Ide-Ide Brilian Muhammad Al-Fatih Tundukkan Konstantinopel
Minggu, 19 Juli 2020 - 05:00 WIB
SELAIN memiki tentara yang tangguh sebanyak 250.000 mujahid, kapal berjumlah 400 unit, dan ratusan senjata berat, Sultan Muhammad Al-Fatih sebagai pimpinan perang terkenal memiliki ide-ide cerdas dalam mengelola pertempuran saat menaklukkan Konstantinopel .
Sultan telah sukses melayarkan kapal-kapalnya sebanyak 70 unit melalui daratan dari Bayskatasy ke Tanduk Emas. ( )
Selain itu, dia juga jago dalam membangun strategi perang urat syaraf. Sultan Muhammad Al-Fatih terus mengepung musuhnya dengan seni peperangan yang berbeda-beda, dari waktu ke waktu. Seni berperang seperti ini merupakan inovasi baru yang belum pernah dikenal sebelumnya.
Ia dikenal sebagai “perang urat syaraf" atau psy war. Pada hakikatnya, ia tetap merupakan perang dalam wujud aslinya, tetapi efek psikologisnya sangat kuat untuk menekan musuh. ( )
Membuat Terowongan
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menggambarkan pada fase pengepungan berikutnya, tentara Utsmani melakukan terobosan baru dalam usahanya untuk memasuki Kota Konstantinopel. Mereka menggali terowongan bawah tanah dari tempat berbeda-beda, dengan sasaran ke tengah kota.
Penduduk kota mendengar dentuman hebat dari bawah tanah yang terus merambah menuju kota. Maka Kaisar disertai para komandan perang dan penasehatnya segera mendekati tempat datangnya suara itu. ( )
Tahulah mereka bahwa tentara Utsmani sedang menggali terowongan bawah tanah untuk menembus kota. Maka pasukan yang mempertahankan kota, segera mengambil keputusan membuat terowongan yang nantimya akan menuju terowongan yang tengah digali oleh pasukan Utsmani.
Tatkala tentara Utsmani telah sampai di terowongan yang telah dibuat pasukan Byzantium itu, mereka sangat bergembira. Mereka mengira telah menemukan jalan tembus yang akan mengantarkan menuju pusat kota. Padahal di sana telah menanti bahaya yang sangat besar.
Tanpa diduga, pasukan Byzantium telah menyiapkan api untuk membakar terowongan itu. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan. Sebagian pasukan Utsmani gugur dilalap api, sebagian lain terkulai mengalami sesak nafas, sebaglan sisanya melarikan diri ke tempat semula mencari keselamatan.
Namun kegagalan ini tidak menyurutkan tekad tentara Utsmani. Mereka kembali menggali terowongan lain dan di tempat berbeda-beda di wilayah yang memang antara Akra Pabu dan pinggiran Pantai Tanduk Emas. Tempat tersebut sangat cocok untuk pekerjaan seperti ini. Mereka terus melakukannya hingga akhir hari pengepungan.
Ash-Shalabi mengatakan operasi demikian telah menimbulkan ketakutan demikian hebat di kalangan penduduk Kota Konstantinopel. Ketakutan yang tidak bisa digambarkan. (
Begitu takutnya, menurut Ash-Shalabi, sampai pasukan musuh mengira suara langkah kaki mereka sendiri disangka suara yang keluar dari para penggali terowongan di bawah tanah. Bahkan banyak di antara mereka membayangkan, bahwa bumi suatu saat akan “meledak”, lalu keluarlah ribuan pasukan Utsmani darinya. “Mereka membabayangkan akan serupa dengan air yang memancar dari sebuah lubang, lalu menenggelamkan kota,” tuturnya.
Pasukan Byzantium dibuat seperti kehilangan akal. Setiap berjalan, Ash-Shalabi mendiskripsikan, mereka selalu menoleh ke kanan dan ke kiri. Mereka selalu menuding ke sana kemari, sambil sesekali berteriak, “lni dia orang Turki... lni dia orang Turki”. Padahal di sana tidak ada satu pun pasukan Turki Utsmani yang mereka jumpai. Paling yang dijumpai semacam kucing, kelinci, atau hewan-hewan serupa itu.
Mereka benar-benar ketakutan dengan bayangannya sendiri. Kecemasan ini semakin menjadi-jadi manakala mereka mendengar aneka gossip dari masyarakat sekitar. Persoalan bukan semakin mudah, justru semakin mencekam jiwa.
