Ketika Para Pembangkang Zakat Menyerbu Madinah
loading...
A
A
A
BARU saja Khalifah Abu Bakar menerima delegasi dari kabilah-kabilan yang meminta agar mereka dibebaskan untuk membayar zakat ketika beliau menyadari bahwa kini para pembangkang itu menjadi tahu bahwa Madinah kini tanpa pengawalan yang memadai. Pasukan muslim dipimpin Usamah berada di perbatasan untuk menghadapi Romawi . (
)
Khalifah Abu Bakar segera meminta orang berkumpul dan ia berkata: "Kota kita ini dikelilingi oleh orang-orang kafir. Delegasi mereka telah melihat jumlah kita yang kecil. Kita tidak tahu, mereka akan menyerbu kita malam hari atau di waktu siang. Mereka yang terdekat dari kita berjarak dua belas mil. Mereka mengharapkan kita mau menerima mereka dan berkompromi dengan mereka. Tetapi permintaan mereka kami tolak dan delegasi mereka kami suruh pulang. Maka bersiap-siaplah dan persiapkanlah." ( )
Setelah itu beliau memanggil Ali bin Abi Thalib , Zubair, Talhah dan Abdullah bin Mas'ud supaya bersiap di pintu-pintu masuk Madinah dan yang lain berkumpul di masjid dalam keadaan siap tempur.
Perkiraan Abu Bakar tidak meleset. Belum selang tiga malam, para pembangkang zakat itu sudah menyerbu Madinah. Mereka bertujuan supaya Khalifah mau mengalah mengenai salah satu ketentuan Islam itu. ( )
Patroli di pintu-pintu masuk kota itu sudah memperkirakan dari arah mana musuh akan datang. Mereka memberitahukan Ali, Zubair, Talhah dan Abdullah bin Mas'ud serta tokoh-tokoh yang lain. Mereka meneruskan berita itu kepada Abu Bakar dan Khalifah memerintahkan untuk tidak meninggalkan tempat.
Dengan naik unta Khalifah memberitahukan orang-orang yang berada di mesjid. Kemudian bersama-sama mereka semua beliau berangkat untuk menghadapi para pembangkang yang hendak menyusup di malam gelap itu. Dalam pikiran kabilah-kabilah itu tak terlintas bahwa mereka akan menghadapi perlawanan setelah mereka tahu mengenai situasi Madinah dan penduduknya.
Baru setelah Abu Bakar dan anak buahnya menyergap mereka, mereka pun terkejut dan lari tunggang langgang. Khalifah bersama pasukan muslim mengejar sampai ke Zul-Husa. Di tempat ini kabilah-kabilah itu meninggalkan sepasukan bala bantuan sebagai cadangan kalau-kalau pada waktunya kelak diperlukan. Tetapi mereka merasakan kabilah-kabilah itu kini kembali dalam keadaan porak-poranda. ( )
Mereka mencoba mengadakan perlawanan dan dalam malam gelap itu terjadi pertempuran antara kedua pihak, yang hasilnya tidak diketahui.
Kabilah-kabilah yang tinggal di Zul-Husa itu membawa kantong-kantong kulit yang setelah ditiup diikat dengan tali lalu ditendang ke muka unta-unta yang dinaiki pihak Madinah. Unta-unta itu bukan yang sudah terlatih untuk perang. Hewan-hewan itu malah berbalik lari dalam ketakutan bersama penunggangnya kembali ke Madinah.
Berbalik ke Madinah
Pihak Abs dan Zubyan serta sekutunya bersorak kegirangan melihat pihak Muslimin melarikan diri, yang menurut dugaan mereka karena sudah lemah. Peristiwa ini oleh mereka dilaporkan ke Zul-Qassah. ( )
Orang-orang dari tempat itu berdatangan dan mereka saling bertukar pikiran untuk tidak membiarkan Madinah sebelum Khalifah Abu Bakar bersedia memenuhi tuntutan mereka.
Khalifah Abu Bakar dan kaum Muslimin yang lain malam itu tidak tidur. Menjelang akhir malam beliau keluar memimpin kaum muslimin dengan mengatur barisan sayap kanan dan kiri serta barisan belakang, dan cepat-cepat berangkat.
Begitu terbit fajar tanpa dirasakan dan tanpa diketahui musuh, mereka sudah berada di daerah lawan itu. Bagaimana mereka akan tahu, karena mereka sudah begitu puas dengan kemenangan yang mereka peroleh dan malam itu mereka tidur nyenyak.
Pihak Muslimin sudah menghunus pedang berhadapan dengan musuh, yang kini juga menyerang dalam ketakutan. Mereka lari tunggang langgang. Sampai ketika matahari sudah mulai memancarkan sinarnya, mereka masih berlarian tanpa melihat ke belakang lagi.
Tetapi Khalifah Abu Bakar terus mengejar mereka sampai ke Zul Qassah dan para pembangkang itu terus berlari. Sampai di situ mereka dibiarkan lari dan Khalifah Abu Bakar kembali ke markasnya di tempat itu juga.
Nu'man bin Muqarrin pimpinan barisan kanan bersama beberapa orang ditempatkan di daerah itu untuk mengusir mereka yang bermaksud menyerang Khalifah Abu Bakar tetapi mereka sudah dipatahkan.
