Tradisi Alkimia Masuk ke Barat Melalui Sumber-Sumber Arab

Kamis, 06 Agustus 2020 - 12:34 WIB
loading...
Tradisi Alkimia Masuk ke Barat Melalui Sumber-Sumber Arab
Imam Al-Ghazali. Ilustrasi/Ist
A A A
IMAM al-Ghazali secara khusus mempertahankan penggunaan musik , untuk mengangkat persepsi-persepsi dalam buku Ihya'-nya -- dalam hal yang semacam itu musik digunakan kaum Darwis dari Tarekat Mevlevi dan Chisytiyah. ( )

Idries Shah dalam The Sufis yang diterjemahkan M. Hidayatullah dan Roudlon, S.Ag. menjadi Mahkota Sufi : Menembus Dunia Ekstra Dimensi, menyebut metodologi Imam al-Ghazali diikuti oleh kelompok-kelompok sufi dengan bermacam-macam variasi.

Di Barat, gubahan Ravel, Balero, sesungguhnya merupakan sebuah penyesuaian dari salah satu karya-karya musik yang dikomposisi secara khusus itu.

Ia mengemukakan bahwa dalam upaya mengembangkan ke arah fakultas-fakultas lebih tinggi, kebanggaan diri harus dikenali dan dikalahkan. Bentuk-bentuk ini adalah bagian lain dari latihan dan studi sufi. Ia memberi petunjuk bahwa kesadaran harus dialihkan, lebih baik daripada dikalahkan.

Itu sebenarnya digunakan dalam ungkapan khusus alkimia oleh para Sufi Abad Pertengahan yang bertanggung jawab atas sebagian besar kekacauan pikiran di kalangan peneliti-peneliti terakhir ini, perihal apa sebenarnya "alkimia" yang dimaksudkan.

Sebagian menyatakan bahwa itu adalah sebuah bentuk samaran dari sebuah penyelidikan spiritual. Sebagian lagi menjawab, bahwa laboratorium-laboratorium para ahli alkimia telah diuji dan menunjukkan semua indikasi penggunaannya untuk eksperimen-eksperimen nyata. Karya-karya yang berasal dari para ahli alkimia spiritual telah digambarkan sebagai uraian kimiawi.



Al-Ghazali berkata demikian, "Emas alkimia lebih baik dari emas, tetapi ahli-ahli alkimia yang sebenarnya sangat jarang, karena itu merekalah Sufi-sufi yang sebenarnya. Tetapi orang yang punya sedikit pengetahuan kesufian tidak lebih baik dari seorang yang terpelajar." (Kimiyya'us-Sa'adah).

Idries Shah menjelaskan bahwa sebagian besar tradisi alkimia masuk ke Barat melalui sumber-sumber Arab dan apa yang disebut Lempengan Zamrud dari Hermes, the Thrice Greatest, bentuknya yang asli ditemukan di Arab. Lebih dari itu, perlu dicatat pula bahwa sufi klasik yang pertama adalah Jabir bin al-Hayyan, dikenal sebagai sang Sufi, ahli alkimia dan okultis -- Latin terkenal dengan Geber, yang hidup tiga abad sebelum al-Ghazali.



"Karya Agung" itu yang merupakan ungkapan terjemahan sufi dan doktrin tentang mikrokosmos-makrokosmos (apa yang di atas sama dengan apa yang di bawah) juga terdapat dalam tradisi Sufi, dan diperkaya oleh al-Ghazali. Apabila sufisme ternyata bukan ciptaan yang terikat pada suatu waktu tertentu, kata Idries Shah, maka tak ayal lagi bahwa gagasan yang mirip mesti terdapat dalam tradisi-tradisi kebatinan asli lainnya. Kecuali kalau semua hal kebatinan itu benar-benar dipahami, maka pengamatan atas teori transmutasi dari yang kasar ke yang halus dari pijakan yang memadai, tiada lagi berguna.



Karya al-Ghazali Ihya' Ulumiddin secara luas sangat berpengaruh di kalangan Muslim Spanyol (sebelum ia diakui sebagai ulama agung dalam Islam) karena mengandung pernyataan-pernyataan seperti:

"Masalah pengetahuan Ilahiyah itu begitu dalam sehingga hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang mengalaminya. Seorang bocah tidak mungkin memahami jangkauan pengetahuan seorang dewasa yang sebenarnya. Seorang dewasa yang awam tidak mungkin memahami pencapaian seorang yang terdidik. Demikian pula seorang yang terdidik tidak mungkin memahami pengalaman-pengalaman para wali yang tercerahkan atau para sufi."



Ihya' mengandung penjelasan-penjelasan yang sangat penting dengan cinta ideal sufi. Adapun perumpamaan manusia dengan sesamanya atau dengan makhluk seringkali digunakan.

Dengan mengutip guru Sufi Malik bin Dinar, al-Ghazali menyatakan dalam Ihya', Jilid IV "Seperti burung sejenis terbang bersama-sama, dua orang mempunyai kemampuan umum yang sama akan bergabung."

)

Al-Ghazali menjelaskan bahwa suatu "(pemakaian) pembauran dari (kata) seekor babi, seekor anjing, setan dan seorang wali" adalah titik pijak yang tidak lazim bagi pikiran yang berusaha mencapai pemahaman yang mendalam tentang hal-ihwal, dan pembauran ini tidak dapat dipahami melalui definisi. "Anda harus berhenti memandang sebuah bantal apabila sedang mencoba melihat sebuah lampu."



Cara pembauran banyak hal adalah dibenarkan, sementara metode refleksi yang khas melalui pencerminan (penyamaan) ini harus dipahami dan dipraktikkan. Metode tersebut adalah pengetahuan sekaligus praktik yang merupakan hasil spesialisasi sufi.

Menurut Idries Shah, teknik-teknik sufisme tertentu untuk mencapai kemampuan mempelajari dan pembelajaran itu sendiri, seperti hikmah yang merupakan pencapaian terakhir, adalah hasil pendekatan kongkret. “Ada banyak tingkat pengetahuan," tandas al-Ghazali. "Manusia secara fisik semata laksana semut berjalan di atas kertas, yang mengamati tulisan tinta dan hanya menghubungkan penulisannya dengan pena." (Kimiyya'us-Sa'adah).


Apa hasil spesialisasi ini, selama dunia menjadi perhatian? Al-Ghazali menjawab dengan istilah-istilah khusus dalam Kimiyya. Sebagian orang mengendalikan tubuh mereka sendiri. "Para individu yang mencapai puncak kemampuan tertentu itu (mampu) mengendalikan tubuh mereka sendiri, demikian pula terhadap orang lain. Seandainya sebuah cacat di tubuh mereka ingin dipulihkan, maka ia tentu memulihkannya ... Mereka mempunyai daya tarik atas orang lain karena suatu pengaruh kehendak." (Bersambung)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1355 seconds (0.1#10.140)