Kisah Heroik Sultan Abdul Hamid II Menghadapi Konspirasi Barat

Selasa, 28 Juli 2020 - 05:00 WIB


Beberapa keterangan yang sampai padanya menyebutkan: “Sesungguhnya Italia dengan sekolah-sekolah yang didirikannya, dan bank-bank yang dibangunnya serta lembaga-lembaga sosial yang dibangunnya di wilayah-wilayah pemerintahan Utsmani, baik di Libya ataupun di Albania pada ujungnya bertujuan untuk merealisasikan ambisinya untuk menguasai,: (1). Tripoli Barat, Albania, dan kawasan-kawasan di Anatolia yang ada di Laut Putih Tengah, Izmir, Iskandarun, dan Anthakia; (2). Albania; (3). Kawasan-kawasan di Anatolia yang ada di Laut Putih Tengah; Izmir, Iskandarun dan Anthakia.

Sultan Abdul Hamid II melakukan hal-hal yang diperlukan untuk menghadapi ambisi Italia. Tatkala merasa bahwa dia akan menghadapi serangan bersenjata yang akan dilancarkan atas Libya, dia segera mengirimkan pasukan Utsmani ke Libya yang berjumlah 15.000 pasukan untuk membantu pasukan yang ada di sana.



Sultan sangat peka terhadap semua gerakan yang dilakukan ltalia. Dia mengikutinya secara pribadi dan dengan sangat seksama. Dia mengawasi semua hal yang berhubungan dengan ltalia, melalui duta besarnya yang berada di Roma dan melalui gubemurnya di Tripoli.

lnilah yang membuat orang-orang ltalia menunda pendudukannya di Libya. Pendudukan Libya baru bisa terlaksana di zaman Turki berada di tangan Partai Persatuan dan Pembangunan.

Kami akan menyebutkannya secara terperinci pada bahasan tentang gerakan Sanusiyah dan pengaruh dakwah dan jihadnya di Afrika.



Sesungguhnya pemikiran Pan-lslamisme memiliki gaung yang menggema di seluruh dunia Islam. disebabkan hal-hal berikut;

Pertama, negara-negara Eropa pada paruh kedua abad sembilan belas, berlomba-lomba untuk menjajah di kawasan Timur. Maka terjadilah serentetan pertempuran dan pelecehan terhadap bangsa-bangsa Islam di kawasan itu. Perancis menduduki Tunisia pada tahun 1881 M, Inggris menduduki Mesir pada tahun 1882 M. Perancis campur tangan dalam persoalan Marakisy (Maroko) hingga dia berhasil mendeklarasikan pemberian perlindungan atasnya pada tahun 1912 M, dengan membagi wilayahnya dengan Spanyol. Negara-negara Eropa juga mulai menjajah negara-negara Afrika seperti Sudan, Nigeria, Zanzibar dan lainnya.



Kedua, semakin majunya sarana transportasi dan komunikasi antara dunia Islam dan semakin menyebarnya media-media dan koran di Mesir, Turki, Aljazair , India, Persia, Asia Tengah Indonesia (khususnya Jawa). Media-media cetak ini membahas masalah kolonialisme dan ambisi negara-negara Eropa di dunia Islam. Tersebar berita betapa banyak serangan yang dilakukan oleh kekuatan Eropa ke negeri-negeri Islam. Semua ini memberikan pengaruh psikologis terhadap kaum muslimin, membuka mata hati dan perasaan mereka terhadap apa yang dialami oleh saudara-saudaranya yang lain.

Ketiga, adanya seruan ulama yang demikian gencar tentang wajibnya mengembalikan kejayaan Islam. Saat itu menyebar seruan di seluruh dunia Islam untuk membangun satu barisan. Perasaan untuk bersatu ini semakin kuat tatkala serangan orang-orang Barat ke dunia Islam itu tidak pernah terhenti. Mereka menganggap bahwa kinilah saatnya bagi bangsa-bangsa Islam untuk bersatu dan bernaung di bawah satu panji khilafah Utsmani. Dan sebab-sebab yang lain.



Sesungguhnya Sultan Abdul Hamid II telah berhasil membangkitkan kesadaran kaum muslimin untuk bersatu dan bemaung di bawah pemerintahan khilafah Utsmani. Dengan demikian dia akan mampu merealisasikan dua tujuan.

Yakni, konsolidasi internal dalam menghadapi kampanye nasionalisme-westernisasi-Freemasonry-Yahudi dan Kristen-kolonialis. Sedangkan secara ekstemal ini akan menyadarkan sekian banyak kaum muslimin yang tunduk pada negara-negara Barat seperti Rusia, lnggris dan Perancis untuk bernaung di bawah panji khilafah. Dengan demikian maka dia akan mampu mengancam negara-negara Eropa dengan cara mendorong kaum muslimin dan mengumumkan jihad atas negara-negara penjajah itu di seluruh dunia Islam. ( )
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata:  Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadhan.  Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban.

(HR. Muslim No. 1956)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More