Strategi perang yang dllancarkan pasukan Utsmani tentu bukanlah pekerjaan mudah. Pembuatan terowongan itu mau tak mau telah menelan banyak korban jiwa dari kalangan mereka.
Ada yang syahid karena kekurangan oksigen dan ada pula yang terbakar di dalam tanah, begitu juga ada di antara mereka yang menjadi tawanan pasukan Byzantium. Di antara tawanan itu, menurut Ash-Shalabi, ada yang dibunuh secara kejam, lalu sebagian tubuhnya dilemparkan ke arah pos pasukan Utsmani untuk menimbulkan ketakutan!
Benteng Bergerak
Pasukan Utsmani juga melakukan terobosan baru dalam pertempuran. Mereka membuat semacam benteng yang besar, terbuat dari kayu, dan ia bisa bergerak.
Benteng ini terdiri dari tiga tingkat, dengan ketinggian yang melebihi pagar-pagar pembatas Kota Konstantinopel. Benteng tersebut dilapisi tameng dan kulit yang dibasahi air, sehingga tidak mudah terbakar api. ( ).
Pada setiap tingkatan benteng kayu, ditempatkan sejumlah pasukan terlatih. Pasukan yang berada di bagian paling atas ialah para pemanah yang bertugas melontarkan panah ke arah pasukan musuh yang berada di atas pagar.
Cara demikian lagi-lagi membuat pasukan dan rakyat Konstantinopel dicekam ketakutan lebih dahsyat lagi. Mereka mengira, benteng-benteng kayu itu laksana raksasa besar yang akan mengoyak pagar-pagar pelindung kota. Terlebih ketika gelombang serangan pasukan Utsmani semakin dekat ke pagar pembatas pintu Rumanos yang tinggi. ( )
Melihat kondisi demikian, Kaisar disertai para komandan segera bergerak menahan gerak laju benteng kayu dan mencoba mengusirnya. Tetapi pasukan Utsmani justru semakin mendekati pagar kota. Di sana berkecamuk perang dahsyat antara pasukan mujahidin Utsmani dengan pasukan Nasrani. Ada sebagian pasukan Islam yang berhasil memanjat pagar dengan selamat.
Constantine mengira, bahwa kekalahan telah tiba, namun para pengawal kota berusaha keras menghujani benteng kayu bergerak itu dengan api, sehingga sedikit-sedikit benteng kayu terbakar. ( )
Kebakaran itu tenyata juga menimpa benteng Byzantium yang posisinya dekat dengan benteng kayu pasukan Utsmani. Akibatnya orang-orang yang ada di dalamnya ikut terbakar juga, dan parit-parit dipenuhi dengan batu dan debu.
Peristiwa ini tidak mengendurkah tekad tentara Utsmani untuk menaklukkan kota. Bahkan Muhammad Al-Fatih yang mengawasi langsung peristiwa tersebut berkata, “Kita akan membuat empat buah benteng kayu semisal itu besok!" ( )
Pengepungan terus dilakukan dan semakin kuat, sehingga menambah ketakutan orang-orang Byantium yang berada di dalam kota. Para pemimpin kota mengadakan pertemuan kembali pada tanggal 24 Mei di istana kekaisaran yang langsung dihadiri Kaisar sendiri.
Pada pertemuan itu, puncak putus asa sudah memenuhi wajah orang-orang yang berkumpul. Hingga di antara mereka ada yang mengusulkan kepada Kaisar agar segera melarikan diri, sebelum kota jatuh ke tangan pasukan Utsmani, sehingga dia bisa berusaha membangkitkan lagi kekuatan Byzantium andaikan nanti Konstantinopel jatuh. Namun Kaisar lagi-lagi menolak usulan tersebut. Dia tetap tak bergeming dengan pendiriannya. Dia segera keluar untuk memeriksa pagar pembatas dan benteng pertahanan. ( )
Menurut Ash-Shalabi, rumor jatuhnya Kota Konstantinopel menyebar luas di dalam kota dan sekaligus melemahkan semangat pasukan Romawi itu. Salah satu berita yang santer beredar adalah, tanggal 16 Jumadil Ula yang bertepatan dengan tanggal 24 Mei. Ketika itu penduduk Kota Konstantinopel membawa patung Maryam Sang Perawan, lalu diarak keliling kota, sebagai upaya meminta pertolongan Bunda Maryam. Tetapi tiba-tiba patung itu jatuh dari tangan mereka, lalu hancur.
