Kisah Nabi Ibrahim Berdakwah di Babilonia, Membuat Makar terhadap Tuhan Mereka
loading...
A
A
A
Nabi Ibrahim as menyampaikan dakwahnya kepada penduduk Babilonia yang menyembah berhala . Beliau banyak melakukan perdebatan dan menjelaskan kebatilan berhala-berhala yang dianggap sebagai tuhan itu. Bahkan beliau pun merendahkan berhala-berhala tersebut dan menghancurkannya.
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashashul Anbiya" (Daar Ihya At-Turats Al-Araby, Beirut, Lebanon, 1417H – 1997 M) menjelaskan pada awalnya Nabi Ibrahim mempertanyakan mereka yang tunduk dan patuh kepada berhala-berhala itu.
Iz qoola li abiihi wa qawmihii maa haazihit tamaasiilul latiii antum lahii 'aakifuun
Artinya: (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" ( QS AlAnbiya : 52)
Qooluu wajadnaaa aabaaa'anaa lahaa 'aabidiin
Artinya: Ternyata alasan mereka adalah semata-mata mengikuti tradisi nenek moyang. Mereka menjawab, "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya".( QS Al-Anbiya : 53)
Qoola laqad kuntum antum wa aabaaa'ukum fii dalaalim mubiin
Artinya: Nabi Ibrahim menjawab: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata". ( QS Al-Anbiya: 54 )
Kemudian Nabi Ibrahim as menjelaskan lebih lanjut argumen tentang kebatilan menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan.
Ibrahim berkata, "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?"
Mereka menjawab, "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian". ( QS Asy-Syu’ara : 72-74)
Sebenarnya mereka sendiri mengakui ketidakberdayaan berhala-berhala tersebut. Namun, sekali lagi, mengikuti ajaran nenek moyang yang menjadikan mereka berbuat seperti itu.
Padahal telah nyata kesesatan mereka. Karena itu beliau mengatakan, "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku. ( QS Asy-Syu'ara : 75-77)
Kaumnya terperanjat dengan ketegasan Nabi Ibrahim yang menjelaskan kebatilan tuhan-tuhan mereka, sehingga mereka perlu mempertegas apakah yang dikatakan Nabi Ibrahim sungguh-sungguh atau sekedar main-main.
"Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?" ( QS. Al-Anbiya : 55)
Nabi Ibrahim menjawab pertanyaan mereka, "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya. Dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu". (QS. Al-Anbiya: 56)
Bahkan Nabi Ibrahim mengancam akan membuat makar terhadap tuhan-tuhan mereka, "Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. (QS Al Anbiya: 88-89)
Ada yang mengatakan bahwa ungkapan yang terakhir adalah di dalam hatinya. Ibnu Mas'ud mengatakan, hanya sebagian yang mendengarnya.
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashashul Anbiya" (Daar Ihya At-Turats Al-Araby, Beirut, Lebanon, 1417H – 1997 M) menjelaskan pada awalnya Nabi Ibrahim mempertanyakan mereka yang tunduk dan patuh kepada berhala-berhala itu.
اِذۡ قَالَ لِاَبِيۡهِ وَقَوۡمِهٖ مَا هٰذِهِ التَّمَاثِيۡلُ الَّتِىۡۤ اَنۡتُمۡ لَهَا عٰكِفُوۡنَ
Iz qoola li abiihi wa qawmihii maa haazihit tamaasiilul latiii antum lahii 'aakifuun
Artinya: (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" ( QS AlAnbiya : 52)
قَالُوۡا وَجَدۡنَاۤ اٰبَآءَنَا لَهَا عٰبِدِيۡنَ
Qooluu wajadnaaa aabaaa'anaa lahaa 'aabidiin
Artinya: Ternyata alasan mereka adalah semata-mata mengikuti tradisi nenek moyang. Mereka menjawab, "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya".( QS Al-Anbiya : 53)
قَالَ لَـقَدۡ كُنۡتُمۡ اَنۡتُمۡ وَاٰبَآؤُكُمۡ فِىۡ ضَلٰلٍ مُّبِيۡنٍ
Qoola laqad kuntum antum wa aabaaa'ukum fii dalaalim mubiin
Artinya: Nabi Ibrahim menjawab: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata". ( QS Al-Anbiya: 54 )
Kemudian Nabi Ibrahim as menjelaskan lebih lanjut argumen tentang kebatilan menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan.
Ibrahim berkata, "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?"
Mereka menjawab, "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian". ( QS Asy-Syu’ara : 72-74)
Sebenarnya mereka sendiri mengakui ketidakberdayaan berhala-berhala tersebut. Namun, sekali lagi, mengikuti ajaran nenek moyang yang menjadikan mereka berbuat seperti itu.
Padahal telah nyata kesesatan mereka. Karena itu beliau mengatakan, "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku. ( QS Asy-Syu'ara : 75-77)
Kaumnya terperanjat dengan ketegasan Nabi Ibrahim yang menjelaskan kebatilan tuhan-tuhan mereka, sehingga mereka perlu mempertegas apakah yang dikatakan Nabi Ibrahim sungguh-sungguh atau sekedar main-main.
"Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?" ( QS. Al-Anbiya : 55)
Nabi Ibrahim menjawab pertanyaan mereka, "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya. Dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu". (QS. Al-Anbiya: 56)
Bahkan Nabi Ibrahim mengancam akan membuat makar terhadap tuhan-tuhan mereka, "Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. (QS Al Anbiya: 88-89)
Ada yang mengatakan bahwa ungkapan yang terakhir adalah di dalam hatinya. Ibnu Mas'ud mengatakan, hanya sebagian yang mendengarnya.
(mhy)