Cara dan Kiat Mendapat Syafa’at di Hari Kiamat
loading...
A
A
A
Umat Islam mengimani bahwa hari kiamat pasti akan terjadi. Sebagai rukun iman ke enam adalah hari dimana berakhirnya kehidupan makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan, kejadian hari kiamat merupakan tragedi yang sangat menakutkan. Bibir terasa sulit berucap ketika kita membaca ayat-ayat dan hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang sedikit menggambarkan apa yang terjadi pada hari itu.
Dalam sebuah ayat Allah Ta'ala berfirman:
يَوۡمَ تَرَوۡنَهَا تَذۡهَلُ كُلُّ مُرۡضِعَةٍ عَمَّآ أَرۡضَعَتۡ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَٰرَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٞ
“ (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” [QS. Al Hajj:2].
Ustadz Muhammad Ihsan, alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadis) yang juga Dewan konsultasi Bimbingan Islam memaparkan tentang kiamat ini dalam tausiyahnya. Berikut uraiannya; Tidak pernah terlintas dalam pikiran kita, ada seorang ibu yang tega melempar anak yang tengah disusuinya. Namun pada hari itu, saking takutnya, ia pun lupa dengan anaknya. Lebih menakutkannya lagi, kejadian kehancuran dunia tersebut bukanlah akhir namun sebuah awal dari kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang kekal abadi.
Allah membangkitkan kembali jin dan manusia untuk mempertanggungjawabkan segala keyakinan, perbuatan dan perkataan yang mereka lakukan di dunia dahulu. Pada hari tersebut, hanya ada dua tempat untuk kembali, yaitu surga dan neraka. Surga Allah ﷻ siapkan untuk menjadi tempat orang-orang yang mematuhi Allah ﷻ tatkala di dunia, Allah berfirman:
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” [QS. Al Baqarah:25]
Sedangkan neraka adalah tempat kembalinya orang-orang yang menyombongkan dirinya sehingga dia tidak mau mematuhi perintah Allah. Allah Ta'ala berfirman:
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِنَآ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” [QS Al Baqarah:39].
Pada hari tersebut, tidak ada lagi cara untuk menambah amalan, yang tinggal hanyalah pembalasan. Namun, karena luasnya rahmat Allah, Allah masih menyediakan satu cara untuk selamat dari adzab Allah, yaitu dengan mendapatkan syafa’at.
Apa itu syafa’at? Syafa’at berarti menjadi perantara bagi orang lain untuk mendapatkan kemanfaatan atau menghilangkan kemudharatan. (Alqaulul mufid : 1/330). Ahlussunnah sepakat bahwa pada hari kiamat kelak Allah ﷻ mengizinkan sebagian makhluk memberikan syafa’at kepada yang lainnya, sebagai bentuk pemuliaan kepada orang yang memberi syafa’at dan bentuk pengampunan untuk orang yang diberi syafa’at.
Syarat terjadinya syafa’at? Para ulama menjelaskan bahwa syafa’at hanya bisa didapatkan dengan dua syarat:
1. Izin Allah.
2. Ridha Allah kepada orang yang memberi syafa’at dan orang yang menerima syafa’at.
Dua syarat ini dsebutkan Allah ﷻ dalam firmanNya:
وَكَم مِّن مَّلَكٖ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ لَا تُغۡنِي شَفَٰعَتُهُمۡ شَيًۡٔا إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن يَأۡذَنَ ٱللَّهُ لِمَن يَشَآءُ وَيَرۡضَىٰٓ
“Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” [An Najm:26].
Dalam sebuah ayat Allah Ta'ala berfirman:
يَوۡمَ تَرَوۡنَهَا تَذۡهَلُ كُلُّ مُرۡضِعَةٍ عَمَّآ أَرۡضَعَتۡ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَٰرَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٞ
“ (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” [QS. Al Hajj:2].
Ustadz Muhammad Ihsan, alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadis) yang juga Dewan konsultasi Bimbingan Islam memaparkan tentang kiamat ini dalam tausiyahnya. Berikut uraiannya; Tidak pernah terlintas dalam pikiran kita, ada seorang ibu yang tega melempar anak yang tengah disusuinya. Namun pada hari itu, saking takutnya, ia pun lupa dengan anaknya. Lebih menakutkannya lagi, kejadian kehancuran dunia tersebut bukanlah akhir namun sebuah awal dari kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang kekal abadi.
Allah membangkitkan kembali jin dan manusia untuk mempertanggungjawabkan segala keyakinan, perbuatan dan perkataan yang mereka lakukan di dunia dahulu. Pada hari tersebut, hanya ada dua tempat untuk kembali, yaitu surga dan neraka. Surga Allah ﷻ siapkan untuk menjadi tempat orang-orang yang mematuhi Allah ﷻ tatkala di dunia, Allah berfirman:
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” [QS. Al Baqarah:25]
Sedangkan neraka adalah tempat kembalinya orang-orang yang menyombongkan dirinya sehingga dia tidak mau mematuhi perintah Allah. Allah Ta'ala berfirman:
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِنَآ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” [QS Al Baqarah:39].
Pada hari tersebut, tidak ada lagi cara untuk menambah amalan, yang tinggal hanyalah pembalasan. Namun, karena luasnya rahmat Allah, Allah masih menyediakan satu cara untuk selamat dari adzab Allah, yaitu dengan mendapatkan syafa’at.
Apa itu syafa’at? Syafa’at berarti menjadi perantara bagi orang lain untuk mendapatkan kemanfaatan atau menghilangkan kemudharatan. (Alqaulul mufid : 1/330). Ahlussunnah sepakat bahwa pada hari kiamat kelak Allah ﷻ mengizinkan sebagian makhluk memberikan syafa’at kepada yang lainnya, sebagai bentuk pemuliaan kepada orang yang memberi syafa’at dan bentuk pengampunan untuk orang yang diberi syafa’at.
Syarat terjadinya syafa’at? Para ulama menjelaskan bahwa syafa’at hanya bisa didapatkan dengan dua syarat:
1. Izin Allah.
2. Ridha Allah kepada orang yang memberi syafa’at dan orang yang menerima syafa’at.
Dua syarat ini dsebutkan Allah ﷻ dalam firmanNya:
وَكَم مِّن مَّلَكٖ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ لَا تُغۡنِي شَفَٰعَتُهُمۡ شَيًۡٔا إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن يَأۡذَنَ ٱللَّهُ لِمَن يَشَآءُ وَيَرۡضَىٰٓ
“Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” [An Najm:26].