Ka'bah: Kisah Paganisme Pasca-Nabi Ismail dan Pra-Islam
loading...
A
A
A
Lalu, bagaimana pula cara-cara peribadatan itu dilakukan sesudah Nabi lbrahim dan Nabi Ismail, dan dalam bentuk bagaimana pula dilakukan? Dan sejak kapan cara-cara itu berubah lalu dikuasi oleh paganisma?
Muhammad Husain Haekal dalam "Sejarah Hidup Muhammad" menulis hal ini tidak diceritakan kepada kita oleh sejarah yang kita kenal. Semua itu baru merupakan dugaan-dugaan yang sudah dianggap sebagai suatu kenyataan.
Menurutnya, kaum Sabian yang menyembah bintang mempunyai pengaruh besar di tanah Arab. Pada mulanya mereka - menurut beberapa keterangan - tidak menyembah bintang itu sendiri, melainkan hanya menyembah Allah dan mereka mengagungkan bintang-bintang itu sebagai ciptaan dan manifestasi kebesaranNya. Oleh karena lebih banyak yang tidak dapat memahami arti ketuhanan yang lebih tinggi, maka diartikannya bintang-bintang itu sebagai tuhan.
Beberapa macam batu gunung dikhayalkan sebagai benda yang jatuh dan langit, berasal dan beberapa macam bintang.
Dari situ mula-mula manifestasi tuhan itu diartikan dan dikuduskan. Kemudian batu-batu itu yang disembah. Kemudian penyembahan itu dianggap begitu agung, sehingga tidak cukup bagi orang Arab hanya menyembah hajar aswad (batu hitam) yang di dalam Ka'bah. Bahkan dalam setiap perjalanan ia mengambil batu apa saja dan Ka'bah untuk disembah dan dimintai persetujuannya akan tinggal ataukah akan melakukan perjalanan.
Mereka melakukan cara-cara peribadatan yang berlaku bagi bintang-bintang atau bagi pencipta bintang-bintang itu. Dengan cara-cara demikian menjadi kuatlah kepercayaan paganisma itu. Patung-patung dikuduskan dan dibawanya sesajen-sesajen untuk itu sebagai kurban.
Haekal menjelaskan ini adalah suatu gambaran tentang perkembangan agama itu di tanah Arab sejak Nabi Ibrahim membangun Ka'bah sebagai tempat beribadat kepada Tuhan, sebagaimana dilukiskan oleh beberapa ahli sejarah dan bagaimana pula hal itu kemudian berbalik dan menjadi pusat berhala.
Baca Juga: Ka'bah Ditutup, Ini Penjelasan Imam Besar Masjidil Haram
Herodotus, sejarawan Yunani Kuno yang hidup pada abad ke-5 SM (sekitar 484 SM - 425 SM), menerangkan tentang penyembahan Lat itu di negeri Arab. Demikian juga Diodorus Siculus, sejarawan Yunani kuno yang hidup pada abad ke-1 SM, juga menyebutkan tentang rumah di Makkah yang diagungkan itu.
Ini menunjukkan tentang paganisma yang sudah begitu tua di jazirah Arab dan bahwa agama yang dibawa Nabi Ibrahim di sana bertahan tidak begitu lama.
Dalam abad-abad itu sudah datang pula para nabi yang mengajak kabilah-kabilah jazirah itu supaya menyembah Allah semata-mata. Tetapi mereka menolak dan tetap bertahan pada paganisma.
Datang Nabi Hud mengajak kaum 'Ad yang tinggal di sebelah utara Hadzramaut supaya menyembah hanya kepada Allah; tapi hanya sebagian kecil saja yang ikut. Sedang yang sebagian besar malah menyombongkan diri dan berkata: "O Hud, kau datang tidak membawa keterangan yang jelas, dan kami tidak akan meninggalkan tuhan-tuhan kami hanya karena perkataanmu itu. Kami tidak percaya kepadamu." (Qur'an, 11: 53).
Baca Juga: Kisah Nabi Hud dan Penyebab Dibinasakannya Kaum 'Aad
Bertahun-tahun lamanya Nabi Hud mengajak mereka. Hasilnya malah mereka bertambah buas dan congkak. Demikian juga Nabi Saleh datang mengajak kaum Tsamud supaya beriman. Mereka ini tinggal di Hijr yang terletak antara Hijaz dengan Syam di Wadi'l-Qura ke arah timur daya dari Mad-yan (Midian) dekat Teluk 'Aqaba.
Baca Juga: Dahsyatya Gempa yang Menimpa Umat Nabi Syu'aib, Ini Sebabnya
Sama saja, hasil ajakan Nabi Saleh itu tidak lebih seperti ajakan Nabi Hud juga. Kemudian datang Nabi Syu'aib kepada bangsa Mad-yan yang terletak di Hijaz, mengajak supaya mereka menyembah Allah. Juga tidak didengar. Merekapun mengalami kehancuran seperti yang terjadi terhadap golongan 'Ad dan Tsamud .
Selain para nabi itu juga Qur'an telah menceritakan tentang ajakan mereka supaya menyembah Allah yang Esa. Sikap golongan itu begitu sombong. Mereka tetap bersikeras hendak menyembah berhala dan bermohon kepada berhala-berhala dalam Ka'bah itu.
