Peristiwa Rajab: Ketika Perubahan Kiblat Menjadi Ujian bagi Kaum Muslimin

Kamis, 11 Januari 2024 - 10:31 WIB
loading...
Peristiwa Rajab: Ketika Perubahan Kiblat Menjadi Ujian bagi Kaum Muslimin
Tujuan lain dari perubahan kiblat ini adalah untuk menguji kekuatan akidah kaum Muslimin. Ilustrasi: Ist
A A A
Pada pertengahan bulan Rajab tahun kedua hijrah, Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk mengubah arah kiblat salat beliau SAW dari arah Baitul Maqdis ke arah Kakbah di Makkah, kiblat Nabi Ibrahim as dan Ismail as .

Ibnu Hajar dalam kitabnya "Fathul Bâri" menjelaskan cara mempertemukan dua riwayat yang menjelaskan berapa lama Nabi SAW salat menghadap Baitul Maqdis setelah beliau hijrah ke Madinah .

Ibnu Hajar mengatakan: “Mempertemukan dua riwayat ini mudah. Orang yang menetapkan 16 bulan berarti dia menggabungkan antara bulan kedatangan beliau ke Madinah dengan bulan turunnya perintah mengubah kiblat menjadi satu bulan serta mengabaikan sisa hari bulan tersebut. Beliau sampai di Madinah pada pertengahan bulan Rabi’ul Awal dan beliau diperintahkan untuk mengubah kiblat pada pertengahan bulan Rajab. Sedangkan orang yang menetapkan 17 bulan berarti dia menghitung kedua bulan tersebut."



Ujian Kaum Muslimin

Melalui al-Qur’ân, Allah taala menjelaskan bahwa tujuan lain dari perubahan kiblat ini adalah untuk menguji kekuatan akidah kaum Muslimin dan kesigapan mereka melaksanakan perintah-perintah Allah SWT sebagaimana disebut pada surat al-Baqarah/2:143:

وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ


"Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi beberapa orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." [QS al-Baqarah/2:143]

Ternyata kesiagapan para sahabat merupakan bukti keimanan yang luar biasa. Sebagaimana tergambar dalam sebuah hadis yang dibawakan oleh imam Bukhari dari Ibnu Umar ra yang mengatakan :



بَيْنَا النَّاسُ يُصَلُّونَ الصُّبْحَ فِي مَسْجِدِ قُبَاءٍ إِذْ جَاءَ جَاءٍ فَقَالَ أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُرْآنًا أَنْ يَسْتَقْبِلَ الْكَعْبَةَ فَاسْتَقْبِلُوهَا فَتَوَجَّهُوا إِلَى الْكَعْبَةِ

Ketika jama’ah kaum Muslimin sedang menunaikan salat Shubuh di Quba’, tiba-tiba ada seorang sahabat mendatangi mereka, lalu mengatakan : “Allah Azza wa Jalla telah menurunkan sebuah ayat kepada Nabi-Nya agar menghadap Kakbah, maka hendaklah kalian menghadap Kakbah !” Lantas mereka semua berpaling menghadap ke arah Kakbah.

Ayat di atas juga sebagai jawaban dari pertanyaan yang timbul akibat perubahan kiblat ini, yaitu bagaimana dengan salat para sahabat yang meninggal dunia sebelum perubahan kiblat ini, apakah salat mereka dengan menghadap Baitul Maqdis diterima oleh Allah ataukah tidak?

Jawabannya, Allah tidak akan menyia-nyiakan salat mereka. Karena mereka melakukan salat dengan menghadap Baitul Maqdis itu dalam rangka mentaati Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana para shahabat yang masih hidup menunaikan salat menghadap Kakbah juga dalam rangka mentaati Allah dan Rasul-Nya.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1719 seconds (0.1#10.140)