Di Persia, Orang-Orang Arab Menjadi Kurus dan Loyo

Jum'at, 06 November 2020 - 14:23 WIB
loading...
Di Persia, Orang-Orang Arab Menjadi Kurus dan Loyo
Ilustrasi/Ist
A A A
KHALIFAH Umar bin Khattab sangat berhasrat menggabungkan Irak dengan Syam dalam satu kesatuan tanah Arab yang terbentang dari Teluk Aden sampai ke Samudera Indonesia dan dari Teluk Persia di selatan jauh ke utara pedalaman Sahara Syam. ( )

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " memaparkan andaikata Umar memutuskan untuk memperturutkan keinginan pasukannya yang sudah mendapat kemenangan di Irak, niscaya ia menempuh kebijakan seperti Persia dan Romawi yang memberikan segalanya kepada pihak militer, dan untuk penduduk tak ada yang ditinggalkan selain remah dan sisa-sia kelebihan dari pasukannya, seperti halnya dengan pejabat-pejabat Persia yang tidak pernah meninggalkan apa pun untuk petani-petani yang bekerja mengolah tanah mereka, selain remah yang oleh mereka sudah tidak diperlukan lagi.

Pasukan Muslimin di Kadisiah , di Mada'in , di Jalula dan di tempat-tempat pertempuran yang lain mendapat rampasan perang yang semula tidak mereka impikan samasekali. Mereka melihat kekayaan di segenap penjuru Irak, kekayaan yang akan mendorong mereka hidup bersenang-senang dan bermewah-mewah sesuka hati mereka, di bawah lindungan pedang. ( )

Tetapi kita masih ingat, apa yang dikatakan Khalid bin Walid kepada pasukannya tatkala mendapat kemenangan di Walajah pada pertama kali pasukan Muslimin menyerbu Irak. Ia berpidato di hadapan mereka dengan mengatakan:

"Tidakkah kalian lihat makanan ini yang setinggi gunung? Demi Allah, kalau hanya untuk mencari makan, dan bukan karena kewajiban kita berjuang demi Allah dan mengajak orang kepada ajaran Allah Subhanahu wa ta'ala, pasti kita gempur desa ini sehingga hanya tinggal kita yang berkuasa di sini, dan orang yang enggan berjuang seperti yang kalian lakukan ini, kita biarkan dalam kelaparan dan kekurangan."

Apa artinya makanan di Walajah ini dibandingkan dengan makanan yang ada di Mada'in! Apa artinya kekayaan Furat dibandingkan dengan kekayaan Tigris! Apa artinya keagungan Hirah dan kemegahan Khawamaq dan Sadir dibandingkan dengan keagungan Istana Kisra dan tempat bersemayam raja diraja dan takhtanya! ( )

Yang berkuasa dan berhak menikmati semua ini adalah pasukan Muslimin. Merekalah yang sekarang berada di puncak kemenangan itu. Bukankah sudah sepantasnya jika Umar memperturutkan keinginan mereka dan membiarkan mereka menikmati segala kekayaan Irak seperti yang dilakukan Kisra terhadap pasukannya yang sudah mendapat kemenangan, demikian juga yang dilakukan Kaisar!

Ke sanalah arah pemikiran Umar, yang juga dimusyawarahkan dengan sahabat-sahabatnya. Yang pertama sekali terlintas dalam pikirannya ketika ia teringat pada perintah-perintah Abu Bakar kepada para panglimanya saat melepas mereka untuk membebaskan Irak. Pekerjaan orang-orang Arab di Irak sebagai petani yang mengolah tanah mereka sendiri, tetapi sedikit sekali hasil yang mereka peroleh. Kebanyakan hasilnya jatuh ke tangan para pemuka-pemuka Persia yang memperlakukan orang-orang Arab begitu hina dan kejam. Abu Bakar sudah berpesan kepada para panglimanya agar tidak memperlakukan orang-orang Arab secara tidak baik. Jangan sampai ada yang terbunuh dari mereka, juga jangan ada yang ditawan, dan segala yang berhubungan dengan kepentingan mereka jangan sampai mereka dirugikan. ( )

Politik ini semua merupakan kebijakan yang harus diberlakukan terhadap semua penduduk Irak, yang Arab dan yang bukan Arab. Lebih dari itu, orang-orang Persia sendiri harus merasa — mereka yang tidak mengadakan perlawanan dan tidak merintangi pasukan Muslimin — bahwa pemerintahan baru ini tidak akan mengganggu kepentingan mereka.