Kejadian ini mereka anggap sebagai pertanda buruk dan isyarat bahaya. Para penduduk kota sangat terpengaruh dengan peristiwa itu, termasuk para pasukan yang bertugas mempertahankan kota. (Baca juga: Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid )
Sultan telah sukses melayarkan kapal-kapalnya sebanyak 70 unit melalui daratan dari Bayskatasy ke Tanduk Emas. ( )
Selain itu, dia juga jago dalam membangun strategi perang urat syaraf. Sultan Muhammad Al-Fatih terus mengepung musuhnya dengan seni peperangan yang berbeda-beda, dari waktu ke waktu. Seni berperang seperti ini merupakan inovasi baru yang belum pernah dikenal sebelumnya.
Ia dikenal sebagai “perang urat syaraf" atau psy war. Pada hakikatnya, ia tetap merupakan perang dalam wujud aslinya, tetapi efek psikologisnya sangat kuat untuk menekan musuh. ( )
Membuat Terowongan
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menggambarkan pada fase pengepungan berikutnya, tentara Utsmani melakukan terobosan baru dalam usahanya untuk memasuki Kota Konstantinopel. Mereka menggali terowongan bawah tanah dari tempat berbeda-beda, dengan sasaran ke tengah kota.
Penduduk kota mendengar dentuman hebat dari bawah tanah yang terus merambah menuju kota. Maka Kaisar disertai para komandan perang dan penasehatnya segera mendekati tempat datangnya suara itu. ( )
Tahulah mereka bahwa tentara Utsmani sedang menggali terowongan bawah tanah untuk menembus kota. Maka pasukan yang mempertahankan kota, segera mengambil keputusan membuat terowongan yang nantimya akan menuju terowongan yang tengah digali oleh pasukan Utsmani.
Tatkala tentara Utsmani telah sampai di terowongan yang telah dibuat pasukan Byzantium itu, mereka sangat bergembira. Mereka mengira telah menemukan jalan tembus yang akan mengantarkan menuju pusat kota. Padahal di sana telah menanti bahaya yang sangat besar.
Tanpa diduga, pasukan Byzantium telah menyiapkan api untuk membakar terowongan itu. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan. Sebagian pasukan Utsmani gugur dilalap api, sebagian lain terkulai mengalami sesak nafas, sebaglan sisanya melarikan diri ke tempat semula mencari keselamatan.
Namun kegagalan ini tidak menyurutkan tekad tentara Utsmani. Mereka kembali menggali terowongan lain dan di tempat berbeda-beda di wilayah yang memang antara Akra Pabu dan pinggiran Pantai Tanduk Emas. Tempat tersebut sangat cocok untuk pekerjaan seperti ini. Mereka terus melakukannya hingga akhir hari pengepungan.
Ash-Shalabi mengatakan operasi demikian telah menimbulkan ketakutan demikian hebat di kalangan penduduk Kota Konstantinopel. Ketakutan yang tidak bisa digambarkan. (
Begitu takutnya, menurut Ash-Shalabi, sampai pasukan musuh mengira suara langkah kaki mereka sendiri disangka suara yang keluar dari para penggali terowongan di bawah tanah. Bahkan banyak di antara mereka membayangkan, bahwa bumi suatu saat akan “meledak”, lalu keluarlah ribuan pasukan Utsmani darinya. “Mereka membabayangkan akan serupa dengan air yang memancar dari sebuah lubang, lalu menenggelamkan kota,” tuturnya.
Pasukan Byzantium dibuat seperti kehilangan akal. Setiap berjalan, Ash-Shalabi mendiskripsikan, mereka selalu menoleh ke kanan dan ke kiri. Mereka selalu menuding ke sana kemari, sambil sesekali berteriak, “lni dia orang Turki... lni dia orang Turki”. Padahal di sana tidak ada satu pun pasukan Turki Utsmani yang mereka jumpai. Paling yang dijumpai semacam kucing, kelinci, atau hewan-hewan serupa itu.
Mereka benar-benar ketakutan dengan bayangannya sendiri. Kecemasan ini semakin menjadi-jadi manakala mereka mendengar aneka gossip dari masyarakat sekitar. Persoalan bukan semakin mudah, justru semakin mencekam jiwa.
Strategi perang yang dllancarkan pasukan Utsmani tentu bukanlah pekerjaan mudah. Pembuatan terowongan itu mau tak mau telah menelan banyak korban jiwa dari kalangan mereka.
