Perang Irak: Kabilah Nasrani Perkuat Pasukan Muslimin
Rabu, 23 September 2020 - 12:47 WIB
MUSANNA bin Harisah menjadi tokoh penting penyelamat pasukan muslimin pada Perang Jembatan . Tentang tokoh ini, Qais bin Asim al-Minqari mengatakan, "Dia bukan orang yang tidak dikenal, asal usulnya diketahui, juga bukan orang yang hina. Dia Musanna bin Harisah asy-Syaibani ."
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " menjelaskan pada masa Khalifah Abu Bakar , ia pernah memegang peranan besar di Irak. Kala itu kondisi Irak tidak kurang rumit dan gawatnya dari peranannya pascaperang Jembatan yang tragis itu. ( )
Ketika pertama kali ia datang dari Bahrain ke Delta Mesopotamia keadaan memang sudah seperti itu, yaitu sebelum Abu Bakar mengirimkan bala bantuan dengan Khalid bin Walid . Posisinya itu makin genting tatkala Khalid harus meninggalkan Irak pergi ke Syam untuk memberi pelajaran kepada Romawi agar melupakan bisikan setan . (
)
Itulah wataknya. Laki-laki yang tidak mudah menyerah. Dia laki-laki yang kuat yang mau menghadapi masa depan untuk membimbing jaiannya sejarah. Akan diatasinya bencana itu sesuai dengan apa yang diketahuinya sebagai seorang jenderal yang teliti, tekun dan berpengalaman.
Begitulah Musanna, ia berdiri tegak, kukuh dan tabah. Dia menghadapi masa-masa hitam akibat Perang Jembatan yang hampir mengikis habis kekuasaan Muslimin di Irak. ( )
Tidak cukup hanya dengan mengutus orang meminta bala bantuan kepada Khalifah Umar bin Khattab, karena kedatangan pasukan dari Madinah akan memakan waktu lama.
Kaum Nasrani
Ia juga meminta bantuan kabilah-kabilah Arab di Irak sehingga jumlahnya menjadi besar. Di antara kabilah-kabilah itu terdapat di antaranya kaum Nasrani Banu Namr, yang pernah berkata: "Kami akan bertempur bersama golongan kami." (
)
Markas pasukan muslim lalu dipindah dari Ullais ke Marj as-Sibakh — yang terletak di antara Kadisiah dengan Khaffan. Pemindahan ini dilakukan supaya berdekatan dengan perbatasan orang-orang Arab.
Di situ mereka bisa berlindung kepada warga Arab jika dikalahkan oleh Persia, dan akan memberi bala bantuan baru jika Persia yang dikalahkan.
Perlu sekali mendapat bala bantuan untuk melanjutkan keberhasilannya. Di markasnya di Marj Sibakh sudah berkumpul sejumlah besar tentara. Musanna sudah merasa tenang. la tinggal di tengah-tengah mereka sambil menantikan keputusan Allah, apa yang akan terjadi terhadap Persia dan terhadap dirinya. ( )
Banu Bajilah
Sesudah Perang Jembatan itu Umar bin Khattab tak kurang gelisahnya dari Musanna memikirkan keadaan Muslimin di Irak. Khalifah tidak lupa bahwa Musanna memang sangat memerlukan bala bantuan secepatnya untuk menghadapi situasi yang sungguh genting itu. Dalam pada itu orang-orang Arab sudah berdatangan ke Madinah dari segenap penjuru Semenanjung Arab, memenuhi seruan Khalifah sejak dicabutnya ancaman bagi kaum murtad yang telah memperlihatkan tobatnya. ( )
Oleh Khalifah Umar, mereka akan dimobilisasi ke Irak. Hanya saja mereka masih mau saling menghindar dan agak segan-segan. Mereka lebih memperlihatkan keinginan tampil ke Syam dan ikut berperang di sana. Tetapi di Syam, Khalid bin Walid sudah mendapat kemenangan menghadapi pihak Romawi yang dipergokinya di Yarmuk. la tidak memerlukan bala bantuan. Oleh karena itu Umar tidak ingin mengirimkan mereka ke Syam, dan tak ada pula orang yang berminat tampil ke Irak. ( )
Haekal menyebutkan, tatkala masa Khalifah Abu Bakar, Jarir bin Abdullah al-Bajili datang menemui khalifah. Disebutnya perjanjian yang diadakannya dengan Rasulullah untuk mengumpulkan kabilah Bajilah yang terpencar-pencar di beberapa kalilah.
Tetapi oleh Abu Bakar dijawab: "Anda mengganggu kami dalam keadaan kami sekarang mau menolong pasukan Muslimin yang sedang menghadapi dua singa raksasa: Persia dan Rumawi. Di samping itu Anda mau membebani saya dengan pekerjaan yang tak akan mendapat ridha Allah dan Rasul-Nya. Baiklah, sekarang Anda pergi kepada Khalid bin Walid sambil menunggu ketentuan Allah mengenai kedua persoalan ini." ( )
Sesudah Umar memegang tampuk pimpinan umat Jarir mengulangi lagi janji dengan Rasulullah itu, dengan mengemukakan bukti yang kuat. Umar lalu menulis surat kepada wakil-wakilnya. Sejak itu Banu Bajilah sudah dipersamakan. Setelah mereka berkumpul Umar berkata kepada Jarir: "Berangkatlah kalian menyusul Musanna."
"Tetapi kami ingin ke Syam karena leluhur kami di sana," jawab Jarir.
"Tidak, ke Irak saja," kata Umar lagi. "Di Syam sudah cukup."
