Ka'bah: Kisah Paganisme Pasca-Nabi Ismail dan Pra-Islam
loading...
A
A
A
SELEPAS Nabi Ibrahim wafat dan Nabi Ismail dewasa, pemeliharaan Ka'bah dan Kota Makkah pun makin serius dilakukan. Nabi Ismail memperistri putri dari pemimpin Jurhum. Dengan hubungan baru itu, tanggung jawab Nabi Ismail untuk mengurus Ka'bah sedikit-banyak merasa terbantu.
Imam ath Thabari dalam kitabnya, Tarikh al Umam wa al Muluk (2011) menceritakan, pernikahan Nabi Ismail dengan anak dari elite Jurhum itu dikaruniai 12 anak. Mereka adalah Nabit, Qidar, Adbil, Mubsim, Musymi', Dauma, Dawam, Masa, Haddad, Tsitsa, Yathur, dan Nafisy. (
Pada usia 137 tahun, Nabi Ismail berpulang. Estafet kepemimpinan dan tanggung jawab pemeliharaan Ka'bah dan Makkah diserahkan kepada putra pertamanya, Nabit. Sayangnya, kondisi itu tak diharapkan sebagian petinggi Jurhum, hingga kekuasaannya direbut tanpa perlawanan.
Kebesaran hati putra-putra Ismail ini digambarkan Ibn Hisyam dalam as Sirah an Nabawiyah (2014);
"Allah SWT menyebarkan anak-anak Ismail di Makkah. Tapi, saudara mereka dari suku Jurhum lah yang menguasai Baitullah. Anak-anak Nabi Ismail tidak ingin menentang saudara-saudaranya yang sudah pasti akan meretakkan kekerabatan mereka. Selain itu, mereka juga menghormati kemerdekaan dan sikap penolakan terhadap peperangan," tulis Ibn Hisyam.
Meski begitu, rasa tak nyaman tetap menjalar di benak putra-putra Nabi Ismail. Mereka memutuskan untuk pindah dan berpencar ke daerah lain. Beruntung, tidak ada satu pun kaum yang menolak. Semua tempat menerima dan tunduk pada keagungan nama Ibrahim.
Dua belas anak Nabi Ismail inilah yang menjadi cikal-bakal Arab al-Musta'-riba, yakni orang-orang Arab yang bertemu dari pihak ibu pada Jurhum dengan Arab al-'Ariba keturunan Ya'rub ibn Qahtan.
Sedang ayah mereka, Ismail anak Ibrahim, dari pihak ibunya erat sekali bertalian dengan Mesir, dan dari pihak bapak dengan Irak (Mesopotamia) dan Palestina, atau ke mana saja Nabi Ibrahim menginjakkan kaki.
Sendi-Sendi Ka'bah
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah mengangkat sendi-sendi Ka'bah.
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَٰلَمِينَ
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS Ali ‘Imran : 96)
فِيهِ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ مَّقَامُ إِبْرَٰهِيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنًا ۗ
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia. (QS Ali ‘Imran : 97)
وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِۦمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". (QS Al-Baqarah : 125)
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS Al-Baqarah :126)
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَٰهِۦمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS Al-Baqarah : 127)
( )
Penyelewengan
Pertanyaannya adalah bagaimana Nabi Ibrahim mendirikan Rumah itu sebagai tempat tujuan dan tempat yang aman, untuk mengantarkan manusia supaya beriman hanya kepada Allah Yang Tunggal lalu kemudian menjadi tempat berhala dan pusat penyembahannya?
Lalu, bagaimana pula cara-cara peribadatan itu dilakukan sesudah Nabi lbrahim dan Nabi Ismail, dan dalam bentuk bagaimana pula dilakukan? Dan sejak kapan cara-cara itu berubah lalu dikuasi oleh paganisma?
Muhammad Husain Haekal dalam "Sejarah Hidup Muhammad" menulis hal ini tidak diceritakan kepada kita oleh sejarah yang kita kenal. Semua itu baru merupakan dugaan-dugaan yang sudah dianggap sebagai suatu kenyataan.
Menurutnya, kaum Sabian yang menyembah bintang mempunyai pengaruh besar di tanah Arab. Pada mulanya mereka - menurut beberapa keterangan - tidak menyembah bintang itu sendiri, melainkan hanya menyembah Allah dan mereka mengagungkan bintang-bintang itu sebagai ciptaan dan manifestasi kebesaranNya. Oleh karena lebih banyak yang tidak dapat memahami arti ketuhanan yang lebih tinggi, maka diartikannya bintang-bintang itu sebagai tuhan.
