Kisah Mualaf Amerika Raphael Narbaez Jr, Pendeta Saksi Yehova yang Memeluk Islam

Senin, 05 Desember 2022 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Injil Gideon
Saya terus berdoa, dan bertanya mengapa doa-doa saya tidak dikabulkan. Pada November 1991, saya membawa paman saya Rockie pulang dari rumah sakit. Saya mengosongkan lacinya untuk mengepak barang-barangnya. Di sana saya temukan sebuah Injil Gideon. Saya berkata, Tuhan telah menjawab doa saya. Kitab Injil Gideon. (Tentu saja, mereka meletakkannya di setiap ruangan hotel.) Ini adalah pertanda dari Tuhan bahwa Dia siap mengajar saya.

Jadi saya curi Injil itu.

Saya pulang dan berdoa: Oh Tuhan, bimbing saya untuk menjadi seorang Kristen. Jangan ajarkan jalannya Saksi Yehova pada saya. Jangan ajarkan jalannya orang Katolik pada saya. Ajarkan saya jalan-Mu! Engkau tidak menciptakan Injil ini begitu sulit sehingga orang awam yang bersungguh-sungguh dalam doanya tidak dapat memahaminya.

Saya menamatkan Kitab Perjanjian Baru. Saya mulai membaca Perjanjian Lama. Akhirnya ada suatu bagian dalam Injil itu yang membicarakan tentang nabi-nabi.

Saya bilang, 'Sebentar, wanita Muslimah itu berkata dia mempunyai seorang nabi. Bagaimana mungkin dia tidak disebutkan di sini?'



Saya mulai berpikir, kaum Muslimin --jumlahnya satu miliar di dunia. Bung, secara teori satu dari setiap lima orang di jalanan mungkin seorang Muslim. Dan saya berpikir: Satu miliar orang! Hei, setan memang hebat. Tetapi dia tidak sehebat itu.

Kemudian saya berkata, saya akan membaca kitab mereka, Al-Quran, dan saya akan melihat rangkaian kebohongan macam apakah itu. Mungkin di situ termuat gambaran bagaimana cara membongkar AK-47. Lalu saya pergi ke toko buku bahasa Arab.

Mereka bertanya, "Apa yang dapat saya bantu?"

"Saya mencari sebuah Al-Quran."

"Baik, kami memiliki beberapa jenis."

Mereka mempunyai edisi yang bagus --harganya tiga puluh, empat puluh dolar.

"Saya hanya ingin membacanya, saya tidak ingin menjadi pengikutnya."

"Baik, kami mempunyai edisi bersampul tipis yang kecil, harganya lima dolar."

Saya pulang ke rumah, dan mulai membaca Al-Quran dari awal, dari surat Al-Fatihah. Dan saya tidak dapat melepaskan mata saya darinya.

Hei, lihat. Kitab ini membicarakan tentang Nuh. Dalam Injil juga ada Nuh. Hei, ini juga membicarakan Luth dan Ibrahim. Saya tidak dapat mempercayainya. Saya tidak pernah mengetahui bahwa nama Setan adalah Iblis.

Ketika Anda mendapat gambar di pesawat televisi dan tampaknya ada sedikit gangguan, lalu Anda memencet tombol [klop] --tersetel bagus. Itulah yang sebenarnya terjadi dengan Al-Quran.

Saya menyelesaikan seluruh isi Al-Quran. Lalu saya berkata, 'Baik, saya telah melakukan hal ini, sekarang apa yang selanjutnya harus saya lakukan?'



Nah, saya harus pergi ke tempat pertemuan mereka. Saya melihat halaman kuning, dan akhirnya saya menemukan berita ini: Pusat Islam California Selatan, di Vermont. Saya menelpon dan mereka berkata, "Datanglah pada hari Jumat."
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3088 seconds (0.1#10.140)