Ibnu Mas’ud Suruh Keluarganya Baca Surat Al-Waqi‘ah agar Terhindar dari Kemiskinan
Minggu, 02 Mei 2021 - 04:15 WIB
“Tanyakan kepada mereka, ayat Quran mana yang paling mencakup?” perintah Umar.
Jawab Abdullah, “Barangsiapa mengerjakan kebaikan walaupun seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan walaupun seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula. (Al-Zalzalah; 99:8).
“Tanyakan, ayat Al-Qur’añ manakah yang memberi kabar takut?” perintah Umar.
Jawab Abdullah, “Pahala dari Allah bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong. Dan tidak pula menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah.” (An Nisa’; 4:123)
“Tanyakan pula, ayat Qur’an manakah yang memberikan harapan?” perintah Umar.
“Katakanlah hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah; sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).” (Az Zumar; 39:53),” jawab Abdullah.
Kata Umar, “Tanyakan, adakah dalam kafilah kalian Abdullah bin Mas’ud?”
Jawab mereka, “Ya, ada!!”
Abdullah bin Mas’ud bukan hanya sekadar Qari (ahli baca) terbaik, atau seorang yang sangat alim, atau seorang ‘abid yang sangat zuhud, tetapi dia juga seorang pemberani, kuat dan teliti. Bahkan dia seorang pejuang (mujahid) terkemuka.
Dia tercatat sebagai muslim pertama yang mengumandangkan Al-Qur’an dengan suara merdu dan lantang.
Pada suatu hari para sahabat Rasulullah berkumpul di Makkah. Kata mereka, “Demi Allah! Kaum Quraisy belum pernah mendengar ayat-ayat Al-Qur’an kita baca di hadapan mereka dengan suara keras. Siapa kira-kira yang dapat membacakannya kepada mereka?”
Jawab Abdullah,”Saya sanggup membacakannya di hadapan mereka dengan suara keras.”
Kata mereka, “Tidak Jangan kamu! Kami khawatir kalau kamu yang membacakannya. Hendaknya seorang yang mempunyai famili, yang dapat membela dan melindunginya dari penganiayaan kaum Quraisy”.
“Biarlah saya saja Allah pasti melindungi saya!” jawab Abdullah tak gentar.
Besok pagi kira-kira waktu dhuha, ketika kaum Quraisy sedang duduk-duduk sekitar Ka’bah, Abdullah bin Mas’ud berdiri di Maqam Ibrahim, lalu dengan suara lantang dan merdu dibacanya Al-Qur ‘an.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan yang Maha Pemurah Yang mengajarkan Al-Qur’an.. Yang nienciptakan manusia Yang mengajarkannya pandai berbicara (Ar Rah man: 1 — 4)”.
Bacaan Abdullah yang merdu dan lantang itu kedengaran oleh kaum Quraisy di sekitar Ka’bah. Mereka terkesima merenungkannya. Kemudian mereka bertanya sesamanya, “Apakah yang dibaca Ibnu Ummi ‘Abd (‘Abdullah bin Mas’ud)?”
“Sialan dia! Dia membaca ayat-ayat yang dibawa Muhammad!” kata mereka setelah sadar. Lalu mereka berdiri serentak dan memukuli Abdullah. Tetapi Abdullah terus saja membaca sampai habis. Kemudian Abdullah pulang menemui para sahabat dengan muka babak belur dan berdarah.
“Inilah yang kami khawatirkan terhadapmu!” kata para sahabat kepada Abdullah.
Jawab Abdullah, “Barangsiapa mengerjakan kebaikan walaupun seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan walaupun seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula. (Al-Zalzalah; 99:8).
“Tanyakan, ayat Al-Qur’añ manakah yang memberi kabar takut?” perintah Umar.
Jawab Abdullah, “Pahala dari Allah bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong. Dan tidak pula menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah.” (An Nisa’; 4:123)
“Tanyakan pula, ayat Qur’an manakah yang memberikan harapan?” perintah Umar.
“Katakanlah hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah; sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).” (Az Zumar; 39:53),” jawab Abdullah.
Kata Umar, “Tanyakan, adakah dalam kafilah kalian Abdullah bin Mas’ud?”
Jawab mereka, “Ya, ada!!”
Abdullah bin Mas’ud bukan hanya sekadar Qari (ahli baca) terbaik, atau seorang yang sangat alim, atau seorang ‘abid yang sangat zuhud, tetapi dia juga seorang pemberani, kuat dan teliti. Bahkan dia seorang pejuang (mujahid) terkemuka.
Dia tercatat sebagai muslim pertama yang mengumandangkan Al-Qur’an dengan suara merdu dan lantang.
Pada suatu hari para sahabat Rasulullah berkumpul di Makkah. Kata mereka, “Demi Allah! Kaum Quraisy belum pernah mendengar ayat-ayat Al-Qur’an kita baca di hadapan mereka dengan suara keras. Siapa kira-kira yang dapat membacakannya kepada mereka?”
Jawab Abdullah,”Saya sanggup membacakannya di hadapan mereka dengan suara keras.”
Kata mereka, “Tidak Jangan kamu! Kami khawatir kalau kamu yang membacakannya. Hendaknya seorang yang mempunyai famili, yang dapat membela dan melindunginya dari penganiayaan kaum Quraisy”.
“Biarlah saya saja Allah pasti melindungi saya!” jawab Abdullah tak gentar.
Besok pagi kira-kira waktu dhuha, ketika kaum Quraisy sedang duduk-duduk sekitar Ka’bah, Abdullah bin Mas’ud berdiri di Maqam Ibrahim, lalu dengan suara lantang dan merdu dibacanya Al-Qur ‘an.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan yang Maha Pemurah Yang mengajarkan Al-Qur’an.. Yang nienciptakan manusia Yang mengajarkannya pandai berbicara (Ar Rah man: 1 — 4)”.
Bacaan Abdullah yang merdu dan lantang itu kedengaran oleh kaum Quraisy di sekitar Ka’bah. Mereka terkesima merenungkannya. Kemudian mereka bertanya sesamanya, “Apakah yang dibaca Ibnu Ummi ‘Abd (‘Abdullah bin Mas’ud)?”
“Sialan dia! Dia membaca ayat-ayat yang dibawa Muhammad!” kata mereka setelah sadar. Lalu mereka berdiri serentak dan memukuli Abdullah. Tetapi Abdullah terus saja membaca sampai habis. Kemudian Abdullah pulang menemui para sahabat dengan muka babak belur dan berdarah.
“Inilah yang kami khawatirkan terhadapmu!” kata para sahabat kepada Abdullah.