Persepsi Kristen Terhadap Islam Menurut Montgomery Watt

Sabtu, 14 Januari 2023 - 15:08 WIB
loading...
A A A
Peter memperbaharui tradisi dari para pendahulu besar sebagai kepala-kepala biara Cluny dan memperhatikan secara mendalam akan kemurnian dan keaslian ketaatan Benedictine.

Dengan pandangan demikian, maka tak mengherankan kalau seperti yang direfleksikan pada Perang Salib: "Tumbuh di dalam pikirannya suatu konfiksi kuat yang menyatakan maksud dan tujuan Perang Salib yang sama sekali telah diabaikan, padahal seharusnya menjadi perhatian Kristen yang paling sentral, yakni, agar umat Islam berubah agamanya menjadi pemeluk agama Kristen."

Antara tahun 1142 dan 1143 Masehi, Peter menghabiskan waktunya untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol Utara. Tentu saja hal ini mulai meningkatkan peluasan rencana.

Rencana pertama adalah untuk menyediakan informasi terpercaya tentang Islam bagi umat Kristen Eropa yang bodoh, tak berbudaya. Rencana kedua, untuk menepis anggapan apapun dari umat Kristen tentang Islam sebagai agama yang salah.

Hasil dari rancangan ini adalah kumpulan-kumpulan tulisan Clunik dan terdiri dari karya-karya dosen Latin yang berbagai ragam dan dalam waktu yang lama. Hasil ini juga dikenal sebagai koleksi Toledo, sebab bagian karya-karya itu dibuat di kota Toledo ini.

Waktu itu Toledo menjadi sentra kegiatan bagi penerjemahan karya-karya Arab tentang ilmu pengetahuan dan filsafat yang dilaksanakan setelah pendudukan kembali di tahun 1085 Masehi. Bahan-bahan kumpulan tulisan ini termasuk terjemahan Al-Qur'an dari Robert Ketton.

Peter Yang Mulia sendiri menyumbangkan sejumlah pengajaran Islam (Summa totius haeresis Saracenorum), yang menolak sebagian besar ide salah di Eropa dewasa ini dan sebuah buku yang berisi penolakan yang lebih panjang lebar lagi dalam judul liber contra sectan sive haeresim Saracenorum.

Karya Peter Yang Mulia ini secara luas memberi ciri khas bagi tulisan Kristen tentang Islam selama dua abad yang akan datang. Volume buku ini biasa saja.



Berbeda dengan buku-buku tentang Islam yang banyak berisikan rujukan-rujukan insidental dan karya-karya buku ini mengabaikan tambahan-tambahan sampai penyimpanan ilmu pengetahuan asli. Bahkan di balik semua ini, para ilmuwan berikhtiar memproduksi image Islam yang dalam banyak cara terdistorsi secara serius, dengan menggantikan image Islam dan suara Islam yang benar.

Image salah terhadap Islam ini ternyata telah disetujui oleh Ricoldo da Monte Croce (meninggal tahun 1321 Masehi) waktu menulis bukunya yang juga dikenal sebagai "Perselisihan golongan Sarasen dan Al-Qur'an" dalam bukunya Improhatio alchorani.

Thomas Aquinas sendiri bukanlah mahasiswa yang belajar Islam, melainkan sadar akan perlunya memberantas kesalahan pada kepercayaan Islam dan perlunya menghadirkan kepercayaan Kristen dengan cara yang rasional.

Bukunya, Summa contra Gentiles sebagian ditujukan untuk menyerang umat Islam, bahkan dia menulis sebuah buku ringkasan, De rationibus fidei contra Saracemos, Graecos et Armenos.

Dia membantu Peter Yang Mulia untuk mengubah umat Islam, terutama barangkali berpikir tentang umat Islam yang berada di bawah kekuasaan Kristen di Spanyol. Dari karya-karyanya dan karya-karya lain dalam waktu yang sama, kita dapatkan ide tentang Islam yang telah menjadi standar persepsi Kristen.

Empat Persepsi
Persepsi ini merupakan persepsi yang mempunyai tempat sentral dalam pemikiran Eropa hingga akhir abad sembilan belas. Perbedaan antara persepsi Kristen ini dan persepsi para ilmuwan barat yang lebih obyektif dewasa ini, dapat dikelompokkan menjadi empat:

Pertama, Islam adalah agama yang salah dan menyesatkan kebenaran secara sistematis.

Sejak zaman pertengahan, para pemikir Kristen telah membangun bangunan besar yang impresif di sekitar keimanan mereka, agar orang Kristen Eropa Barat yang pendapatnya mirip sama ternyata harus dikatakan berbeda karena cara demikian adalah salah.

Dalam sistem filsafat dan teologinya Thomas Aquinas berpegang kepada pendapat ini, karena sebagian kebenaran dari keimanan Kristen, misalnya eksistensi Tuhan yang dapat dibuktikan oleh akal budi secara rasional, sementara kemaujudan yang lain tergantung atas wahyu.

Sebaliknya paling tidak dapat dipertahankan oleh akal budi dan asal-usul ilahiah dari kebenaran-kebenaran itu didukung oleh mu'jizat yang mengikuti orang-orang yang menyatakan kebenaran-kebenaran tersebut.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3439 seconds (0.1#10.140)