Beberapa macam batu gunung dikhayalkan sebagai benda yang jatuh dan langit, berasal dan beberapa macam bintang.
Dari situ mula-mula manifestasi tuhan itu diartikan dan dikuduskan. Kemudian batu-batu itu yang disembah. Kemudian penyembahan itu dianggap begitu agung, sehingga tidak cukup bagi orang Arab hanya menyembah hajar aswad (batu hitam) yang di dalam Ka'bah. Bahkan dalam setiap perjalanan ia mengambil batu apa saja dan Ka'bah untuk disembah dan dimintai persetujuannya akan tinggal ataukah akan melakukan perjalanan.
Mereka melakukan cara-cara peribadatan yang berlaku bagi bintang-bintang atau bagi pencipta bintang-bintang itu. Dengan cara-cara demikian menjadi kuatlah kepercayaan paganisma itu. Patung-patung dikuduskan dan dibawanya sesajen-sesajen untuk itu sebagai kurban.
Haekal menjelaskan ini adalah suatu gambaran tentang perkembangan agama itu di tanah Arab sejak Nabi Ibrahim membangun Ka'bah sebagai tempat beribadat kepada Tuhan, sebagaimana dilukiskan oleh beberapa ahli sejarah dan bagaimana pula hal itu kemudian berbalik dan menjadi pusat berhala.
Baca Juga: Ka'bah Ditutup, Ini Penjelasan Imam Besar Masjidil Haram
Herodotus, sejarawan Yunani Kuno yang hidup pada abad ke-5 SM (sekitar 484 SM - 425 SM), menerangkan tentang penyembahan Lat itu di negeri Arab. Demikian juga Diodorus Siculus, sejarawan Yunani kuno yang hidup pada abad ke-1 SM, juga menyebutkan tentang rumah di Makkah yang diagungkan itu.
Ini menunjukkan tentang paganisma yang sudah begitu tua di jazirah Arab dan bahwa agama yang dibawa Nabi Ibrahim di sana bertahan tidak begitu lama.
Dalam abad-abad itu sudah datang pula para nabi yang mengajak kabilah-kabilah jazirah itu supaya menyembah Allah semata-mata. Tetapi mereka menolak dan tetap bertahan pada paganisma.
Datang Nabi Hud mengajak kaum 'Ad yang tinggal di sebelah utara Hadzramaut supaya menyembah hanya kepada Allah; tapi hanya sebagian kecil saja yang ikut. Sedang yang sebagian besar malah menyombongkan diri dan berkata: "O Hud, kau datang tidak membawa keterangan yang jelas, dan kami tidak akan meninggalkan tuhan-tuhan kami hanya karena perkataanmu itu. Kami tidak percaya kepadamu." (Qur'an, 11: 53).
Baca Juga: Kisah Nabi Hud dan Penyebab Dibinasakannya Kaum 'Aad
Bertahun-tahun lamanya Nabi Hud mengajak mereka. Hasilnya malah mereka bertambah buas dan congkak. Demikian juga Nabi Saleh datang mengajak kaum Tsamud supaya beriman. Mereka ini tinggal di Hijr yang terletak antara Hijaz dengan Syam di Wadi'l-Qura ke arah timur daya dari Mad-yan (Midian) dekat Teluk 'Aqaba.
Baca Juga: Dahsyatya Gempa yang Menimpa Umat Nabi Syu'aib, Ini Sebabnya
Sama saja, hasil ajakan Nabi Saleh itu tidak lebih seperti ajakan Nabi Hud juga. Kemudian datang Nabi Syu'aib kepada bangsa Mad-yan yang terletak di Hijaz, mengajak supaya mereka menyembah Allah. Juga tidak didengar. Merekapun mengalami kehancuran seperti yang terjadi terhadap golongan 'Ad dan Tsamud .
Selain para nabi itu juga Qur'an telah menceritakan tentang ajakan mereka supaya menyembah Allah yang Esa. Sikap golongan itu begitu sombong. Mereka tetap bersikeras hendak menyembah berhala dan bermohon kepada berhala-berhala dalam Ka'bah itu.