Mereka secara pribadi dan keluarga mereka tak boleh dirugikan. Mereka yang tinggal di tanah itu semua sama. Kalau ada di antara mereka yang melarikan diri karena takut melihat perang, kemudian kembali lagi ke tanah mereka, keamanan mereka harus dijamin.

Kharaj atau jizyah yang diberlakukan oleh pejabat Muslim tidak boleh memberatkan. Dengan demikian, dan dengan ditegakkannya keadilan di antara penduduk, maka semua warga di bawah pemerintahan Muslimin akan merasa tenteram. ( )

Pemukiman Tentara
Tetapi mereka juga harus sadar bahwa para penanggung jawab itu mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menumpas semua angan-angan untuk memberontak, yang mungkin menggoda pikiran mereka atas nama keangkuhan pribadi atau kebanggaan golongan.

Pasukan ini harus mempunyai kawasan tersendiri yang tidak bercampur aduk dengan rumah-rumah penduduk, bahkan harus dikhususkan untuk mereka saja. Satuan-satuan tentara itu berkumpul di tempat ini, tetapi mereka harus selalu siap untuk menghadapi perang setiap saat.

Dengan demikian mereka dapat menyelamatkan Irak dari pemberontakan dan dari pihak Persia yang masih berpikir hendak membalas dendam. Dengan pemerintahan ini mereka sudah merasa tenang, dan secara terhormat setiap saat mampu memberikan penjagaan. ( )

Inilah kebijaksanaan yang berjalan di sana sesuai dengan pendapat Umar setelah bermusyawarah dengan para sahabatnya. Beberapa peristiwa pun telah mendukung terlaksananya semua itu dengan tenang tanpa menimbulkan gejolak di kalangan penduduk Irak dan Persia, dan pasukan Muslimin juga tidak merasa bahwa mereka tidak mendapat rampasan perang. Sebabnya, beberapa kota di Irak udaranya mengganggu kesehatan pasukan Muslimin.

Delegasi yang datang kepada Umar dari Jalula, Hulwan, Tikrit dan Mosul melaporkan tentang pembebasan dan rampasan perang itu. Selesai melihat segala keperluan mereka Umar berkata: "Sikap kalian ini bukan lagi sikap ketika kalian berangkat menuju tempat-tempat ini. Delegasi dari Kadisiah dan Mada'in juga sudah pernah datang yang juga keluar dari suatu tempat menuju tempat-tempat lain. Apa yang membuat kalian berubah?!"

"Keadaan setempat yang tidak sehat," jawab mereka.

Umar menanyakan kepada Sa’ad di Mada'in mengenai perubahan yang terjadi dengan orang-orang Arab itu. Tetapi jawaban Sa’ad sama dengan laporan mereka. Ketika itu Huzaifah bin al-Yaman juga tinggal di Mada'in bersama Sa’ad. la pun menulis kepada Umar sebelum kedatangan delegasi itu dengan mengatakan bahwa "orang-orang Arab menjadi kurus-kurus dan tenaganya sudah sangat berkurang." ( )

Khalifah merasa khawatir jika segala yang terjadi itu akan membuat para prajuritnya sampai tak bertenaga. la segera menulis kepada Sa’ad mengatakan: "Iklim itu akan cocok buat orang-orang Arab hanya jika cocok dengan unta dan negeri mereka. Kirimlah seorang peneliti untuk menyelidiki sebuah daerah pemukiman untuk mereka dari segi darat dan laut. Jangan ada lautan dan jembatan antara saya dengan kalian."

Maksud Umar dengan suratnya itu untuk memastikan dua hal: Pertama, daerah yang akan dipilih untuk pemukiman orang-orang Arab harus kering seperti di pedalaman, tetapi ada sumber air yang bagus. Kedua, jangan terhalang oleh lautan atau jembatan untuk pengiriman bala bantuan kepada pasukan yang tinggal di daerah itu jika sewaktu-waktu diperlukan.

Kewaspadaan Umar ini menganggap laut itu seperti kapal yang berbahaya, dan untuk itu ia berpendapat antara dia dengan angkatan bersenjatanya jangan sampai dipisahkan oleh apa pun yang akan membahayakan pengiriman bala bantuan kepada mereka. (Bersambung)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2229 seconds (0.1#10.140)