Kisah Zionisme Mencekik Inggris: Rahasia di Balik Masalah Palestina

Sabtu, 09 Desember 2023 - 12:42 WIB
Arthur George Balfour. Foto/Ilustrasi: The Jewish Learning
Setelah Konspirasi Yahudi Internasional sukses mengantarkan David Lloyd George, Arthur Balfour, dan Winston Churchill memimpin Inggris , perimbangan kekuatan dunia berubah. William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993) menyebut Amerika tiba-tiba melibatkan diri dan memihak Inggris dalam perang melawan Jerman pada pertengahan tahun 1917, tiga tahun setelah perang pecah selama masa itu masing-masing pihak dalam keadaan seimbang.

Menurut William, Amerika sebenarnya tidak punya kepentingan apa-apa dalam perang ini, meskipun negara itu harus mengorbankan ribuan putra terbaiknya, dan mengeluarkan jutaan dolar.

Publik opini Amerika menunjukkan, bahwa mayoritas penduduknya menolak keterlibatan negaranya dalam perang itu. Sebenarnya bangsa Amerika masih memandang bangsa Eropa , khususnya Inggris, dengan mata kebencian dan kewaspadaan.

Mereka belum bisa melupakan perang melawan penjajah Inggris itu. Akan tetapi, di sana ada faktor baru, yaitu gerakan Zionisme yang sepenuhnya mengendalikan pemerintah Inggris, dan juga pengaruhnya yang sangat kuat di Amerika.

"Maka opini publik Amerika bukanlah satu-satunya pertimbangan yang menentukan kebijakan pemerintahnya," tulis William.



Faktor baru itu didukung oleh adanya berbagai bentuk hubungan yang dilakukan dari balik layar. Dan yang paling menonjol adalah hubungan Rothschild dengan menteri luar negeri Inggris Arthur George Balfour, dan hubungan Balfour bersama Lord Reading dari satu sisi dan dari sisi lain dengan perusahaan Cohen-Lobe di New York, yang mewakili kelompok pemilik modal internasional di Amerika.

Hubungan terakhir dilakukan secara resmi, ketika pemerintah Inggris mengutus menteri luar negerinya Balfour pada 5 April 1917, untuk mengadakan pertemuan dengan kelompok Cohen-Lobe beserta para wakil perusahaan monopoli yang tergabung dalam Cohen-Lobe itu.

Balfour menyampaikan secara resmi atas nama pemerintahnya, bahwa pemerintah Inggris akan mendukung proyek yang mengacu pada terwujudnya Zionisme politik, sebagai imbalan atas kesediaan mereka mendukung keterlibatan Amerika ke dalam perang memihak Inggris.

Demikianlah kedua belah pihak telah sepakat dan kemudian benar-benar melaksanakan. Tepat pada tanggal 7 Juni 1917 pasukan Amerika pertama tiba di Eropa. Sedang Inggris sesuai dengan perjanjian tersebut melaksanakan langkah bagi terwujudnya Zionisme politik.



Surat Rothschild

Kita kembali kepada masalah hubungan pertama antara Rothschild dan Balfour. Tanggal 18 Juli 1917 Lord Rothschild yang mewakili cabang Rothschild and Brothers menulis surat kepada Balfour yang isinya:

"Sesuai dengan pernyataan yang anda minta, kami menulis surat ini kepada Anda. Kalau Anda sudah mendapat wewenang tertulis dari pemerintah baginda Raja yang berisi pemberitahuan tentang pernyataan yang kami maksudkan kepada pemerintah, dan Anda sendiri menyambut baik tentang pernyataan itu, kami akan menyampaikannya kepada persatuan Gerakan Zionisme dalam sebuah pertemuan yang akan diadakan khusus untuk membicarakan masalah itu."

Ttd.Lord Rothschild

Adapun bunyi teks pernyataan yang diminta oleh Lord Rothschild, yang telah disetujui oleh pemerintah kerajaan Inggris adalah yang kelak menjadi deklarasi Balfour, yang isinya:



1) Pemerintah kerajaan Inggris menyetujui prinsip mengenai berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di bumi Palestina.

2) Pemerintah kerajaan Inggris akan mengupayakan dengan segala kepastian yang dimilikinya untuk mendukung tercapainya tujuan ini.

Pemerintah kerajaan Inggris juga akan membicarakan cara dan sarana yang dibutuhkan oleh organisasi Zionisme untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Demikianlah sikap pemerintah kerajaan Inggris di bawah Perdana Menteri Lloyd George, yang diwakili oleh menteri luar negerinya Arthur George Balfour, yang bertekuk lutut tanpa syarat kepada arsiteknya.

Bahkan pemerintah Inggris tidak menawar sama sekali persyaratan yang diajukan oleh Lord Rothschild dan kawan-kawannya dari organisasi Zionis.

Bukti lain yang menunjukkan adanya hubungan pemerintah Lloyd George dengan tokoh-tokoh Zionis adalah disetujuinya tuntutan mereka yang lain. Yaitu tuntutan untuk memilih Lord Reading sebagai kepala perutusan ekonomi Inggris di Amerika Serikat.



Padahal, Lord Reading itu tidak lain adalah seorang Yahudi yang menyamar. Nama aslinya adalah Sir Roefoss Isac, yaitu orang yang tersangkut skandal Marcony yang terkenal itu, sebelum mendapat gelar Lord.

Pemerintah Inggris memberi gelar itu kepadanya dengan maksud, agar skandal yang telah menjatuhkan namanya itu akan terkubur dalam ingatan orang. Dan pemerintah Inggris terpaksa memilihnya untuk menduduki posisi rawan itu, karena desakan dari Lord Rothschild dan kawannya seperti Sir Herbert Samuel, yang kelak menjadi komisioner tertinggi Inggris di Palestina, dan Sir Alfred Mond, yang kelak juga mendapat gelar Lord.

