Meletusnya Perang Yamamah, Khalid Bin Walid dan Para Syuhada yang Bertumbangan

Kamis, 27 Agustus 2020 - 11:02 WIB
loading...
A A A
Berkata begitu ia langsung terjun ke tengah-tengah musuh, bertempur habis-habisan, diikuti anak buahnya dari belakang. Ketika itu ia memberikan pembuktiannya, ia kembali kepada Penciptanya, Allah Yang Mahakuasa.

Abu Huzaifah berteriak kepada orang-orang yang berada di sekitarnya: "Hai keluarga Qur'an, hiasilah Qur'an dengan perbuatanmu!" Ia sendiri lalu terjun ke padang maut itu sampai juga menemui ajalnya. Ia kembali ke sisi Allah. ( )

Ketika itu juga bendera diambil alih oleh Salim bekas budak Abu Huzaifah seraya katanya: "Celakalah aku sebagai yang sudah hafal Qur'an kalau tidak terus bertahan."

Dia pun terjun ke kancah itu dan gugur pula. Dengan teriakan-teriakan yang keluar dari hati yang penuh iman itu, jiwa hendak mati syahid serentak bangkit pada prajurit-prajurit Islam itu semua.

Bagi mereka hidup sudah terasa kecil sekali dan mereka lebih suka mati sebagai para syahid. Dengan sungguh-sungguh mereka terjun maju semua ke depan. Mereka mengharapkan mati syahid.



Sekarang pasukan Musailamah yang mundur sampai ke belakang garis pertama. Dalam perang itu pasukan Musailamah tampak sudah mulai putus asa. Mereka berperang demi tanah air, berperang demi kehormatan nenek moyang. Bagi mereka berperang demi suatu keyakinan yang sudah sakit itu tingkatnya di bawah tanah air, di bawah kehormatan nenek moyang.

Oleh karena itu mereka bertahan terhadap pasukan Muslimin dan memukul mundur yang dapat mereka pukul, dan mereka bertempur untuk setiap jengkal tanah, tak beranjak dari sana sebelum berbalik dan berusaha merebut kembali.

Khalid tidak gentar menghadapi pasukan Banu Hanifah yang berani mati itu. Bahkan, ketika mendengar teriakan kaum Muslimin dan melihat tekad mereka begitu gembira menghadapi maut, ia yakin bahwa sekarang kemudi berada di tangannya, dan kemenangan sudah di ambang pintu. ( )

Tetapi Khalid ingin sekali bila Muslimin juga menyadari bahwa kemenangan sudah di ambang pintu seperti yang dilihatnya. Karena ia tampil memimpin pasukannya dan berkata kepada para pengawalnya: "Janganlah datang dari belakangku." Lalu ia berteriak dengan moto pertempuran ketika itu: "Hidup Muhammad!"

Dengan tampil dan teriakannya itu tidak saja ia bermaksud hendak membakar semangat, tetapi dengan itu ia juga ingin menempuh jalan kemenangan itu lebih cepat lagi. Dilihatnya orang-orang Banu Hanifah bergelimpangan mati di sekitar Musailamah. Mati tak mereka pedulikan lagi. Maka Khalid yakin, jalan pintas untuk mencapai kemenangan itu ialah Musailamah sendiri yang harus dibunuh. Karenanya, ia dan pasukannya membuat suatu muslihat sampai berada tak jauh dari tempat Musailamah.



Kemudian ia memancingnya supaya orang itu keluar menghadapinya. Tetapi yang keluar untuk menemui Khalid saat itu pengawal-pengawal Musailamah. Namun sebelum mereka mencapai Khalid, pedang Khalid sudah lebih dulu menyambut mereka dengan maut. Tak sedikit di antara mereka yang terbunuh.

Karena sifat penakutnya yang luar biasa, Musailamah merasa rendah diri. Terlintas dalam pikirannya ingin juga keluar seperti yang lain-lain. Tetapi dia yakin, pasti akan terbunuh jika ia keluar. Dia ragu dan gelisah. Selama dalam kegelisahan dan keraguannya itulah, Khalid dan pasukannya tiba-tiba menyerangnya dan menyerang orang-orang di sekitarnya dan yang sudah siap dengan senjata.

Ketika itulah kawan-kawan Musailamah berteriak: "Mana yang kaujanjikan kepada kami!" Sambil berlari Musailamah menjawab: "Bertempurlah demi kehormatan leluhur." ( )

Bagaimana mereka akan bertempur sedang dia sendiri sudah cepat-cepat lari lebih dulu! Tidaklah logis mereka akan mengikuti orang yang lari seperti mengikuti seorang nabi! (Bersambung)
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4712 seconds (0.1#10.140)