Jadi Hamba yang Mudah, Pemaaf, dan Lembut untuk Meraih Cinta Allah

Sabtu, 13 Juni 2020 - 08:02 WIB
loading...
Jadi Hamba yang Mudah, Pemaaf, dan Lembut untuk Meraih Cinta Allah
Siapa yang dihalangi mendapat sikap lembut niscaya dihalangi mendapat kebaikan. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
Banyak riwayat hadis tentang fadhail amal yang menjelaskan tentang amalan yang paling dicintai Allah. Namun para ulama hadis berkata bahwa jawaban Rasulullah dalam hadis-hadis tersebut disesuaikan dengan sang penanya.

Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam "Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" menyebut ada belasan ibadah yang sangat dicintai Allah. Dari yang belasan itu, tiga di antaranya adalah hamba yang mudah dalam menjual, mudah dalam membeli dan mudah dalam qadha. Selain itu adalah hamba pemaaf dan lembut. ( )

Laki-Laki yang Mudah
Pertama, lelaki yang mudah. Allah subhanahu wa ta’ala mencintai laki-laki yang mudah. Ini didasarkan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( إن الله يحب سمح البيع سمح الشراء سمح القضاء )) [أخرجه الترمذي].

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mencintai mudah dalam menjual, mudah dalam membeli dan mudah dalam qadha.” HR. At-Tirmidzi.

Asma` mendefinisikan "samahah" dalam hadis tersebut adalah mudah dan pemurah, "Dan samahah termasuk bagian dari iman," tuturnya..

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( الإيمان الصبر والسماحة ))
[ أخرجه أحمد].

‘Iman adalah sabar dan samahah.” HR. Ahmad.

Samah dalam jual beli, menurut Asma', adalah orang yang mudah lagi pemurah apabila menjual dan membeli, dan memaafkan dari sebagian haknya apabila menjual.



Samah dalam qadha: menurutnya, yaitu orang menuntut haknya dengan mudah, lembut, tidak membosankan atau menyusahkan yang lain. "Maka samah adalah yang melakukan transaksi bersama manusia (orang lain) dengan toleran dan mudah, menggunakan akhlak yang tinggi dan menjauhi perselisihan," jelasnya.

Menurut Asma', Allah subhanahu wa ta’ala menyukai laki-laki yang samah karena kemuliaan dirinya dan bagus akhlaknya dengan yang tampak berupa memutuskan hubungan hatinya dengan hartanya yang merupakan simbol keduniaan dan mengutamakannya kepada hamba-hamba Allah Ta’ala dan memberi manfaat untuk mereka, karena itulah ia mengharuskan kecintaan Allah Ta’ala.

ahi Munkar

Sikap Pemaaf
Selanjutnya Asma' menyebut bahwa Allah Ta'ala juga mencintai hamba yang pemaaf. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( إن الله يحب العفو ))

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menyukai sikap maaf.”

Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال تعالى: ﴿ خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ ﴾ [ الأعراف: 199]

Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. al-A’raaf:199)

قال تعالى: ﴿ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴾ [آل عمران: 134]

dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran:134).

قال تعالى : ﴿ وَأَنْ تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى ﴾

dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada taqwa.. (QS. al-Baqarah:237)

.

‘Afwu (maaf) adalah tidak menghukum karena kesalahan. Shafh: adalah menghilangkan bekasnya di dalam jiwa. Dan maaf adalah dari orang yang mempunyai hak maka ia menggugurkannya pada harta atau kehormatan atau darah dan semisalnya.

Allah subhanahu wa ta’ala memuji orang-orang yang mengampuni saat marah dan menyanjung mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال تعالى﴿ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ ﴾ [الشورى: 37].

...dan apabila mereka marah mereka memberi ma'af. (QS. asy-Syura:37)



‘Afuww (Yang Maha Pemaaf) adalah salah satu asmaul husna, dan maaf adalah salah satu sifat Allah subhanahu wa ta’ala. Dia memaafkan hamba-hamba-Nya, padahal Dia mampu menyiksa mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال تعالى : ﴿ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ ﴾ [النور: 22]

dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada.Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu ?Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. An-Nuur:22)



Balasan dari jenis perbuatan, maka sebagaimana engkau memaafkan orang yang berbuat salah kepadanya, Allah subhanahu wa ta’ala mengampunimu, dan sebagaimana engkau berlapang dada niscaya orang lain berlapang dada juga kepadamu. Dan Allah subhanahu wa ta’ala mendorong menahan kemarahan dan memaafkan orang lain, dan mengendalikan diri saat marah. Itulah ibadah terbesar dan berjihad melawan hawa nafsu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( ما من جرعةٍ أعظم أجرًا عند الله من جرعة غيظ كظمها عبد ابتغاء وجه الله )) [أخرجه ابن ماجه].