Struktur Bank Inggris

Lord Reading telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan pemerintah Amerika Serikat mengenai masalah keuangan, yang tidak seorangpun bisa mengungkap. Hasil dari pembicaraan itu baru bisa dilihat dari tinjauan kembali tentang struktur Bank Inggris, berdasarkan sistem baru setelah tahun 1919, yang kemudian muncul hubungan keuangan besar-besaran antara kedua negara.

Di bawah ini adalah kutipan beberapa kalimat dari sebuah surat yang dikirim oleh Yacob Sheiff, seorang tokoh Yahudi yang mewakili perusahaan Cohen-Lobe di New York kepada salah seorang pimpinan organisasi Zionisme bernama Freedman pada bulan September 1917 sebagai berikut:



"Saya benar-benar yakin sekarang, bahwa jaminan yang diberikan oleh Inggris, Amerika dan Prancis kepada kita telah memungkinkan dimulainya imigrasi besar-besaran bagi bangsa kita ke tanah Palestina. Jalan akan terbuka kelak untuk menempatkan jaminan dari negara-negara besar mengenai kemerdekaan bangsa kita, yaitu ketika bangsa kita di sana telah mencapai jumlah yang cukup untuk bisa dijadikan alasan bagi tuntutan seperti itu."

William G. Carr mengatakan bukti-bukti seperti itu rasanya cukup jelas untuk membuka tirai yang menutupi, siapa sebenarnya Kekuatan Terselubung yang menguasai perjalanan sejarah bangsa-bangsa dari balik layar.

Itu memperjelas, bahwa Zionisme bukanlah suatu gerakan yang lahir dari 'rahim kebetulan.' la merupakan anak dari sebuah program jangka panjang, yang dibentuk oleh perkumpulan pemilik modal internasional dengan tujuan menguasai seluruh dunia dengan kekayaannya.

Berikut ini diketengahkan beberapa data lain yang bisa melengkapi bukti-bukti yang lalu, yang bisa dijadikan bahan tambahan untuk meneropong beberapa sisi misterius dari pengaruh Kekuatan Terselubung dan Zionisme di Inggris.



Pada tanggal 28 Januari 1915 Perdana Menteri Asquith menulis dalam buku hariannya beberapa baris catatan berikut:

"Saya menerima catatan khusus dari Herbert Samuel dengan judul Masa Depan Palestina. Dia menyangka, bahwa kami mampu menempatkan sebanyak 3 sampai 4 juta bangsa Yahudi Eropa di bumi Palestina. Gagasan semacam ini bagi kami seperti kumpulan cerita mengenai perang salib baru. Saya menunjukkan kebencianku terus terang terhadap program dan gagasan yang akan menambah beban tanggung jawab kami dan seterusnya."

Catatan tersebut menunjukkan bukti kuat mengenai sikap Asquith terhadap Zionisme dan Konspirasi internasional. Tidak bisa diragukan lagi, bahwa sikap benci Asquith dan pemerintahannya menyebabkan pihak Konspirasi mengambil langkah-langkah baru untuk menumbangkan Asquith. Bahkan juga akan mendongkel sistem pemerintahan Inggris yang ada pada saat itu.

William mengatakan memang benar, bahwa para pemilik modal sejak lama telah menguasai beberapa pabrik senjata di Inggris. Pada saat para perancang program Konspirasi mengumumkan perang terhadap Asquith yang menentang Zionisme, Inggris tiba-tiba dihadapkan pada krisis dahsyat di bidang produksi kimia sebagai bahandasar bagi industri senjata perang dan amunisi.



Direktur produksi bahan kimia di Inggris ketika itu adalah seorang Yahudi bernama Sir Frederick Nathan. la memberikan tender bahan-bahan kimia kepada perusahaan Browner-Mond dengan kredit besar dari pemerintah sebagai bantuan. Sedang pemilik perusahaan itu tidak lain adalah dua orang pengusaha Yahudi terkenal, yait uBrowner dan Mond itu sendiri yang diambil sebagai nama perusahaannya.

Kemudian perusahaan itu membangun pabrik kimia raksasa di kota Silvertown dengan biaya dari bantuan kredit pemerintah itu. Ketika pabrik ini mulai memproduksi bahan-bahan kimia, kebutuhan bahan kimia pemerintah segera bisa diatasi.

Pada saat itu media massa yang kebanyakan telah dikuasai oleh Konspirasi segera menyanjung keberhasilan Browner dan Mond sebagai patriot yang dibanggakan Inggris.



Pada saat negara sedang dikepung oleh ancaman krisis persenjataan, mereka tampil sebagai juru selamat. Sedang kecaman pedas dibebankan kepada pemerintah. Tidak lama kemudian, setelah proyek Silvertown beroperasi, terjadi ledakan dahsyat yang menghancurkan pabrik tersebut beserta 800 rumah di sekitarnya.

Akibatnya, produksi bahan kimia macet dan kembali pula krisis mengancam pemerintahan Asquith.

Sedang parapahlawan palsu beserta para perancangnya telah selamat dari kecaman, dan mendapat sanjungan serta pujian.

Mond yang bergelar Sir Alfred Mond itu, yang kemudian menjabat pengawas produksi bahan kimia Inggris, di samping sebagai wakil pemerintah dalam produksi persenjataan di kerajaan itu adalah kelak menjadi kepala perwakilan Yahudi di Palestina.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.

(HR. Ibnu Majah No. 4183)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More