Mereka berziarah ke tempat itu setiap tahun. Mereka datang dari segenap pelosok jazirah Arab. Dalam hal ini turun firman Tuhan: "Dan Kami tidak akan mengadakan siksaan sebelum Kami mengutus seorang rasul."(Qur'an 17: 15)
Jabatan Penting
Sejak didirikannya Makkah di tempat itu sudah ada jabatan-jabatan penting seperti yang dipegang oleh Qushayy bin Kilab pada pertengahan abad kelima Masehi. Pada waktu itu para pemuka Makkah berkumpul. Jabatan-jabatan hijaba, siqaya, rifada, nadwa, liwa' dan qiyada dipegang semua oleh Qushay.
Hijaba ialah penjaga pintu Ka'bah atau yang memegang kuncinya. Siqaya ialah menyediakan air tawar - yang sangat sulit waktu itu bagi mereka yang datang berziarah serta menyediakan minuman keras yang dibuat dari kurma.
Rifada ialah memberi makan kepada mereka semua. Nadwa adalah pimpinan rapat pada tiap tahun musim. Liwa' ialah panji yang dipancangkan pada tombak lalu ditancapkan sebagai lambang tentara yang sedang menghadapi musuh, dan qiyada ialah pimpinan pasukan bila menuju perang.
Jabatan-jabatan demikian itu di Makkah sangat terpandang. Dalam masalah ibadat seolah pandangan orang-orang Arab semua tertuju ke Ka'bah itu.
Beberapa penulis sejarah, menurut Haekal, tidak keberatan dalam menyebutkan, bahwa Makkah itu masih terbelakang sebelum semua urusan berada di tangan Qushayy pada pertengahan abad kelima Masehi itu. "Sukar bagi kita akan dapat membayangkan suatu daerah seperti Makkah dengan Rumah Purbanya yang dianggap suci itu akan tetap berada dalam suasana hidup pengembaraan," tulisnya.
Padahal sejarah membuktikan, lanjut Haekal, bahwa persoalan Rumah Suci itu berada di tangan Nabi Ismail dalam lingkungan keluarga Jurhum selama beberapa generasi kemudian.
Mereka tinggal di sekitar tempat itu, di samping Makkah masa itu memang tempat pertemuan kafilah-kafilah dalam perjalanan ke Yaman, Hira, Syam dan Najd. Juga hubungannya dengan Laut Merah yang tidak jauh dari tempat itu merupakan hubungan langsung dengan perdagangan dunia.
Sukar akan dapat dibayangkan adanya suatu daerah dalam keadaan demikian itu akan tetap tanpa ada pendekatan dari dunia lain dari segi peradabannya. "Beralasan sekali dugaan kita, bahwa Makkah, yang sudah didoakan oleh Ibrahim dan ditetapkan Allah akan menjadi suatu daerah yang aman sentosa, sudah mengenal hidup stabil selama beberapa generasi sebelum Qushayy," lanjutnya.
Zamzam Kering
Menurut Haekal lagi, meskipun sudah dikalahkan oleh Amalekit, Makkah masih di tangan Jurhum sampai pada masa Mudzadz bin 'Amr ibn Harith.
Selama dalam masa generasi ini perdagangan Makkah mengalami perkembangan yang pesat sekali di bawah kekuasaan orang-orang yang biasa hidup mewah, sehingga mereka lupa bahwa mereka berada di tanah tandus dan bahwa mereka perlu selalu berusaha dan selalu waspada.
Demikian lalainya mereka itu sehingga Zamzam menjadi kering dan pihak kabilah Khuza'a merasa perlu memikirkan akan turut terjun memegang pimpinan di tanah suci itu.
Peringatan Mudzadz kepada masyarakatnya tentang akibat hidup berfoya-foya, tidak berhasil. Ia yakin sekali bahwa hal ini akan menghanyutkan mereka semua.
Kemudian ia berusaha menggali Zamzam lebih dalam lagi. Diambilnya dua buah pangkal pelana emas dari dalam Ka'bah beserta harta yang dibawa orang sebagai sesajen ke dalam Rumah Suci itu. Dimasukkannya semua itu ke dalam dasar sumur, sedang pasir yang masih ada di dalamnya dikeluarkan, dengan harapan pada suatu waktu ia akan menemukannya kembali.
Selanjutnya ia keluar dengan anak-anak Ismail dari Makkah. Kekuasaan sesudah itu dipegang oleh Khuza'a. Demikian seterusnya turun-temurun sampai kepada Qushayy bin Kilab, nenek (kakek) Nabi Muhammad yang kelima datang mengambil alih.
