Ammar bin Yasir: Ketika Ramalan Rasulullah Jadi Kenyataan
loading...
A
A
A
Orang-orang mengikuti Ammar, mereka percaya kebenaran ucapannya.
Berkatalah Abu Abdirrahman Sullami:
"Kami ikut serta dengan Ali r. a. di pertempuran Shiffin, maka saya lihat 'Ammar bin Yasir r. a. setiap ia menyerbu ke sesuatu jurusan, atau turun ke sesuatu lembah, para sahabat Rasulullah pun mengikutinya, tak ubahnya ia bagai panji-panji bagi mereka ....!"
Dan mengenai ’, Ammar sendiri, sementara ia menerjang dan menyusup ke medan juang, ia yakin akan menjadi salah seorang syuhadanya. Ramalan Rasulullah saw terang terpampang di ruang matanya dengan huruf-huruf besar: "Ammar akan dibunuh oleh golongan pendurhaha"
Oleh sebab itu suaranya bergema di serata arena dengan senandung ini:
"Hari ini daku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta... Muhammad dan para sahabatnya .... !"
Kemudian bagai sebuah peluru dahsyat ia menyerbu ke arah Mu'awiyah dan orang-orang sekelilingnya dari golongan Bani Umayyah, lalu melepaskan seruannya yang nyaring yang menggetarkan:
"Dulu kami hantam kalian di saat diturunkannya.
Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya Tebasan maut menghentikan niat jahat
Dan memisahkan kawanan pengkhianat
Atau al-Had berjalan kembali pada relnya"
Maksudnya dengan sya'irnya itu, bahwa para sahabat yang terdahulu dan Ammar termasuk salah seorang di antara mereka. Dulu telah memerangi golongan Bani Umayyah yang dikepalai oleh Abu Sufyan ayah Muawiyah pemanggul panji-panji syirik dan pemimpin tentara musyrikin.
Mereka perangi orang-orang itu karena secara terus terang al-Quran menitahkannya disebabkan mereka adalah orang-orang musyrik.
Dan sekarang di bawah pimpinan Muawiyah, walaupun mereka telah menganut Islam dan meskipun al-Quranul Karim tidak menitahkan secara tegas memerangi mereka, tetapi menurut ijtihad Ammar dalam penyelidikannya mengenai kebenaran dan pengertiannya terhadap maksud dan tujuan al-Quran, meyakinkan dirinya akan kehausan memerangi mereka, sampai barang haq yang ditumpas itu kembali kepada pemiliknya, serta api fitnah dan pemberontakan itu dapat dipadamkan untuk selama-lamanya.
Juga maksudnya, bahwa dulu mereka memerangi orang-orang Bani Umayyah karena mereka kafir kepada Agama dan kafir kepada al-Quran. Dan sekarang mereka menggempur orang-orang itu karena mereka menyelewengkan Agama dan menyimpang dari ajaran al-Quranul Karim serta mengacaukan ta'wil dan salah menafsirkannya, dan mencoba hendak menyesuaikan tujuan ayat-ayatnya dengan kemauan dan keinginan mereka pribadi.
Maka tokoh tua yang berusia 93 tahun ini menerjuni akhir perjuangan hidupnya yang menonjol dengan gagah berani. Dan sebelum ia berangkat ke rafiqul A'la, ia tanamkan pendidikan terakhir tentang keteguhan hati membela kebenaran, dan ditinggalkannya sebagai contoh teladan perjuangannya yang besar dan mulia lagi berkesan dan mendalam.
Orang-orang dari pihak Mu'awiyah mencoba sekuat daya untuk menghindari Ammar, agar pedang mereka tidak menyebabkan kematiannya hingga ternyata bagi manusia bahwa merekalah "golongan pendurhaka".
Tetapi keperwiraan Ammar yang berjuang seolah-olah ia satu pasukan tentara juga, menghilangkan pertimbangan dan akal sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah Mu'awiyah
mengintai-ngintai kesempatan untuk menewaskannya, hingga setelah kesempatan itu terbuka mereka laksanakanlah dan tewaslah Ammar di tangan tentara Mu'awiyah
Sebagian besar dari tentara Mu'awiyah terdiri dari orang-orang yang baru saja masuk Agama Islam, yakni orang-orang yang menganutnya tidak lama setelah bertalu-talunya genderang kemenangan terhadap kebanyakan negeri yang dibebaskan Islam, baik dari kekuasaan Romawi maupun dari penjajahan Persi.
Maka mereka inilah sebenarnya yang menjadi biang keladi dan menyalakan api perang saudara yang dimulai oleh pembangkangan Mu'awiyah dan penolakannya untuk mengakui Ali sebagai Khalifah dan Imam. Jadi mereka inilah yang bagaikan kayu bakar menyalakan apinya hingga jadi besar dan menggejolak.
Dan bagaimana juga gawatnya pertikaian ini, sedianya akan dapat diselesaikan dengan jalan damai andainya masih terpegang dalam tangan Muslimin pertama. Tetapi demi bentuknya jadi meruncing, ia jatuh ke dalam tokoh-tokoh kotor yang tidak peduli akan nasib Islam hingga api kian menyala dan tambah berkobar.