Sementara itu Umar masih dengan Banu Bajilah yang enggan berangkat ke Irak. Setelah dijanjikan mendapat tambahan seperempat dari seperlima (khums) rampasan perang yang diperoleh pasukan Muslimin barulah mereka setuju berangkat ke Irak, dan pasukan itu dipimpin oleh Jarir.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " menjelaskan pada masa Khalifah Abu Bakar , ia pernah memegang peranan besar di Irak. Kala itu kondisi Irak tidak kurang rumit dan gawatnya dari peranannya pascaperang Jembatan yang tragis itu. ( )
Ketika pertama kali ia datang dari Bahrain ke Delta Mesopotamia keadaan memang sudah seperti itu, yaitu sebelum Abu Bakar mengirimkan bala bantuan dengan Khalid bin Walid . Posisinya itu makin genting tatkala Khalid harus meninggalkan Irak pergi ke Syam untuk memberi pelajaran kepada Romawi agar melupakan bisikan setan . (
Baca Juga
Itulah wataknya. Laki-laki yang tidak mudah menyerah. Dia laki-laki yang kuat yang mau menghadapi masa depan untuk membimbing jaiannya sejarah. Akan diatasinya bencana itu sesuai dengan apa yang diketahuinya sebagai seorang jenderal yang teliti, tekun dan berpengalaman.
Begitulah Musanna, ia berdiri tegak, kukuh dan tabah. Dia menghadapi masa-masa hitam akibat Perang Jembatan yang hampir mengikis habis kekuasaan Muslimin di Irak. ( )
Tidak cukup hanya dengan mengutus orang meminta bala bantuan kepada Khalifah Umar bin Khattab, karena kedatangan pasukan dari Madinah akan memakan waktu lama.
Kaum Nasrani
Ia juga meminta bantuan kabilah-kabilah Arab di Irak sehingga jumlahnya menjadi besar. Di antara kabilah-kabilah itu terdapat di antaranya kaum Nasrani Banu Namr, yang pernah berkata: "Kami akan bertempur bersama golongan kami." (
Baca Juga
Markas pasukan muslim lalu dipindah dari Ullais ke Marj as-Sibakh — yang terletak di antara Kadisiah dengan Khaffan. Pemindahan ini dilakukan supaya berdekatan dengan perbatasan orang-orang Arab.
Di situ mereka bisa berlindung kepada warga Arab jika dikalahkan oleh Persia, dan akan memberi bala bantuan baru jika Persia yang dikalahkan.
Perlu sekali mendapat bala bantuan untuk melanjutkan keberhasilannya. Di markasnya di Marj Sibakh sudah berkumpul sejumlah besar tentara. Musanna sudah merasa tenang. la tinggal di tengah-tengah mereka sambil menantikan keputusan Allah, apa yang akan terjadi terhadap Persia dan terhadap dirinya. ( )
Banu Bajilah
Sesudah Perang Jembatan itu Umar bin Khattab tak kurang gelisahnya dari Musanna memikirkan keadaan Muslimin di Irak. Khalifah tidak lupa bahwa Musanna memang sangat memerlukan bala bantuan secepatnya untuk menghadapi situasi yang sungguh genting itu. Dalam pada itu orang-orang Arab sudah berdatangan ke Madinah dari segenap penjuru Semenanjung Arab, memenuhi seruan Khalifah sejak dicabutnya ancaman bagi kaum murtad yang telah memperlihatkan tobatnya. ( )
Oleh Khalifah Umar, mereka akan dimobilisasi ke Irak. Hanya saja mereka masih mau saling menghindar dan agak segan-segan. Mereka lebih memperlihatkan keinginan tampil ke Syam dan ikut berperang di sana. Tetapi di Syam, Khalid bin Walid sudah mendapat kemenangan menghadapi pihak Romawi yang dipergokinya di Yarmuk. la tidak memerlukan bala bantuan. Oleh karena itu Umar tidak ingin mengirimkan mereka ke Syam, dan tak ada pula orang yang berminat tampil ke Irak. ( )
Haekal menyebutkan, tatkala masa Khalifah Abu Bakar, Jarir bin Abdullah al-Bajili datang menemui khalifah. Disebutnya perjanjian yang diadakannya dengan Rasulullah untuk mengumpulkan kabilah Bajilah yang terpencar-pencar di beberapa kalilah.
Tetapi oleh Abu Bakar dijawab: "Anda mengganggu kami dalam keadaan kami sekarang mau menolong pasukan Muslimin yang sedang menghadapi dua singa raksasa: Persia dan Rumawi. Di samping itu Anda mau membebani saya dengan pekerjaan yang tak akan mendapat ridha Allah dan Rasul-Nya. Baiklah, sekarang Anda pergi kepada Khalid bin Walid sambil menunggu ketentuan Allah mengenai kedua persoalan ini." ( )
Sesudah Umar memegang tampuk pimpinan umat Jarir mengulangi lagi janji dengan Rasulullah itu, dengan mengemukakan bukti yang kuat. Umar lalu menulis surat kepada wakil-wakilnya. Sejak itu Banu Bajilah sudah dipersamakan. Setelah mereka berkumpul Umar berkata kepada Jarir: "Berangkatlah kalian menyusul Musanna."
"Tetapi kami ingin ke Syam karena leluhur kami di sana," jawab Jarir.
"Tidak, ke Irak saja," kata Umar lagi. "Di Syam sudah cukup."
Sementara itu Umar masih dengan Banu Bajilah yang enggan berangkat ke Irak. Setelah dijanjikan mendapat tambahan seperempat dari seperlima (khums) rampasan perang yang diperoleh pasukan Muslimin barulah mereka setuju berangkat ke Irak, dan pasukan itu dipimpin oleh Jarir.