Berdasar Hadis
Dalam sebuah hadis dijelaskan adalah tokoh bernama Amr bin Amir bin Luhai Al-Khuzai yang menyebabkan keturunan Nabi Ismail menyembah berhala. Amr adalah orang yang pertama kali memberikan sesembahan kepada berhala berupa unta. Hal ini biasanya disebut sebagai sawaib.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ عَامِرِ بْنِ لُحَيٍّ الْخُزَاعِيَّ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِي النَّارِ وَكَانَ أَوَّلَ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ
Artinya, “Nabi SAW bersabda, ‘Aku melihat 'Amru bin Luhay Al-Khuza'iy menarik punggungnya ke neraka dan dia adalah orang pertama mempersembahkan As-Sawa'ib (saibah),’" (Lihat Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥul Bukharī, [Kairo, Dāru Thauqin Najah: 1422 H) juz IV, halaman 184).
Ibnu Hajar Al-Asyqalani dalam Fatḥul Bārī Syarḥ Saḥīḥil Bukhari menyebutkan Amr bin Luhay mendapatkan berhala tersebut dari sekelompok suku di Syam yang bernama Al-Amāliq. Kaum Al-Amalik menyembah berhala dan Amr bin Luhai pun meminta agar Kaum Amalik memberinya salah satu berhala yang mereka sembah dan membawa berhala tersebut masuk ke Kota Makkah. Amr kemudian mendirikan berhala itu di Ka’bah. Berhala itu yang kelak dinamai Hubal.
Tidak hanya itu, Ibnu Hajar juga menyebutkan bahwa Amr bin Luhay inilah yang membuat dua berhala bernama Asaf dan Nailah dikultuskan oleh orang yang sedang thawaf di Kabah sebelum Nabi Muhammad SAW lahir.
Berdasarkan penuturan Ibnu Hajar, Asaf dan Nailah ini adalah dua orang yang sering membuat kerusakan (fajir) yang tubuhnya diubah oleh Allah Swt menjadi batu.
Asaf adalah orang laki-laki dan Nailah adalah seorang perempuan (walau hal ini masih dipertanyakan keabasahan ceritanya). Dua patung inilah yang dibawa oleh Amr bin Luhay ke samping Ka’bah. Orang-orang yang sedang thawaf di Kabah pada saat itu mengusap kedua berhala tersebut, dimulai dari Asaf dan diakhiri dengan Nailah. Wallahu'alam. ( )
Imam ath Thabari dalam kitabnya, Tarikh al Umam wa al Muluk (2011) menceritakan, pernikahan Nabi Ismail dengan anak dari elite Jurhum itu dikaruniai 12 anak. Mereka adalah Nabit, Qidar, Adbil, Mubsim, Musymi', Dauma, Dawam, Masa, Haddad, Tsitsa, Yathur, dan Nafisy. (
Pada usia 137 tahun, Nabi Ismail berpulang. Estafet kepemimpinan dan tanggung jawab pemeliharaan Ka'bah dan Makkah diserahkan kepada putra pertamanya, Nabit. Sayangnya, kondisi itu tak diharapkan sebagian petinggi Jurhum, hingga kekuasaannya direbut tanpa perlawanan.
Kebesaran hati putra-putra Ismail ini digambarkan Ibn Hisyam dalam as Sirah an Nabawiyah (2014);
"Allah SWT menyebarkan anak-anak Ismail di Makkah. Tapi, saudara mereka dari suku Jurhum lah yang menguasai Baitullah. Anak-anak Nabi Ismail tidak ingin menentang saudara-saudaranya yang sudah pasti akan meretakkan kekerabatan mereka. Selain itu, mereka juga menghormati kemerdekaan dan sikap penolakan terhadap peperangan," tulis Ibn Hisyam.
Meski begitu, rasa tak nyaman tetap menjalar di benak putra-putra Nabi Ismail. Mereka memutuskan untuk pindah dan berpencar ke daerah lain. Beruntung, tidak ada satu pun kaum yang menolak. Semua tempat menerima dan tunduk pada keagungan nama Ibrahim.
Dua belas anak Nabi Ismail inilah yang menjadi cikal-bakal Arab al-Musta'-riba, yakni orang-orang Arab yang bertemu dari pihak ibu pada Jurhum dengan Arab al-'Ariba keturunan Ya'rub ibn Qahtan.
