Kisah Pembebasan Mesir: Dialog Amr bin Ash dengan Para Uskup Utusan Muqauqis
loading...
A
A
A
Dialog Amr bin Ash dengan Para Uskup Utusan Muqauqis dikisahkan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).
Dikisahkan, setelah sukses menaklukkan Farama, Amr bin Ash dan pasukannya menyusur ke selatan mengikuti perbatasan dan melewati kota Majdal lama ke letak Qantarah yang sekarang.
Dari sana ia menuju ke arah barat ke al-Qassasin, serta meneruskan perjalanannya ke selatan di bagian barat hingga mencapai Bilbis (Phelbes).
Dalam jalan panjang yang ditempuh pasukan berkuda Muslimin di bumi Mesir , "yang dipertahankan terhadap Amr hanya soal kecil" meminjam kata-kata Ibn Abdul-Hakam dan para sejarawan Arab lainnya yang mengikuti jejaknya.
Kalangan sejarawan berpendapat bahwa ketika ada seorang gembala dari pedalaman yang menjadi pendukung pasukan Muslimin mendekati sebuah perkampungan desa di jalan yang dilalui Amr. Ia mendengar ada seorang Kopti mengatakan: "Tidakkah kalian heran mereka yang datang menghadapi pasukan Romawi yang besar itu jumlahnya kecil sekali!" Yang lain menjawab: "Setiap mereka menghadapi lawan pasti mereka yang menang."
Perjalanan panjang ini dan percakapan yang dibawa orang-orang Mesir dari mulut ke mulut itu jelas menunjukkan bahwa Muqauqis dan kawan-kawannya tidak puas terhadap kekuasaan orang-orang Mesir, dan karenanya pilihan mereka ialah bertahan di kota dalam menghadapi kaum penyerang di tanah terbuka yang berhadapan dengan perbatasan dengan Sahara.
Pasukan Muslimin tidak menemui rintangan apa pun "kecuali soal kecil," sampai mereka mencapai Bilbis. Mereka menempuh jarak 33 mil dari kota dan benteng-benteng Mesir.
Kalangan sejarawan sependapat bahwa pasukan Muslimin tinggal di Bilbis selama satu bulan, dan dalam pada itu mereka terus memukul musuh hingga memperoleh kemenangan.
Tetapi mereka berbeda pendapat tentang: Pertempuran antara kedua pihak itu terjadi dengan sengit, ataukah pasukan Muslimin tidak menemui perlawanan berarti dari pihak Romawi sejak meninggalkan Farama.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa ketika pertama kali Amr memasuki Bilbis, Muqauqis mengirim delegasi kepadanya untuk merundingkan agar ia menarik diri dari Mesir, dan bahwa Amr berbicara dengan para uskup perunding itu tentang Allah yang telah mengutus seorang rasul yang sebenarnya dan bahwa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan sahabat-sahabatnya agar memaafkan semua orang.
"Kami mengajak Anda semua ke dalam Islam. Barang siapa sudi menyambutnya maka ia sama dengan kami, dan bagi yang menolak, kami tawarkan jizyah dengan imbangan perlindungan dari kami. Kami sudah diberi tahu bahwa kami yang akan menaklukkan kalian, dan dipesankan kepada kami untuk menjaga hubungan silaturahmi dengan kalian, dan bahwa jika kalian menyetujui seruan kami kalian sepenuhnya berada dalam perlindungan kami."
Para uskup itu segera sadar, bahwa yang dimaksud oleh Amr dengan hubungan silaturahmi ialah Hajar, ibu Ismail. Maka mereka berkata: "Ya, hubungan kerabat jauh, yang hanya dicapai oleh para nabi!"
Kemudian mereka menambahkan: "Beri kami jaminan sampai kami kembali lagi kepada Anda."
Akan tetapi Amr menjawab: "Kami tidak akan tertipu. Tetapi saya akan memberi tenggang waktu tiga hari supaya dapat kalian pertimbangkan dan membicarakannya dengan golongan kalian; kalau tidak kami akan memerangi kalian."
Mereka meminta tambahan waktu. Oleh Amr ditambah sehari dan sehari lagi hingga menjadi lima hari. Rombongan itu pun kembali kepada Muqauqis dan pembicaraan dengan Amr mereka sampaikan.
Akan tetapi panglima Atrabun 'menolak dan tetap akan memerangi Muslimin. Sungguhpun begitu para uskup yang melakukan perundingan itu dibayangi oleh kekhawatiran; mereka berkata: "Kami akan berusaha membela kalian dan tidak akan kembali kepada mereka. Sekarang tinggal lagi empat hari, jangan sampai terjadi sesuatu dan harapan kami tetap dalam keadaan aman."
