Adab Membaca Al Qur'an saat Tadarus di Bulan Ramadan, Yuk Amalkan!

Kamis, 07 Maret 2024 - 14:30 WIB
loading...
Adab Membaca Al Quran saat Tadarus di Bulan Ramadan, Yuk Amalkan!
Al-Quran tidaklah memberi manfaat dan mendatangkan rida Allah kecuali jika seorang muslim dalam membaca atau mendengar bacaan Al-Quran memperhatikan adab-adabnya. Foto istimewa
A A A
Salah satu amalan prioritas di bulan Ramadan adalah membaca atau tadarus Al Qur'an . Agar amalan ini diterima, maka ada adab yang perlu diperhatikan saat membaca Al Qur'an tersebut. Kenapa adab ini sangat penting? Karena, Al-Quran tidaklah memberi manfaat dan mendatangkan rida Allah kecuali jika seorang muslim dalam membaca atau mendengar bacaan Al-Quran memperhatikan adab-adabnya.

Membaca Al-Quran sendiri memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah Allah subhanahu wata’ala mengganjar seseorang yang membaca al-Quran setiap huruf yang ia baca dengan pahala yang besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ


“Barang siapa yang membaca satu huruf dalam al-Quran, maka baginya satu kebaikan. Tiap satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan ‘alim lam mim’ satu huruf, tapi alim satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi No. 2910. At-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini hasan shahih gharib)

Adab-adab dalam membaca al-Quran dibagi dua; adab-adab yang berkaitan dengan hati dan adab-adab yang berkaitan dengan anggota badan.

Lima Adab Membaca al-Quran yang Berkaitan dengan Hati

1. Ikhlas karena Allah semata

Membaca Al-Quran merupakan salah satu bentuk ibadah. Sedangkan ibadah tidak akan diterima, kecuali jika dikerjakan dengan ikhlas. Ikhlas adalah fondasinya suatu ibadah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ


“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Orang yang ikhlas hanya menjadikan rida Allah sebagai satu-satunya tujuan ia beramal. Bukan karena tujuan yang bersifat duniawi semisal mendapat pujian dan penilaian baik manusia.

Jika dalam hati terbesit rasa ujub, riya’, atau sum’ah dalam membaca al-Quran, maka bersegeralah memperbaiki niat dan tobat kepada-Nya.

2. Mengagungkan setiap ayat yang dibaca

Ketika membaca maupun mendengar bacaan al-Quran, renungkanlah bagaimana dahulu Malaikat Jibril alaihissalam menyampaikan wahyu dari Allah tersebut kepada sebaik-baik manusia, yaitu baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam. Kemudian bagaimana Nabi dahulu membacakan ayat-ayat yang kita baca ini kepada para shahabatnya.

Jika kita dalam membaca Al-Quran merenungkan perihal di atas maka khusyuklah hati, tenanglah anggota badan, serta bertambahlah rasa cinta dan takut kita kepada-Nya karena kita tahu dan sadar bahwa yang kita baca adalah firman Allah yang agung.

Membaca Al-Quran dengan mengagungkan dan menghayati betul-betul bahwa setiap ayat yang sedang dibaca ini adalah kalam Allah azza wajalla yang mulia, menjadikan kita tahu bahwa Allah telah memberikan karunia yang besar kepada hamba-hamba-Nya berupa kemudahan bagi mereka dalam membaca dan memahami kalam-Nya.

Sudah sepantasnya seseorang mengagungkan setiap ayat al-Quran yang ia baca maupun yang ia dengar. Ibnu al-Qayyim rahimahullah berkata,

فَمَنْ ‌قُرِئَ ‌عَلَيْهِ ‌القُرْآنُ فَلْيُقَدِّرْ نَفْسَهُ كَأَنَّمَا يَسْمَعُهُ مِنَ اللهِ يُخَاطِبُهُ بِهِ


“Barang siapa yang mendengar bacaan al-Quran, maka berusahalah seakan-akan ia mendengar bacaan al-Quran dari Allah yang sedang mengajak bicara kepadanya.” (Madariju as-Saliki, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, 2/166)

3. Menghadirkan hati

Menghadirkan hati ketika membaca al-Quran, akan menghantarkan seorang hamba menuju kekhusyukan dan memudahkannya dalam mentadaburi ayat-ayat Allah yang sedang ia baca.

Banyak umat Islam pada zaman sekarang yang sebatas membaca al-Quran lewat lisannya, sedangkan hatinya lalai. Tentu ini berbeda dengan potret salaf terdahulu. Kiranya kita perlu menyimak dengan seksama nasihat dari Ibnu al-Qayyim—Ulama yang juga dikenal sebagai pakar penyakit hati—sebagai berikut,

إِذَا أَرَدْتَ اَلْاِنْتِفَاعَ بِالْقُرْآنِ فَاجْمَعْ قَلْبَكَ عِنْدَ ‌تِلَاوَتِهِ ‌وَسَمَاعِهِ، وَأَلْقِ سَمْعَكَ، وَاحْضُرْ حُضُوْرَ مَنْ يُخَاطِبُهُ بِهِ مَنْ تَكَلَّمَ بِهِ سُبْحَانَهُ مِنْهُ إِلَيْهِ؛ فَإِنَّهُ خِطَابٌ مِنْهُ لَكَ عَلَى لِسَانِ رَسُوْلِهِ


“Jika kamu ingin agar al-Quran bermanfaat bagimu, maka hadirkanlah hatimu ketika membaca dan ketika mendengar bacaannya. Dengarkan dengan seksama. Hadirkanlah sosok Zat yang memfirmankan al-Quran ini dalam hatimu ketika kamu membaca firman-Nya. Karena sesungguhnya, al-Quran ini adalah firman dari Allah yang ditunjukkan untukmu lewat perantara lisan Rasul-Nya.” (Al-Fawaid, Ibnu al-Qayyim, 1/3)

Manfaat yang terkandung dalam al-Quran hanyalah bisa dipetik oleh mereka yang hidup hatinya. Ibnu al-Qayyim melanjutkan, Allah subhanahu wata’ala berfirman,
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1561 seconds (0.1#10.140)