Sedang ayah mereka, Ismail anak Ibrahim, dari pihak ibunya erat sekali bertalian dengan Mesir, dan dari pihak bapak dengan Irak (Mesopotamia) dan Palestina, atau ke mana saja Nabi Ibrahim menginjakkan kaki.
Sendi-Sendi Ka'bah
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah mengangkat sendi-sendi Ka'bah.
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَٰلَمِينَ
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS Ali ‘Imran : 96)
فِيهِ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ مَّقَامُ إِبْرَٰهِيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنًا ۗ
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia. (QS Ali ‘Imran : 97)
وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِۦمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". (QS Al-Baqarah : 125)
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS Al-Baqarah :126)
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَٰهِۦمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS Al-Baqarah : 127)
( )
Penyelewengan
Pertanyaannya adalah bagaimana Nabi Ibrahim mendirikan Rumah itu sebagai tempat tujuan dan tempat yang aman, untuk mengantarkan manusia supaya beriman hanya kepada Allah Yang Tunggal lalu kemudian menjadi tempat berhala dan pusat penyembahannya?
Lalu, bagaimana pula cara-cara peribadatan itu dilakukan sesudah Nabi lbrahim dan Nabi Ismail, dan dalam bentuk bagaimana pula dilakukan? Dan sejak kapan cara-cara itu berubah lalu dikuasi oleh paganisma?
Muhammad Husain Haekal dalam "Sejarah Hidup Muhammad" menulis hal ini tidak diceritakan kepada kita oleh sejarah yang kita kenal. Semua itu baru merupakan dugaan-dugaan yang sudah dianggap sebagai suatu kenyataan.
Menurutnya, kaum Sabian yang menyembah bintang mempunyai pengaruh besar di tanah Arab. Pada mulanya mereka - menurut beberapa keterangan - tidak menyembah bintang itu sendiri, melainkan hanya menyembah Allah dan mereka mengagungkan bintang-bintang itu sebagai ciptaan dan manifestasi kebesaranNya. Oleh karena lebih banyak yang tidak dapat memahami arti ketuhanan yang lebih tinggi, maka diartikannya bintang-bintang itu sebagai tuhan.
Beberapa macam batu gunung dikhayalkan sebagai benda yang jatuh dan langit, berasal dan beberapa macam bintang.
Dari situ mula-mula manifestasi tuhan itu diartikan dan dikuduskan. Kemudian batu-batu itu yang disembah. Kemudian penyembahan itu dianggap begitu agung, sehingga tidak cukup bagi orang Arab hanya menyembah hajar aswad (batu hitam) yang di dalam Ka'bah. Bahkan dalam setiap perjalanan ia mengambil batu apa saja dan Ka'bah untuk disembah dan dimintai persetujuannya akan tinggal ataukah akan melakukan perjalanan.
Mereka melakukan cara-cara peribadatan yang berlaku bagi bintang-bintang atau bagi pencipta bintang-bintang itu. Dengan cara-cara demikian menjadi kuatlah kepercayaan paganisma itu. Patung-patung dikuduskan dan dibawanya sesajen-sesajen untuk itu sebagai kurban.
Haekal menjelaskan ini adalah suatu gambaran tentang perkembangan agama itu di tanah Arab sejak Nabi Ibrahim membangun Ka'bah sebagai tempat beribadat kepada Tuhan, sebagaimana dilukiskan oleh beberapa ahli sejarah dan bagaimana pula hal itu kemudian berbalik dan menjadi pusat berhala.
Baca Juga: Ka'bah Ditutup, Ini Penjelasan Imam Besar Masjidil Haram
Herodotus, sejarawan Yunani Kuno yang hidup pada abad ke-5 SM (sekitar 484 SM - 425 SM), menerangkan tentang penyembahan Lat itu di negeri Arab. Demikian juga Diodorus Siculus, sejarawan Yunani kuno yang hidup pada abad ke-1 SM, juga menyebutkan tentang rumah di Makkah yang diagungkan itu.
Ini menunjukkan tentang paganisma yang sudah begitu tua di jazirah Arab dan bahwa agama yang dibawa Nabi Ibrahim di sana bertahan tidak begitu lama.
Dalam abad-abad itu sudah datang pula para nabi yang mengajak kabilah-kabilah jazirah itu supaya menyembah Allah semata-mata. Tetapi mereka menolak dan tetap bertahan pada paganisma.
