Kisah Dramatis Ayuba Suleiman Diallo: Hafiz Al-Quran yang Menjadi Budak di Amerika

Jum'at, 16 Desember 2022 - 19:13 WIB
loading...
A A A
Setelah perjalanan yang sulit ke Amerika, Kapten Pike menjual Ayuba kepada seorang petani yang bernama Tuan Tolstoy di Maryland. Kesepakatan jual beli budak itu diatur oleh Vachell Denton, seorang pria yang akan Ayuba temui lagi di masa depan. Tetapi untuk saat ini, dia dimiliki oleh Tolstoy, yang segera memberinya nama baru, “Simon” – sebuah langkah pertama dalam upaya untuk menghapus identitas dan asal muasal si budak.

Namun, Ayuba, bahkan dalam belenggu perbudakan, ingin mempertahankan setiap tetes terakhir identitasnya, dan sebagai gantinya dia memilih nama untuk dirinya sendiri. Ayuba memilih nama sebagai Job ben Solomon, yang mana merupakan terjemahan dari Ayyub bin Sulaiman (bahasa Arab) ke dalam bahasa Inggris (Ayyub = Job, bin = ben, Sulaiman = Solomon).

Namun pemilihan nama baru ini mungkin lebih dari sekadar masalah penerjemahan. Tuan barunya, Tolstoy, yang mungkin seorang Kristen, sudah terbiasa dengan nama-nama dan kisah-kisah yang ada di dalam Alkitab, yakni baik kisah tentang Job, maupun Solomon.

Meskipun ada perbedaan versi antara kisah Ayyub dan Sulaiman di Alkitab dan Al-Quran, tetapi Ayuba tampaknya berusaha mengatakan kepada Tuannya bahwa dia akan tetap bersabar sebagaimana Ayyub, dan bermartabat sebagaimana Sulaiman. Dan memang itulah yang dia lakukan.

Segera setelah tiba di Amerika, Ayuba dipekerjakan di ladang tembakau, namun pekerjaan ini terlalu berat baginya, hingga dia jatuh sakit dan mengeluh kepada Tuannya bahwa dia tidak cocok dengan pekerjaan semacam ini. Melihat Ayuba memang memiliki keterbatasan dalam tenaga fisik, Tolstoy kemudian memindahkan Ayuba, yang kini dipanggil Job, ke bagian lain, yakni mengurus hewan ternak sapi. Di bagian ini pekerjaan Ayuba menjadi lebih ringan.

Meskipun Tuannya mungkin tidak menyadarinya, namun Ayuba menikmati pekerjaan barunya (sebisa mungkin yang bisa dinikmati dengan posisinya sebagai budak) karena berternak sapi adalah pekerjaan tradisional orang-orang suku Fulani di Afrika.

Namun lebih dari semua itu, Ayuba kini memiliki kesempatan untuk dapat sholat, yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan di ladang tembakau, karena dia selalu diawasi. Sekarang, Ayuba di sela-sela pekerjaannya dan dengan tingkat kebebasan yang lebih longgar, dapat pergi secara diam-diam ke hutan terdekat untuk sholat.



Pada suatu hari, seorang anak laki-laki kulit putih menemukan Ayuba sedang sholat di hutan, anak itu lalu mengolok-ngoloknya dan melemparkan kotoran ke wajahnya. Mungkin karena alasan ini dan insiden-insiden menyedihkan lainnya, Ayuba tidak tahan, sehingga dia memutuskan untuk melarikan diri setelah melayani Tuannya hanya dalam beberapa bulan.

Tidak lama setelah pelariannya, Ayuba tertangkap di Kent County, Pennsylvania, peristiwa ini terjadi pada Juni tahun 1731. Ketika Ayuba ditangkap, dia tidak bisa berbicara bahasa Inggris dan tidak bisa mengatakan dari mana dia berasal atau dia “dimiliki” oleh Tuan siapa.

“Allah... Muhammad...” Hanya dengan mengulang kata-kata inilah Ayuba menjawab ketika diinterogasi oleh penangkapnya.

Ketika berhadapan dengan situasi yang tidak diketahui, dan berpotensi berbahaya yang tidak dapat dia kendalikan, Ayuba menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah dan menegaskan keyakinan Islamnya.

Dia menjadikan syahadat sebagai definisi keberadaannya sendiri, tentang pribadinya. Apa yang dia lakukan pada saat itu tepat, karena pada akhirnya, iman dan pendidikan Islamnya lah yang akan menyelamatkannya, membebaskannya dari perbudakan.

Pendeta Anglikan Thomas Bluett
Akhirnya setelah mengalami kendala bahasa, seorang Afrika yang mengerti bahasa Ayuba dan bahasa Inggris ditemukan, dia menjadi penerjemah bagi kedua belah pihak. Setelah mengetahui asal-usul Ayuba, pihak keamanan menghubungi Tuan pemilik Ayuba, Tolstoy, dan sambil menunggu dia datang, Ayuba ditahan di dalam penjara.

Sementara berada di dalam penjara, bagaimanapun, Ayuba menjadi terkenal di sana karena memiliki kemampuan menulis dalam bahasa Arab dan berasal dari garis keturunan bangsawan Afrika. Berita ini menyebar hingga ke luar penjara, hingga akhirnya menarik perhatian seorang pengacara yang kebetulan sedang bepergian di daerah itu.



Pengacara tersebut bernama Thomas Bluett, selain itu dia juga seorang pendeta Anglikan, dari sebuah organisasi keagamaan yang bernama Anglican Society for the Propagation of the Gospel. Setelah menghabiskan waktu bersamanya, Bluett menyimpulkan, bahwa pemuda ini jelas-jelas bukan budak Afrika-Amerika biasa.

Sebagaimana dikatakan oleh Bluett, “Setelah kami berbicara dan menggunakan bahasa isyarat kepadanya, dia menulis satu atau dua baris di hadapan kami, dan ketika dia membacanya, mengucapkan kata-kata Allah dan Mahommed (Muhammad); yang mana, dan dia menolak segelas anggur yang kami tawarkan kepadanya.

“Kami menduga bahwa dia adalah seorang Mahometan (pengikut Nabi Muhammad), tetapi tidak dapat memperkirakan dia berasal dari negara mana, atau bagaimana dia bisa sampai ke sini; karena dengan pembawaannya yang ramah, dan ketenangan yang terpancar dari wajahnya, kita bisa melihat bahwa dia bukan budak biasa.”

Di kemudian hari, Bluett menulis buku biografi Ayuba yang berjudul Some Memoirs of the Life of Job, the Son of Solomon, the High Priest of Boonda in Africa, Who Was a Slave About Two Years in Maryland (1734).
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3298 seconds (0.1#10.140)