Berkatalah Abu Abdirrahman Sullami:
"Kami ikut serta dengan Ali r. a. di pertempuran Shiffin, maka saya lihat 'Ammar bin Yasir r. a. setiap ia menyerbu ke sesuatu jurusan, atau turun ke sesuatu lembah, para sahabat Rasulullah pun mengikutinya, tak ubahnya ia bagai panji-panji bagi mereka ....!"
Dan mengenai ’, Ammar sendiri, sementara ia menerjang dan menyusup ke medan juang, ia yakin akan menjadi salah seorang syuhadanya. Ramalan Rasulullah saw terang terpampang di ruang matanya dengan huruf-huruf besar: "Ammar akan dibunuh oleh golongan pendurhaha"
Oleh sebab itu suaranya bergema di serata arena dengan senandung ini:
"Hari ini daku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta... Muhammad dan para sahabatnya .... !"
Kemudian bagai sebuah peluru dahsyat ia menyerbu ke arah Mu'awiyah dan orang-orang sekelilingnya dari golongan Bani Umayyah, lalu melepaskan seruannya yang nyaring yang menggetarkan:
"Dulu kami hantam kalian di saat diturunkannya.
Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya Tebasan maut menghentikan niat jahat
Dan memisahkan kawanan pengkhianat
Atau al-Had berjalan kembali pada relnya"
Maksudnya dengan sya'irnya itu, bahwa para sahabat yang terdahulu dan Ammar termasuk salah seorang di antara mereka. Dulu telah memerangi golongan Bani Umayyah yang dikepalai oleh Abu Sufyan ayah Muawiyah pemanggul panji-panji syirik dan pemimpin tentara musyrikin.
Mereka perangi orang-orang itu karena secara terus terang al-Quran menitahkannya disebabkan mereka adalah orang-orang musyrik.
Dan sekarang di bawah pimpinan Muawiyah, walaupun mereka telah menganut Islam dan meskipun al-Quranul Karim tidak menitahkan secara tegas memerangi mereka, tetapi menurut ijtihad Ammar dalam penyelidikannya mengenai kebenaran dan pengertiannya terhadap maksud dan tujuan al-Quran, meyakinkan dirinya akan kehausan memerangi mereka, sampai barang haq yang ditumpas itu kembali kepada pemiliknya, serta api fitnah dan pemberontakan itu dapat dipadamkan untuk selama-lamanya.
Juga maksudnya, bahwa dulu mereka memerangi orang-orang Bani Umayyah karena mereka kafir kepada Agama dan kafir kepada al-Quran. Dan sekarang mereka menggempur orang-orang itu karena mereka menyelewengkan Agama dan menyimpang dari ajaran al-Quranul Karim serta mengacaukan ta'wil dan salah menafsirkannya, dan mencoba hendak menyesuaikan tujuan ayat-ayatnya dengan kemauan dan keinginan mereka pribadi.
Maka tokoh tua yang berusia 93 tahun ini menerjuni akhir perjuangan hidupnya yang menonjol dengan gagah berani. Dan sebelum ia berangkat ke rafiqul A'la, ia tanamkan pendidikan terakhir tentang keteguhan hati membela kebenaran, dan ditinggalkannya sebagai contoh teladan perjuangannya yang besar dan mulia lagi berkesan dan mendalam.
Orang-orang dari pihak Mu'awiyah mencoba sekuat daya untuk menghindari Ammar, agar pedang mereka tidak menyebabkan kematiannya hingga ternyata bagi manusia bahwa merekalah "golongan pendurhaka".
Tetapi keperwiraan Ammar yang berjuang seolah-olah ia satu pasukan tentara juga, menghilangkan pertimbangan dan akal sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah Mu'awiyah
mengintai-ngintai kesempatan untuk menewaskannya, hingga setelah kesempatan itu terbuka mereka laksanakanlah dan tewaslah Ammar di tangan tentara Mu'awiyah
Sebagian besar dari tentara Mu'awiyah terdiri dari orang-orang yang baru saja masuk Agama Islam, yakni orang-orang yang menganutnya tidak lama setelah bertalu-talunya genderang kemenangan terhadap kebanyakan negeri yang dibebaskan Islam, baik dari kekuasaan Romawi maupun dari penjajahan Persi.
Maka mereka inilah sebenarnya yang menjadi biang keladi dan menyalakan api perang saudara yang dimulai oleh pembangkangan Mu'awiyah dan penolakannya untuk mengakui Ali sebagai Khalifah dan Imam. Jadi mereka inilah yang bagaikan kayu bakar menyalakan apinya hingga jadi besar dan menggejolak.
Dan bagaimana juga gawatnya pertikaian ini, sedianya akan dapat diselesaikan dengan jalan damai andainya masih terpegang dalam tangan Muslimin pertama. Tetapi demi bentuknya jadi meruncing, ia jatuh ke dalam tokoh-tokoh kotor yang tidak peduli akan nasib Islam hingga api kian menyala dan tambah berkobar.