Datang Nabi Hud mengajak kaum 'Ad yang tinggal di sebelah utara Hadzramaut supaya menyembah hanya kepada Allah; tapi hanya sebagian kecil saja yang ikut. Sedang yang sebagian besar malah menyombongkan diri dan berkata: "O Hud, kau datang tidak membawa keterangan yang jelas, dan kami tidak akan meninggalkan tuhan-tuhan kami hanya karena perkataanmu itu. Kami tidak percaya kepadamu." (Qur'an, 11: 53).
Baca Juga: Kisah Nabi Hud dan Penyebab Dibinasakannya Kaum 'Aad
Bertahun-tahun lamanya Nabi Hud mengajak mereka. Hasilnya malah mereka bertambah buas dan congkak. Demikian juga Nabi Saleh datang mengajak kaum Tsamud supaya beriman. Mereka ini tinggal di Hijr yang terletak antara Hijaz dengan Syam di Wadi'l-Qura ke arah timur daya dari Mad-yan (Midian) dekat Teluk 'Aqaba.
Baca Juga: Dahsyatya Gempa yang Menimpa Umat Nabi Syu'aib, Ini Sebabnya
Sama saja, hasil ajakan Nabi Saleh itu tidak lebih seperti ajakan Nabi Hud juga. Kemudian datang Nabi Syu'aib kepada bangsa Mad-yan yang terletak di Hijaz, mengajak supaya mereka menyembah Allah. Juga tidak didengar. Merekapun mengalami kehancuran seperti yang terjadi terhadap golongan 'Ad dan Tsamud .
Selain para nabi itu juga Qur'an telah menceritakan tentang ajakan mereka supaya menyembah Allah yang Esa. Sikap golongan itu begitu sombong. Mereka tetap bersikeras hendak menyembah berhala dan bermohon kepada berhala-berhala dalam Ka'bah itu.
Mereka berziarah ke tempat itu setiap tahun. Mereka datang dari segenap pelosok jazirah Arab. Dalam hal ini turun firman Tuhan: "Dan Kami tidak akan mengadakan siksaan sebelum Kami mengutus seorang rasul."(Qur'an 17: 15)
Jabatan Penting
Sejak didirikannya Makkah di tempat itu sudah ada jabatan-jabatan penting seperti yang dipegang oleh Qushayy bin Kilab pada pertengahan abad kelima Masehi. Pada waktu itu para pemuka Makkah berkumpul. Jabatan-jabatan hijaba, siqaya, rifada, nadwa, liwa' dan qiyada dipegang semua oleh Qushay.
Hijaba ialah penjaga pintu Ka'bah atau yang memegang kuncinya. Siqaya ialah menyediakan air tawar - yang sangat sulit waktu itu bagi mereka yang datang berziarah serta menyediakan minuman keras yang dibuat dari kurma.
Rifada ialah memberi makan kepada mereka semua. Nadwa adalah pimpinan rapat pada tiap tahun musim. Liwa' ialah panji yang dipancangkan pada tombak lalu ditancapkan sebagai lambang tentara yang sedang menghadapi musuh, dan qiyada ialah pimpinan pasukan bila menuju perang.
Jabatan-jabatan demikian itu di Makkah sangat terpandang. Dalam masalah ibadat seolah pandangan orang-orang Arab semua tertuju ke Ka'bah itu.
Beberapa penulis sejarah, menurut Haekal, tidak keberatan dalam menyebutkan, bahwa Makkah itu masih terbelakang sebelum semua urusan berada di tangan Qushayy pada pertengahan abad kelima Masehi itu. "Sukar bagi kita akan dapat membayangkan suatu daerah seperti Makkah dengan Rumah Purbanya yang dianggap suci itu akan tetap berada dalam suasana hidup pengembaraan," tulisnya.
Padahal sejarah membuktikan, lanjut Haekal, bahwa persoalan Rumah Suci itu berada di tangan Nabi Ismail dalam lingkungan keluarga Jurhum selama beberapa generasi kemudian.
Mereka tinggal di sekitar tempat itu, di samping Makkah masa itu memang tempat pertemuan kafilah-kafilah dalam perjalanan ke Yaman, Hira, Syam dan Najd. Juga hubungannya dengan Laut Merah yang tidak jauh dari tempat itu merupakan hubungan langsung dengan perdagangan dunia.
