Adab Imam dan Makmum dalam Sholat Berjamaah

Minggu, 12 September 2021 - 21:13 WIB
loading...
Adab Imam dan Makmum dalam Sholat Berjamaah
Kaum muslimin perlu mengetahui adab-adab ketika sholat berjamaah agar ibadahnya bernilai di sisi Allah. Foto/Ist
A A A
Adab imam dan makmum dalam sholat berjamaah penting untuk diketahui kaum muslimin. Sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim, keutamaan sholat berjamaah lebih afdhal (utama) daripada sholat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.

Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum sholat berjamaah adalah fardhu kifayah. Agar sholat berjamaah bernilai di sisi Allah ada baiknya seorang imam maupun makmum mengetahui adab-adabnya.

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari disebutkan: "Jika sholat telah tiba, hendaklah salah seorang di antara kalian mengumandangkan adzan dan hendaklah yang paling banyak hafalan Al-Qur'an nya di antara kalian mengimami kalian."

Untuk diketahui, syarat menjadi imam sholat harus suci dari najis baik pakaiannya maupun seluruh tubuhnya. Orang yang menjadi imam juga diutamakan yang berkuasa atau penguasa di wilayah itu atau yang mewakilinya.

Kemudian harus fasih membaca Al-Qur'an dan memiliki banyak hafalan. Di samping itu faqih (paham) dalam ilmu agama.

Berikut adab imam dan makmum ketika sholat berjamaah dilansir dari portal bincangsyariah yang bersumber dari Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghozali.

1. Seorang imam hendaknya meringankan sholat. Anas bin Malik berkata: "Aku tidak melakukan sholat di belakang seorang pun yang lebih ringan dan lebih sempurna sholatnya daripada sholat Rasulullah SAW."

2. Seorang imam hendaknya tidak bertakbir sebelum muadzin mengumandangkan iqamah.

3. Imam memerintahkan jamaah untuk meluruskan dan merapatkan barisan (shaf) sebelum dimulainya sholat berjamaah.

4. Imam harus meninggikan suara ketika bertakbir (takbiratul ihram), sementara makmum tidak meninggikan suara kecuali sebatas yang bisa ia dengar sendiri.

5. Imam harus berniat menjadi imam guna memperoleh keutamaan. Jika imam tak berniat, sholat para jamaah tetap sah apabila mereka telah berniat mengikutinya. Mereka tetap memperoleh pahala bermakmum.

6. Imam tidak boleh menyaringkan bacaan iftitah dan ta'awudz. Tapi ia menyaringkan bacaan Al-Fatihah dan surat sesudahnya dalam sholat-sholat Jahar (Subuh, Maghrib dan Isya.

7. Dalam sholat jahar (yang dibaca secara keras), makmum menyaringkan ucapan Amin bersama-sama dengan imam. Lalu, imam diam sejenak setelah membaca Surat Al-Fatihah untuk memberi kesempatan makmum membaca Surat Al-Fatihah. Pada sholat jahar, makmum tidak boleh membaca surat kecuali jika ia tidak mendengar suara imam.

8. Hendaknya seorang imam tidak membaca tasbih dalam rukuk dan sujud lebih dari tiga kali, namun tetap thuma'ninah. Kemudian imam tidak memberikan tambahan dalam tasyahud awal setelah membaca shalawat kepada Nabi. Juga pada dua rakaat terakhir, imam cukup membaca Surat Al-Fatihah, tidak perlu menambah-nambahnya lagi. Begitu juga ketika tasyahud akhir, imam cukup membaca tasyahud dan sholawat kepada Rasulullah SAW.

9. Ketika salam, imam hendaknya berniat memberikan salam kepada semua jamaah. Sedangkan jamaah atau makmum dengan salamnya berniat menjawab salam imam.

10. Setelah itu imam berdiam sebentar dan menghadap kepada para jamaah. Jika yang ada di belakangnya adalah para wanita, maka ia tidak usah menoleh sampai mereka bubar. Hendaknya makmum tidak berdiri sampai imam berdiri, lalu saat imam pergi lebih baik ke arah kanan.

11. Imam tidak boleh berdoa untuk dirinya sendiri da­lam membaca qunut Subuh, tapi hendaknya ia mengucapkan "Allahummahdina (Ya Allah, tunjuki kami) dengan suara nyaring, sedangkan para makmum mengamininya. Sedangkan makmum cukup membaca sendiri sisa dari doa Qunut tersebut, yakni dimulai dari "Innaka la yaqdhi wa la yuqdha 'alaika".

12. Makmum tidak boleh berdiri sendirian secara terpisah. Ia harus masuk ke dalam barisan atau menarik orang lain untuk membuat barisan dengannya.

13. Makmum tak boleh berdiri di depan iman, mendahului, atau bergerak secara bersamaan dengan gerakan imam. Tapi, Ia harus melakukannya sesudah imam. Ia tak boleh rukuk kecuali setelah imam sempurna dalam posisi rukuk. Begitu pun, ia tak boleh sujud selama dahi imam belum sampai di tanah. Dalam riwayat shahih disebutkan: "Sesungguhnya imam itu untuk diikuti maka jangan menyelisihinya. Apabila ia takbir maka takbirlah. Dan apabila ruku maka rukulah, dan apabila ia mengucapkan sami'allahu limanhamidah, maka ucapkan: Rabbana walakal hamdu, dan apabila ia sujud maka sujudlah kalian." (Muttafaq 'Alaih)

Wallahu A'lam

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4073 seconds (0.1#10.140)