Kisah Tragis Kaum Rass: Jadi Batu Hitam Dihimpit Dua Bukit

Senin, 11 Mei 2020 - 15:04 WIB
Allah membinasakan Penduduk Rass karena mereka menggauli wanita pada duburnya dan mereka tidak beriman kepada nabi mereka, Hanzhalah bin Shafwan. Ilustrasi/Ist
KITAB Suci Al-Quran mengabadikan kisah hancurnya sejumlah kaum. Pada Surat Al-Furqan ayat 38 disebut selain Kaum Aad dan Tasmud ada penduduk Rass yang dibinasakan. Lalu, siapakah kaum Rass itu?

( )

Allah berfirman:

وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَٰلِكَ كَثِيرًا

"Dan (Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut". (QS Al-Furqan Ayat 38)



Abu al-Hasan Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Bahman bin Fairuz al-Kisa'i dikenal sebagai Al-Kisa’i (119 H/73-189 H/809) mengatakan bahwa Penduduk Rass menetap di tanah Hadhramaut dan kota mereka dinamakan dengan Rass.

Kota tersebut memiliki berbagai pepohonan, buah-buahan, dan kampung-kampung yang makmur. Di sana, tinggal beberapa kelompok dari Penduduk Rass yang menyembah berhala dan kelompok yang menyembah api.

As-Sa'di atau As-Si'di (1889–1956 M), penulis Taisir Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan yang lebih dikenal sebagai Tafsir As-Sa'di, mengatakan, penduduk Rass adalah sisa-sisa kaum Tsamud. ( Baca juga: Hancurnya Kaum Tsamud )

Mereka adalah penduduk sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi yang keduanya diceritakan oleh Allah di dalam al-Quran.

As-Sadi, sebagiamana dikutip Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas pada buku yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menambahkan sumur yang ditinggalkan terletak di tanah Aden.

Penduduk kota tersebut mengambil air dari sana siang dan malam. Di sumur terdapat tujuh puluh kerekan dengan tujuh puluh embernya serta beberapa lelaki yang dipercayakan mengurusinya. Di dekat sumur tersebut ada penampungan air yang dipakai untuk pemandian.

Sedangkan menurut Ibnu Abbas r.a, Rass adalah telaga yang berada di Azerbaijan dan Kaum Rass adalah penduduk salah satu kampung di Tsamud.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, beliau menjelaskan bahwa Ashabur Rass adalah sebuah kaum yang menyembah pohon sanaubar dan disebut sebagai syah dirakht (raja pohon).

Yafits bin Nuh adalah yang pertama kali menanam pohon itu pasca badai topan yang menerpa tepian sungai yang dikenal dengan sebutan Rousyan Oub. ( )

Yafits menyebar dua belas bibit pohon sanaubar ke dua belas desa di tepian sungai. Desa-desa tersebut bernama Oban, Odzar, Die, Bahman, Isfand, Farwadin, Ordi Bahsyt, Khordad, Murdad, Tiir, Mihr dan Syahriwar. Nama-nama tersebut kemudian dijadikan nama-nama bulan dalam sistem penanggalan Bangsa Ajami atau Bangsa Persia. ( )

Pohon yang itu tumbuh besar dan subur, para penduduk pun amat menghormati pohon tersebut. Melihat keadaan ini, setan pun berbisik pada Raja Tarouz agar memerintahkan seluruh penduduk untuk menyembah pohon itu.

Setan meminta raja untuk melarang kaumnya menggunakan air dari sungai di sekitar pohon sanubar. Raja pun mengumpulkan seluruh penduduk dari dua belas desa dan berkata, “Wahai pendudukku, janganlah kalian dan ternak kalian untuk minum dari sungai itu! Berikanlah kehidupan yang sempurna bagi pohon sanubar!”

Setan meyakinkan Kaum Rass bahwa pohon tersebut merupakan Hayat al-ilahiyat (kehidupan ketuhanan) sehingga tidak diperbolehkan siapapun menganggu kehidupan pohon itu.

Dalam rangka pemujaan, Kaum Rass mengadakan sebuah perayaan rutin tiap bulannya. Pada hari raya itu, mereka mempersembahkan seserahan berupa daging hewan yang dibakar.

Saat asap pembakaran membumbung tinggi, mereka bersujud dan memohon pada pohon tersebut. Pada saat itulah setan menipu mereka seakan mereka sedang berbicara dengan sembahannya padahal, setanlah yang ada di balik pohon tersebut.

Isfandr adalah puncak perayaan bulanan tersebut. Hari Isfandr dilaksanakan selama dua belas hari dengan seserahan yang jauh lebih banyak dihadirkan. Mereka yakin, pada hari itu pohon sanaubar akan lebih banyak memberikan harapan pada mereka ketimbang hari-hari lainnya.

Suatu ketika, pengawal kerajaan menemukan seorang anak kecil yang minum dari air sungai itu. Pengawal pun mengadu pada raja dan hal ini membuat raja geram. Setan kian memengaruhi raja dan meminta raja untuk memenggal kepala anak kecil yang tak berdosa itu.

Raja Tarouz segera menyiapkan algojo dan mengumpulkan kaumnya di depan pohon sanaubar. Tangan anak kecil itu diikat diatas papan penggal, algojo telah mengasah pedang dan penduduk berteriak, “Hukum! Hukum! Hukum!”.

Sang anak memohon dan menangis, ia terpaksa minum dari air itu karena sangat haus. Tapi raja tak memaafkan. Dipenggallah leher anak yang tak berdosa itu lalu setan datang dan berkata di balik pohon sanaubar, “Lihatlah! Ini adalah hukuman bagi siapapun yang minum dari sungai itu! Maka sujudlah padaku!”

Tak cukup sampai di situ, setan kembali menggoda Raja Tarouz dan kaumnya dengan menyerahkan seluruh binatang ternak yang telah minum dari air sungai itu. Seluruh binatang ternak itupun disembelih dan seluruh penduduk diminta bersujud.

Menurut As-Sadi, ketika penduduk daerah itu makin keblinger, Allah mengutus kepada mereka seorang nabi yang bernama Hanzhalah bin Shafwan.

Sekadar mengingatkan jumlah nabi sangatllah banyak. Ulama berbeda pendapat soal ini. Ada yang menyebutkan jumlah Nabi mencapai 124 ribu orang sedangkan jumlah Rasul sebanyak 313 orang, sebagaiman yang di riwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar ra. (Lihat Ibnu Katsir i/585 ). Sedangkan nabi dan rasul yang wajib diimani ada 25 orang.

Syaikh Al-Bajuri berpendapat jumlah Nabi dan rasul itu tidak terbatas. ''Pendapat yang sahih (benar) mengenai para Nabi dan Rasul adalah tidak membatasi jumlah dengan hitungan tertentu. Karena hal itu bisa menetapkan kenabian pada seorang yang realitasnya bukan Nabi atau sebaliknya menabikan kenabian pada seorang padahal realitasnya dia benar-benar Nabi.''
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalain akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya.  Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.

(HR. Bukhari No. 4789)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More