Sukar akan dapat dibayangkan adanya suatu daerah dalam keadaan demikian itu akan tetap tanpa ada pendekatan dari dunia lain dari segi peradabannya. "Beralasan sekali dugaan kita, bahwa Makkah, yang sudah didoakan oleh Ibrahim dan ditetapkan Allah akan menjadi suatu daerah yang aman sentosa, sudah mengenal hidup stabil selama beberapa generasi sebelum Qushayy," lanjutnya.
Zamzam Kering
Menurut Haekal lagi, meskipun sudah dikalahkan oleh Amalekit, Makkah masih di tangan Jurhum sampai pada masa Mudzadz bin 'Amr ibn Harith.
Selama dalam masa generasi ini perdagangan Makkah mengalami perkembangan yang pesat sekali di bawah kekuasaan orang-orang yang biasa hidup mewah, sehingga mereka lupa bahwa mereka berada di tanah tandus dan bahwa mereka perlu selalu berusaha dan selalu waspada.
Demikian lalainya mereka itu sehingga Zamzam menjadi kering dan pihak kabilah Khuza'a merasa perlu memikirkan akan turut terjun memegang pimpinan di tanah suci itu.
Peringatan Mudzadz kepada masyarakatnya tentang akibat hidup berfoya-foya, tidak berhasil. Ia yakin sekali bahwa hal ini akan menghanyutkan mereka semua.
Kemudian ia berusaha menggali Zamzam lebih dalam lagi. Diambilnya dua buah pangkal pelana emas dari dalam Ka'bah beserta harta yang dibawa orang sebagai sesajen ke dalam Rumah Suci itu. Dimasukkannya semua itu ke dalam dasar sumur, sedang pasir yang masih ada di dalamnya dikeluarkan, dengan harapan pada suatu waktu ia akan menemukannya kembali.
Selanjutnya ia keluar dengan anak-anak Ismail dari Makkah. Kekuasaan sesudah itu dipegang oleh Khuza'a. Demikian seterusnya turun-temurun sampai kepada Qushayy bin Kilab, nenek (kakek) Nabi Muhammad yang kelima datang mengambil alih.
Berdasar Hadis
Dalam sebuah hadis dijelaskan adalah tokoh bernama Amr bin Amir bin Luhai Al-Khuzai yang menyebabkan keturunan Nabi Ismail menyembah berhala. Amr adalah orang yang pertama kali memberikan sesembahan kepada berhala berupa unta. Hal ini biasanya disebut sebagai sawaib.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ عَامِرِ بْنِ لُحَيٍّ الْخُزَاعِيَّ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِي النَّارِ وَكَانَ أَوَّلَ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ
Artinya, “Nabi SAW bersabda, ‘Aku melihat 'Amru bin Luhay Al-Khuza'iy menarik punggungnya ke neraka dan dia adalah orang pertama mempersembahkan As-Sawa'ib (saibah),’" (Lihat Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥul Bukharī, [Kairo, Dāru Thauqin Najah: 1422 H) juz IV, halaman 184).
Ibnu Hajar Al-Asyqalani dalam Fatḥul Bārī Syarḥ Saḥīḥil Bukhari menyebutkan Amr bin Luhay mendapatkan berhala tersebut dari sekelompok suku di Syam yang bernama Al-Amāliq. Kaum Al-Amalik menyembah berhala dan Amr bin Luhai pun meminta agar Kaum Amalik memberinya salah satu berhala yang mereka sembah dan membawa berhala tersebut masuk ke Kota Makkah. Amr kemudian mendirikan berhala itu di Ka’bah. Berhala itu yang kelak dinamai Hubal.
Tidak hanya itu, Ibnu Hajar juga menyebutkan bahwa Amr bin Luhay inilah yang membuat dua berhala bernama Asaf dan Nailah dikultuskan oleh orang yang sedang thawaf di Kabah sebelum Nabi Muhammad SAW lahir.
Berdasarkan penuturan Ibnu Hajar, Asaf dan Nailah ini adalah dua orang yang sering membuat kerusakan (fajir) yang tubuhnya diubah oleh Allah Swt menjadi batu.
Asaf adalah orang laki-laki dan Nailah adalah seorang perempuan (walau hal ini masih dipertanyakan keabasahan ceritanya). Dua patung inilah yang dibawa oleh Amr bin Luhay ke samping Ka’bah. Orang-orang yang sedang thawaf di Kabah pada saat itu mengusap kedua berhala tersebut, dimulai dari Asaf dan diakhiri dengan Nailah. Wallahu'alam. ( )
(mhy)