Lailatul Qadar, Gus Baha: Saleh Kelas Ringan Juga Dapat

Minggu, 17 Mei 2020 - 17:00 WIB
loading...
Lailatul Qadar, Gus Baha: Saleh Kelas Ringan Juga Dapat
Gus Baha: Jadi itu dari awal sudah bonus, sudah hadiah. Tapi sekarang kita berlebihan, Gerakan Menangkap Lailatul Qadar, malaikat ketangkap, ya malu. Foto/Ist
A A A
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Bahauddin Nur Salim atau akrab disapa Gus Baha berpendapat lailatul qadar adalah sebagai bonus kepada umat Nabi Muhammad yang usianya pendek dibandingkan dengan usia umat terdahulu. Karena bonus, maka tiap muslim yang baik akan mendapatkan malam istimewa ini. ( )

Gus Baha menjelaskan , malam yang disebut Al-Qur'an sebagai malam yang lebih mulia dari seribu bulan itu adalah jawaban Allah terhadap keresahan yang sebelumnya menimpa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tentang usia ummatnya yang pendek.

Jadi, menurut Gus Baha, lailatul qadar itu adalah hadiah. Hadiah dari Allah. "Semua orang-orang saleh dapat, saleh kelas ringan juga dapat," ujar Gus Baha serius. (

Dia juga menjelaskan, soal kapan lailatul qadar turun, Gus Baha menjawab, “Keyakinan saya, yang penting dicari, tapi yakin dapat saja,” jelasnya.

Keyakinan memperoleh malam istimewa itu, beliau dasarkan pada sebuah kitab klasik, kitab-kitab hadis karya ulama kuno. Kali ini, Gus Baha tak menyebut nama kitab yang dimaksud. ( )

Hanya saja di kitab itu disebutkan, Nabi Muhammad sedang cerita bahwa Nabi Nuh umurnya 1000 tahun kurang 50, yang berarti 950 tahun. Nabi Ibrahim dan beberapa nabi terdahulu pun berumur panjang.

Kemudian Nabi Muhammad merasa resah tentang usia rata-rata umatnya yang tergolong pendek. Lalu Allah SWT merespons keresahan Nabi Muhammad tersebut dengan memberi bonus Lailatul Qadar yang nilainya sama dengan 1000 tahun. ( )

“Itu rata-rata orang menghitung, (umurnya) 83,3,” kata Gus Baha, mengonversi 1000 bulan sama dengan 83,3 tahun. Jika melihat riwayat itu, berarti otomatis umat Nabi Muhammad dalam mengisi Ramadhan selama ini sudah benar.( )

“Arti benar: Kalau salat menghadap kiblat, seperti umumnya orang. Kalau tidak maksiat, menurut saya dapat Lailatul Qadar. Karena itu memang keresahan Nabi yang dijawab Allah, diberi bonus: 'Umatmu, Mahammad, meski umurnya pendek, Ku-beri ibadah Lailatul Qadar’," jelas Gus Baha. ( )

Lebih lanjut, kiai asal Narukan, Kragan, Rembang, ini menjelaskan waktu ideal mencari Lailatul Qadar. Menurutnya, untuk menghargai Al-Qur’an dan Hadis, kita mesti mengambil yang tengah-tengah.

Dalam Al-Qur’an, petunjuk itu tak disertai tanggal.

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an…” (QS. Al-Baqarah: 185).

Ia menjelaskan, ayat tersebut masih bermakna umum, bukan tanggal tertentu. Tak heran bila ada ulama yang berpendapat bahwa lailatul qadar bisa dimulai sejak tanggal 1 Ramadhan.

Menurutnya, yang dimaksud dengan sungguh-sungguh itu berarti klimaks. Kalau ingin klimaks, berarti mulainya harus dari tanggal 1 Ramadhan.

“Kalau kamu mencari sungguh-sungguh mulai tanggal 21 (Ramadhan), kata malaikat: ‘Lho, kok baru mencari sekarang?’ Berarti dianggap pemula, kan? Makanya tak dapat, perkaranya pemula. ‘Lho, kok baru mencari?’ ( )

Gus Baha mengajak kita agar menjiwai dalam membaca hadis. Hadis tentang Lailatul Qadar menampilkan pesan bahwa Nabi bersungguh-sungguh di sepuluh akhir. Yang seharusnya digaribawahi adalah kesungguhannya itu, bukan pencariannya.

Tak ada hadis yang mengharuskan kita mencari Lailatul Qadar tanggal 21 Ramadhan.

“Tapi tetap yang tadi ya. Keyakinan saya, berkah luasnya Rahmat Allah, semoga yang penting selagi umat Nabi. Yang ketika itu tak maksiat, pokoknya meski saleh-saleh biasa begini, saleh ‘kelas ringan’, yang penting tidak maksiat, itu tetap mendapat Lailatul Qadar,” terang Gus Baha, optimistis.

Beliau juga mencuplik sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1691 seconds (0.1#10.140)