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr mengingatakan di sini orang harus merenung sejenak sebagai tanda kagum terhadap Khalifah Abu Bakar, dengan imannya yang begitu kuat, dengan ketabahan dan keteguhan hatinya.
Khalifah Abu Bakar segera meminta orang berkumpul dan ia berkata: "Kota kita ini dikelilingi oleh orang-orang kafir. Delegasi mereka telah melihat jumlah kita yang kecil. Kita tidak tahu, mereka akan menyerbu kita malam hari atau di waktu siang. Mereka yang terdekat dari kita berjarak dua belas mil. Mereka mengharapkan kita mau menerima mereka dan berkompromi dengan mereka. Tetapi permintaan mereka kami tolak dan delegasi mereka kami suruh pulang. Maka bersiap-siaplah dan persiapkanlah." ( )
Setelah itu beliau memanggil Ali bin Abi Thalib , Zubair, Talhah dan Abdullah bin Mas'ud supaya bersiap di pintu-pintu masuk Madinah dan yang lain berkumpul di masjid dalam keadaan siap tempur.
Perkiraan Abu Bakar tidak meleset. Belum selang tiga malam, para pembangkang zakat itu sudah menyerbu Madinah. Mereka bertujuan supaya Khalifah mau mengalah mengenai salah satu ketentuan Islam itu. ( )
Patroli di pintu-pintu masuk kota itu sudah memperkirakan dari arah mana musuh akan datang. Mereka memberitahukan Ali, Zubair, Talhah dan Abdullah bin Mas'ud serta tokoh-tokoh yang lain. Mereka meneruskan berita itu kepada Abu Bakar dan Khalifah memerintahkan untuk tidak meninggalkan tempat.
Dengan naik unta Khalifah memberitahukan orang-orang yang berada di mesjid. Kemudian bersama-sama mereka semua beliau berangkat untuk menghadapi para pembangkang yang hendak menyusup di malam gelap itu. Dalam pikiran kabilah-kabilah itu tak terlintas bahwa mereka akan menghadapi perlawanan setelah mereka tahu mengenai situasi Madinah dan penduduknya.
Baru setelah Abu Bakar dan anak buahnya menyergap mereka, mereka pun terkejut dan lari tunggang langgang. Khalifah bersama pasukan muslim mengejar sampai ke Zul-Husa. Di tempat ini kabilah-kabilah itu meninggalkan sepasukan bala bantuan sebagai cadangan kalau-kalau pada waktunya kelak diperlukan. Tetapi mereka merasakan kabilah-kabilah itu kini kembali dalam keadaan porak-poranda. ( )
Mereka mencoba mengadakan perlawanan dan dalam malam gelap itu terjadi pertempuran antara kedua pihak, yang hasilnya tidak diketahui.
Kabilah-kabilah yang tinggal di Zul-Husa itu membawa kantong-kantong kulit yang setelah ditiup diikat dengan tali lalu ditendang ke muka unta-unta yang dinaiki pihak Madinah. Unta-unta itu bukan yang sudah terlatih untuk perang. Hewan-hewan itu malah berbalik lari dalam ketakutan bersama penunggangnya kembali ke Madinah.
Berbalik ke Madinah
Pihak Abs dan Zubyan serta sekutunya bersorak kegirangan melihat pihak Muslimin melarikan diri, yang menurut dugaan mereka karena sudah lemah. Peristiwa ini oleh mereka dilaporkan ke Zul-Qassah. ( )
Orang-orang dari tempat itu berdatangan dan mereka saling bertukar pikiran untuk tidak membiarkan Madinah sebelum Khalifah Abu Bakar bersedia memenuhi tuntutan mereka.
Khalifah Abu Bakar dan kaum Muslimin yang lain malam itu tidak tidur. Menjelang akhir malam beliau keluar memimpin kaum muslimin dengan mengatur barisan sayap kanan dan kiri serta barisan belakang, dan cepat-cepat berangkat.
Begitu terbit fajar tanpa dirasakan dan tanpa diketahui musuh, mereka sudah berada di daerah lawan itu. Bagaimana mereka akan tahu, karena mereka sudah begitu puas dengan kemenangan yang mereka peroleh dan malam itu mereka tidur nyenyak.
Pihak Muslimin sudah menghunus pedang berhadapan dengan musuh, yang kini juga menyerang dalam ketakutan. Mereka lari tunggang langgang. Sampai ketika matahari sudah mulai memancarkan sinarnya, mereka masih berlarian tanpa melihat ke belakang lagi.
Tetapi Khalifah Abu Bakar terus mengejar mereka sampai ke Zul Qassah dan para pembangkang itu terus berlari. Sampai di situ mereka dibiarkan lari dan Khalifah Abu Bakar kembali ke markasnya di tempat itu juga.
Nu'man bin Muqarrin pimpinan barisan kanan bersama beberapa orang ditempatkan di daerah itu untuk mengusir mereka yang bermaksud menyerang Khalifah Abu Bakar tetapi mereka sudah dipatahkan.
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr mengingatakan di sini orang harus merenung sejenak sebagai tanda kagum terhadap Khalifah Abu Bakar, dengan imannya yang begitu kuat, dengan ketabahan dan keteguhan hatinya.