Fakhitah bin Abu Thalib, Cinta Kandas Pertama Nabi Muhammad

Selasa, 02 Juni 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Pada hari penaklukan Makkah, Rasulullah menyempatkan diri untuk menemui Ummu Hani menanyakan persediaan makanan di rumahnya. Ummu Hanni menjawab, “Aku tidak memiliki apa-apa kecuali cuka, wahai Rasulullah."

Kemudian, Rasul pun menjawab, "Dekatkan padaku makanan itu, betapa miskin sebuah rumah yang di dalamnya tidak terdapat lauk dan cuka."



Saksi Isra’ Mi’raj
Dalam sejarah Islam yang agung, Ummu Hani menorehkan peran penting. Rumahnya menjadi saksi peristiwa Isra’ Mi’raj, di langit rumahnyalah mukjizat menakjubkan bermula.

Kala itu Rasulullah tengah menginap di rumah Ummu Hani. Beliau Shallallahu‘alaihi wa sallam mengerjakan salat malam di sana. Malam itu pula, Jibril datang mengunjungi rumah Ummu Hani. Sang malaikat hendak menjemput Rasulullah untuk melakukan perjalanan menuju Jerusalem, lalu menuju Sidratul Muntaha.

Seusai perjalanan, yakni di kala fajar, Rasulullah pun kembali ke rumah Ummu Hani. Beliau kemudian mengabarkan peristiwa ajaib Isra Mi’raj kepada kerabatnya yang ada di sana. Ummu Hani pun menjadi salah satu yang mengimani tanpa syarat dan tanpa ragu.



Menjadi Perawi Hadis
Peran lain yang diambil Ummu Hani dalam sejarah Islam yakni dengan menjadi perawi hadis-hadis Rasulullah. Ia mengabarkan beberapa hadis sahih yang kemudian tercatat dalam kitab-kitab hadis seperti Shahih Al Bukhari, Sahih Muslim, dan Riyadush Shalihin.

Salah satu hadis yang sangat terkenal dari Ummu Hani yakni tentang salat dhuha sebagaimana dalam kisah di atas. Hadisnya datang dari jalur Abdurrahmaan bin Abi Laila. Ia berkata, “Tidak ada seorang pun yang menceritakan kepadaku bahwa ia melihat Nabi melakukan salat Dhuha kecuali Ummu Haani’. Sungguh Ummu Hani pernah mengatakan,

“Sesungguhnya ia pernah masuk ke rumah Rasulullah pada hari Fathu Mekah, lalu beliau mandi dan melakukan salat delapan rakaat. Aku tidak pernah melihat salat yang lebih ringan daripada itu, namun beliau tetap menyempurnakan rukuk dan sujudnya.” (HR. Al Bukhari).

Ummu Hani terus hidup hingga tahun 50 Hijriyah. Namun, ia menyimpan duka yang mendalam hingga akhir hayatnya. Duka yang diakibatkan peristiwa terbunuhnya adik yang ia cintai, Ali bin Abi Thalib.

Demikian sosok Ummu Hani binti Abu Thalib yang dikenang dalam sejarah. Baginya, menjadi kerabat Rasulullah sudah cukup memberikannya keutamaan yang agung. ( )
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2325 seconds (0.1#10.140)