangunan di dalam memerintah negara. Dimana orang-orang Persatuan dan Pembangunan ini menjadikan kekerasan dan kediktatoran sebagai sarana untuk berkuasa. Mereka telah memecah belah rakyat di dalam negeri.
Ketiga, nemberikan kabar yang demikian indah tentang munculnya seorang mulhid-thaghut yang bernama Mushtafa Kemal At-Taturk dan pendukung-pendukungnya, serta memberikan pembenaran terhadap apa yang dilakukan oleh antek-antek dan kaki tangan Yahudi, Inggris dan negara-negara Barat, dalam meruntuhkan pemerintahan Utsmani dan Pembentukan Republik Turki.
Keempat, keinginan orang-orang Zionis untuk menghancurkan kepribadian Sultan Abdul Hamid II, sebagai balas dendam mereka terhadap kebijakannya yang menentang tujuan yang ingin mereka capai di Palestina.
Masalah sebenarnya adalah, andaikata pemerintahan Utsmani tidak memiliki pondasi orisinalitas yang kuat dan kekuatannya, niscaya pemerintahan ini telah menjadi debu dan telah tertutup lembaran sejarahnya pada abad delapan belas atau awal kesembilan belas Masehi.
Namun pemerintahan Utsmani mampu melakukan perlawanan yang demikian hebat terhadap musuh-musuh zamannya lebih dari dua abad lamanya, untuk mengusir serangan imperialisme dan tipu daya Yahudi dan jerat-jerat Freemasonry.
Sedangkan kelemahan yang diderita oleh pemerintahan Utsmani, sama sekali bukan tanggung jawab Sultan Abdul Hamid II semata. Hingga akhirnya kekayaan pemerintahan Utsmani dirampas oleh negara-negara kolonialis Barat yang sejak lama telah merancang untuk menghancurkan pemerintahan Utsmani. (
Keterangan foto: Sultan Abdul Hamid II setelah diwarnai. (Foto-foto Wikipedia) .
(mhy)