Ada yang syahid karena kekurangan oksigen dan ada pula yang terbakar di dalam tanah, begitu juga ada di antara mereka yang menjadi tawanan pasukan Byzantium. Di antara tawanan itu, menurut Ash-Shalabi, ada yang dibunuh secara kejam, lalu sebagian tubuhnya dilemparkan ke arah pos pasukan Utsmani untuk menimbulkan ketakutan!
Benteng Bergerak
Pasukan Utsmani juga melakukan terobosan baru dalam pertempuran. Mereka membuat semacam benteng yang besar, terbuat dari kayu, dan ia bisa bergerak.
Benteng ini terdiri dari tiga tingkat, dengan ketinggian yang melebihi pagar-pagar pembatas Kota Konstantinopel. Benteng tersebut dilapisi tameng dan kulit yang dibasahi air, sehingga tidak mudah terbakar api. ( ).
Pada setiap tingkatan benteng kayu, ditempatkan sejumlah pasukan terlatih. Pasukan yang berada di bagian paling atas ialah para pemanah yang bertugas melontarkan panah ke arah pasukan musuh yang berada di atas pagar.
Cara demikian lagi-lagi membuat pasukan dan rakyat Konstantinopel dicekam ketakutan lebih dahsyat lagi. Mereka mengira, benteng-benteng kayu itu laksana raksasa besar yang akan mengoyak pagar-pagar pelindung kota. Terlebih ketika gelombang serangan pasukan Utsmani semakin dekat ke pagar pembatas pintu Rumanos yang tinggi. ( )
Melihat kondisi demikian, Kaisar disertai para komandan segera bergerak menahan gerak laju benteng kayu dan mencoba mengusirnya. Tetapi pasukan Utsmani justru semakin mendekati pagar kota. Di sana berkecamuk perang dahsyat antara pasukan mujahidin Utsmani dengan pasukan Nasrani. Ada sebagian pasukan Islam yang berhasil memanjat pagar dengan selamat.
Constantine mengira, bahwa kekalahan telah tiba, namun para pengawal kota berusaha keras menghujani benteng kayu bergerak itu dengan api, sehingga sedikit-sedikit benteng kayu terbakar. ( )
Kebakaran itu tenyata juga menimpa benteng Byzantium yang posisinya dekat dengan benteng kayu pasukan Utsmani. Akibatnya orang-orang yang ada di dalamnya ikut terbakar juga, dan parit-parit dipenuhi dengan batu dan debu.
Peristiwa ini tidak mengendurkah tekad tentara Utsmani untuk menaklukkan kota. Bahkan Muhammad Al-Fatih yang mengawasi langsung peristiwa tersebut berkata, “Kita akan membuat empat buah benteng kayu semisal itu besok!" ( )
Pengepungan terus dilakukan dan semakin kuat, sehingga menambah ketakutan orang-orang Byantium yang berada di dalam kota. Para pemimpin kota mengadakan pertemuan kembali pada tanggal 24 Mei di istana kekaisaran yang langsung dihadiri Kaisar sendiri.
Pada pertemuan itu, puncak putus asa sudah memenuhi wajah orang-orang yang berkumpul. Hingga di antara mereka ada yang mengusulkan kepada Kaisar agar segera melarikan diri, sebelum kota jatuh ke tangan pasukan Utsmani, sehingga dia bisa berusaha membangkitkan lagi kekuatan Byzantium andaikan nanti Konstantinopel jatuh. Namun Kaisar lagi-lagi menolak usulan tersebut. Dia tetap tak bergeming dengan pendiriannya. Dia segera keluar untuk memeriksa pagar pembatas dan benteng pertahanan. ( )
Menurut Ash-Shalabi, rumor jatuhnya Kota Konstantinopel menyebar luas di dalam kota dan sekaligus melemahkan semangat pasukan Romawi itu. Salah satu berita yang santer beredar adalah, tanggal 16 Jumadil Ula yang bertepatan dengan tanggal 24 Mei. Ketika itu penduduk Kota Konstantinopel membawa patung Maryam Sang Perawan, lalu diarak keliling kota, sebagai upaya meminta pertolongan Bunda Maryam. Tetapi tiba-tiba patung itu jatuh dari tangan mereka, lalu hancur.
Kejadian ini mereka anggap sebagai pertanda buruk dan isyarat bahaya. Para penduduk kota sangat terpengaruh dengan peristiwa itu, termasuk para pasukan yang bertugas mempertahankan kota. (Baca juga: Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid )
(mhy)