Mereka berziarah ke tempat itu setiap tahun. Mereka datang dari segenap pelosok jazirah Arab. Dalam hal ini turun firman Tuhan: "Dan Kami tidak akan mengadakan siksaan sebelum Kami mengutus seorang rasul."(Qur'an 17: 15)
Muhammad Husain Haekal dalam "Sejarah Hidup Muhammad" menulis hal ini tidak diceritakan kepada kita oleh sejarah yang kita kenal. Semua itu baru merupakan dugaan-dugaan yang sudah dianggap sebagai suatu kenyataan.
Menurutnya, kaum Sabian yang menyembah bintang mempunyai pengaruh besar di tanah Arab. Pada mulanya mereka - menurut beberapa keterangan - tidak menyembah bintang itu sendiri, melainkan hanya menyembah Allah dan mereka mengagungkan bintang-bintang itu sebagai ciptaan dan manifestasi kebesaranNya. Oleh karena lebih banyak yang tidak dapat memahami arti ketuhanan yang lebih tinggi, maka diartikannya bintang-bintang itu sebagai tuhan.
Beberapa macam batu gunung dikhayalkan sebagai benda yang jatuh dan langit, berasal dan beberapa macam bintang.
Dari situ mula-mula manifestasi tuhan itu diartikan dan dikuduskan. Kemudian batu-batu itu yang disembah. Kemudian penyembahan itu dianggap begitu agung, sehingga tidak cukup bagi orang Arab hanya menyembah hajar aswad (batu hitam) yang di dalam Ka'bah. Bahkan dalam setiap perjalanan ia mengambil batu apa saja dan Ka'bah untuk disembah dan dimintai persetujuannya akan tinggal ataukah akan melakukan perjalanan.
Mereka melakukan cara-cara peribadatan yang berlaku bagi bintang-bintang atau bagi pencipta bintang-bintang itu. Dengan cara-cara demikian menjadi kuatlah kepercayaan paganisma itu. Patung-patung dikuduskan dan dibawanya sesajen-sesajen untuk itu sebagai kurban.
Haekal menjelaskan ini adalah suatu gambaran tentang perkembangan agama itu di tanah Arab sejak Nabi Ibrahim membangun Ka'bah sebagai tempat beribadat kepada Tuhan, sebagaimana dilukiskan oleh beberapa ahli sejarah dan bagaimana pula hal itu kemudian berbalik dan menjadi pusat berhala.
Baca Juga: Ka'bah Ditutup, Ini Penjelasan Imam Besar Masjidil Haram
Herodotus, sejarawan Yunani Kuno yang hidup pada abad ke-5 SM (sekitar 484 SM - 425 SM), menerangkan tentang penyembahan Lat itu di negeri Arab. Demikian juga Diodorus Siculus, sejarawan Yunani kuno yang hidup pada abad ke-1 SM, juga menyebutkan tentang rumah di Makkah yang diagungkan itu.
Ini menunjukkan tentang paganisma yang sudah begitu tua di jazirah Arab dan bahwa agama yang dibawa Nabi Ibrahim di sana bertahan tidak begitu lama.
Dalam abad-abad itu sudah datang pula para nabi yang mengajak kabilah-kabilah jazirah itu supaya menyembah Allah semata-mata. Tetapi mereka menolak dan tetap bertahan pada paganisma.
Datang Nabi Hud mengajak kaum 'Ad yang tinggal di sebelah utara Hadzramaut supaya menyembah hanya kepada Allah; tapi hanya sebagian kecil saja yang ikut. Sedang yang sebagian besar malah menyombongkan diri dan berkata: "O Hud, kau datang tidak membawa keterangan yang jelas, dan kami tidak akan meninggalkan tuhan-tuhan kami hanya karena perkataanmu itu. Kami tidak percaya kepadamu." (Qur'an, 11: 53).
Baca Juga: Kisah Nabi Hud dan Penyebab Dibinasakannya Kaum 'Aad
Bertahun-tahun lamanya Nabi Hud mengajak mereka. Hasilnya malah mereka bertambah buas dan congkak. Demikian juga Nabi Saleh datang mengajak kaum Tsamud supaya beriman. Mereka ini tinggal di Hijr yang terletak antara Hijaz dengan Syam di Wadi'l-Qura ke arah timur daya dari Mad-yan (Midian) dekat Teluk 'Aqaba.
Baca Juga: Dahsyatya Gempa yang Menimpa Umat Nabi Syu'aib, Ini Sebabnya
Sama saja, hasil ajakan Nabi Saleh itu tidak lebih seperti ajakan Nabi Hud juga. Kemudian datang Nabi Syu'aib kepada bangsa Mad-yan yang terletak di Hijaz, mengajak supaya mereka menyembah Allah. Juga tidak didengar. Merekapun mengalami kehancuran seperti yang terjadi terhadap golongan 'Ad dan Tsamud .
Selain para nabi itu juga Qur'an telah menceritakan tentang ajakan mereka supaya menyembah Allah yang Esa. Sikap golongan itu begitu sombong. Mereka tetap bersikeras hendak menyembah berhala dan bermohon kepada berhala-berhala dalam Ka'bah itu.
Mereka berziarah ke tempat itu setiap tahun. Mereka datang dari segenap pelosok jazirah Arab. Dalam hal ini turun firman Tuhan: "Dan Kami tidak akan mengadakan siksaan sebelum Kami mengutus seorang rasul."(Qur'an 17: 15)