“Tidak ada tegukan yang lebih besar pahala di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dari tegukan kemarahan yang hamba menahannya karena mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala. HR. Ibnu Majah.



Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( من كظم غيظًا وهو يستطيع أن ينفذه دعاه الله يوم القيامة على رؤوس الخلائق حتى يخيره من أي الحور شاء )) [أخرجه الترمذي]

“Barangsiapa yang menahan marah padahal ia mampu melampiaskannya, Allah subhanahu wa ta’ala memanggilnya di hari kiamat di hadapan semua makhluk hingga memberikan pilihan kepadanya dari bidadari manakah yang dia kehendaki.”HR. at-Tirmidzi.

Maksudnya memperkenalkannya di hadapan umat manusia, memujinya, dan membanggakannya sehingga memberikannya pilihan dalam mengambil bidadari. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( وما زاد الله عبدًا بعفوٍ إلا عزًا وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله ))

“Dan Allah subhanahu wa ta’ala tidak menambah sifat maaf kepada hamba kecuali kemuliaan, dan tidak bersikap tawadhu’ seseorang karena Allah subhanahu wa ta’ala kecuali Allah subhanahu wa ta’ala meninggikannya.”

Menurut Asma', padanya ada dua jalan: pertama bahwa hadis ini menurut zahirnya bahwa siapa yang dikenal bersikap pemaaf dan berlapang dada niscaya besar dalam hati dan bertambah kemuliannya. Kedua, bahwa maksudnya adalah pahalanya di akhirat dan mulianya di sana. Dan bisa juga yang dimaksud adalah keduanya bersamaan di dunia dan akhirat.



Lembut

Selanjutnya Asma; menyebut Allah subhanahu wa ta’ala menyukai sikap lembut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( إن الله يحب الرفق في الأمر كله )) [أخرجه البخاري].

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menyukai sikap lembut dalam semua perkara.” HR. Al-Bukhari. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إن الله رفيق يحب الرفق ويعطي على الرفق ما لا يعطي على العنف وما لا يعطي على ما سواه)) [أخرجه مسلم].

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala Maha Lembut menyukai sikap lembut, memberi kepada sikap lembut sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada sikap keras, dan sesuatu yang tidak diberikan kepada selainnya.’ HR. Muslim.

Sikap lembut adalah penyebab segala kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من يحرم الرفق يحرم الخير))

“Siapa yang dihalangi mendapat sikap lembut niscaya dihalangi mendapat kebaikan.”



Sabdanya pula, ‘Sesungguhnya Allah Maha lembut’ maksudnya Maha Lembut kepada hamba-hamba-Nya, menghendaki kemudahan terhadap mereka dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka, maka Dia tidak memberi beban kepada mereka di luar batas kemampuan mereka.

“Memberi kepada sikap lembut”, maksudnya memberi pahala kepadanya yang tidak diberikan kepada selainnya. Maka Dia memberi kepadanya di dunia berupa pujian yang indah, mendapat yang dituntut dan memudahkan yang dimaksud dan di akhirat berupa pahala besar. sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada sikap keras, dan sesuatu yang tidak diberikan kepada selainnya.”



Sikap lembut merupakan hasil akhlak yang baik dan buahnya. Ada yang berkata, kebijaksanaan adalah engkau meletakkan semua perkara di tempat yang sebenarnya. Keras pada tempatnya, lembut pada tempatnya, pedang ditempatnya, dan cemeti di tempatnya. Dan yang terpuji adalah pertengahan di antara keras dan lembut, sebagaimana dalam semua akhlak. Akan tetapi tatkala tabiat manusia lebih cenderung kepada kekerasan tentu kebutuhan mendorong mereka dalam sisi kelembutan lebih banyak, karena itulah banyak pujian syara’ terhadap sisi kelembutan, bukan kekerasan.



Dan yang sempurna adalah orang yang membedakan tempat kelembutan dari tempat kekerasan, maka ia memberikan setiap perkara sesuai porsinya. Jika ia kurang bisa memahamai atau susah baginya memahami satu kondisi, maka hendaklah kecenderungannya kepada kelembutan, maka sesungguhnya kesuksesan biasanya bersamanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه ولا ينزع من شيء إلا شانه))

“Sesungguhnya sikap lembut tidak ada pada sesuatu kecuali menghiasinya, dan tidak diambil dari sesuatu kecuali mencemarinya.”

Baca juga
: Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Pemeriksaan Diri dan Zikir Kepada Allah (1)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1216 seconds (0.1#10.140)