Dikisahkan, setelah sukses menaklukkan Farama, Amr bin Ash dan pasukannya menyusur ke selatan mengikuti perbatasan dan melewati kota Majdal lama ke letak Qantarah yang sekarang.
Dari sana ia menuju ke arah barat ke al-Qassasin, serta meneruskan perjalanannya ke selatan di bagian barat hingga mencapai Bilbis (Phelbes).
Dalam jalan panjang yang ditempuh pasukan berkuda Muslimin di bumi Mesir , "yang dipertahankan terhadap Amr hanya soal kecil" meminjam kata-kata Ibn Abdul-Hakam dan para sejarawan Arab lainnya yang mengikuti jejaknya.
Kalangan sejarawan berpendapat bahwa ketika ada seorang gembala dari pedalaman yang menjadi pendukung pasukan Muslimin mendekati sebuah perkampungan desa di jalan yang dilalui Amr. Ia mendengar ada seorang Kopti mengatakan: "Tidakkah kalian heran mereka yang datang menghadapi pasukan Romawi yang besar itu jumlahnya kecil sekali!" Yang lain menjawab: "Setiap mereka menghadapi lawan pasti mereka yang menang."
Perjalanan panjang ini dan percakapan yang dibawa orang-orang Mesir dari mulut ke mulut itu jelas menunjukkan bahwa Muqauqis dan kawan-kawannya tidak puas terhadap kekuasaan orang-orang Mesir, dan karenanya pilihan mereka ialah bertahan di kota dalam menghadapi kaum penyerang di tanah terbuka yang berhadapan dengan perbatasan dengan Sahara.
Pasukan Muslimin tidak menemui rintangan apa pun "kecuali soal kecil," sampai mereka mencapai Bilbis. Mereka menempuh jarak 33 mil dari kota dan benteng-benteng Mesir.
Kalangan sejarawan sependapat bahwa pasukan Muslimin tinggal di Bilbis selama satu bulan, dan dalam pada itu mereka terus memukul musuh hingga memperoleh kemenangan.
Tetapi mereka berbeda pendapat tentang: Pertempuran antara kedua pihak itu terjadi dengan sengit, ataukah pasukan Muslimin tidak menemui perlawanan berarti dari pihak Romawi sejak meninggalkan Farama.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa ketika pertama kali Amr memasuki Bilbis, Muqauqis mengirim delegasi kepadanya untuk merundingkan agar ia menarik diri dari Mesir, dan bahwa Amr berbicara dengan para uskup perunding itu tentang Allah yang telah mengutus seorang rasul yang sebenarnya dan bahwa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan sahabat-sahabatnya agar memaafkan semua orang.
"Kami mengajak Anda semua ke dalam Islam. Barang siapa sudi menyambutnya maka ia sama dengan kami, dan bagi yang menolak, kami tawarkan jizyah dengan imbangan perlindungan dari kami. Kami sudah diberi tahu bahwa kami yang akan menaklukkan kalian, dan dipesankan kepada kami untuk menjaga hubungan silaturahmi dengan kalian, dan bahwa jika kalian menyetujui seruan kami kalian sepenuhnya berada dalam perlindungan kami."
Para uskup itu segera sadar, bahwa yang dimaksud oleh Amr dengan hubungan silaturahmi ialah Hajar, ibu Ismail. Maka mereka berkata: "Ya, hubungan kerabat jauh, yang hanya dicapai oleh para nabi!"
Kemudian mereka menambahkan: "Beri kami jaminan sampai kami kembali lagi kepada Anda."
Akan tetapi Amr menjawab: "Kami tidak akan tertipu. Tetapi saya akan memberi tenggang waktu tiga hari supaya dapat kalian pertimbangkan dan membicarakannya dengan golongan kalian; kalau tidak kami akan memerangi kalian."
Mereka meminta tambahan waktu. Oleh Amr ditambah sehari dan sehari lagi hingga menjadi lima hari. Rombongan itu pun kembali kepada Muqauqis dan pembicaraan dengan Amr mereka sampaikan.
Akan tetapi panglima Atrabun 'menolak dan tetap akan memerangi Muslimin. Sungguhpun begitu para uskup yang melakukan perundingan itu dibayangi oleh kekhawatiran; mereka berkata: "Kami akan berusaha membela kalian dan tidak akan kembali kepada mereka. Sekarang tinggal lagi empat hari, jangan sampai terjadi sesuatu dan harapan kami tetap dalam keadaan aman."
(mhy)