Kisah Mualaf AS Hoda Boyer: Dari Al-Azhar ke Oak Park

Sabtu, 12 November 2022 - 12:34 WIB
Suatu kali saya pergi ke the American University Kairo, dan menemukan sebuah buku. Di dalamnya terdapat peta Kairo dimasa Dinasti Fathimiyyah --sebuah dinasti Syi'ah yang memerintah sekitar tahun 909 sampai 1171.

Peta itu menggambarkan pembagian wilayah dan jalan-jalan utama di Kairo di masa itu. Ternyata jalan-jalan itu hingga kini masih menggunakan nama yang sama.

Saya berjalan keliling kota. Di salah satu sudut peta tertera tulisan 'pembuat arang' dan lokasi itu ternyata masih ditempati pembuat arang. Di bagian lagi terdapat petunjuk adanya pengrajin tembaga, setelah saya periksa ternyata di lokasi itu masih ada pengrajin tembaga.

Tukang tenda juga masih ada di lokasi semula. Di situ orang-orang sedang membuat kain tenda, menjahit, dan memasukkannya ke dalam kantung-kantung.

Tampaknya ada upaya yang sungguh-sungguh untuk melestarikan lokasi-lokasi bersejarah. Dan harap Anda tahu, busana masyarakat Timur Tengah tak pernah berubah, mungkin sejak zaman Nabi Ibrahim.

Suasananya mirip sekali dengan museum hidup, bagaikan menggeser kehidupan ke masa lalu. Begitu romantis --seperti yang diimpikan oleh para ahli sejarah seni. Mengamati semua itu saya seperti mabuk kepayang, dan dengan mudah melupakan hal-hal yang lain.

Peta itu ada di dalam buku yang berjudul Fatimid Cairo. Ada sejumlah foto lama yang menggambarkan bangunan-bangunan yang hingga kini masih berdiri. Di buku itu juga ada peta yang dibuat ketika gedung-gedung itu baru dibangun. Peta itu menunjukkan bangunan mana yang masih ada dan juga gedung yang telah dibongkar.

Ada sebuah masjid dengan ornamen kayu yang indah, yang dibangun pada 1200-an. Karena keringnya udara, bangunan masjid itu jadi tahan lama.

Biasanya saya selalu sholat di masjid. Di Mesir kaum wanita mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Wanita dari kalangan kelas menengah biasanya datang ke masjid-masjid untuk mengerjakan sholat. Ada juga kaum wanita yang berjualan buah-buahan di warung-warung sekitar masjid. Di bulan Ramadhan, orang-orang tumpah ruah di jalanan. Dan kaum wanita boleh masuk ke mana saja.

Tidak demikian halnya dengan Sudan. Di negeri itu, pada 1981, saya tak diizinkan masuk ke masjid. Begitu pula di Kashmir, saya ditempatkan di ruang khusus wanita yang tampaknya sudah lima belas tahun tak pernah dipakai.

Debu berserakan di mana-mana. Memang, kaum wanita di negeri itu tak terbiasa datang ke masjid. Karenanya meskipun ada ruangan yang sengaja dibuat ketika masjid itu dibangun, tetap saja tak pernah digunakan. Karena ruangan untuk wanita itu tertutup dan agak jauh, Anda tak akan dapat mendengarkan Imam. Oleh sebab itu Anda tak seperti sedang sholat berjamaah. Kalau saja saya tak pernah tinggal lama di Mesir, mungkin saya tak akan begitu kecewa dengan pengalaman itu.



Rahmat yang Mengalir

Di Mesir, ada banyak masjid besar sebagaimana tertera dalam buku-buku seni. Tetapi lebih banyak lagi masjid-masjid kecil yang tersebar di wilayah-wilayah kumuh. Masjid semacam ini hampir tak pernah menarik perhatian para turis.

Bagi seorang Muslim, keindahan sebuah masjid tak semata-mata terletak pada bentuk arsitekturnya, tetapi juga pada perasaan berada di dalamnya. Ada perasaan tenang jika Anda masuk ke sebuah masjid. Ada rahmat yang selalu mengalir, karena masjid-masjid itu telah digunakan untuk shalat selama ribuan tahun lamanya. Masjid-masjid yang telah berubah menjadi museum tak akan menimbulkan perasaan semacam itu.

Amat jarang rasanya saya menemukan masjid yang tak saya sukai. Salah satu kesukaan saya adalah mengunjungi masjid-masjid yang tak banyak diperhatikan orang, bak perhiasan yang tersembunyi. Misalnya Masjid Mamluk yang dibangun pada 1350 dan hingga kini masih utuh. Masuklah dan coba sholat di dalamnya.

Pada saat pembangunannya, masjid-masjid itu banyak didukung pendanaannya. Di sekitar masjid dibangun toko-toko. Dan penghasilan dari toko-toko itu digunakan untuk menyokong keuangan masjid. Sebuah sistem yang amat bagus yang hingga kini masih berjalan.



Berhenti di Perancis

Di bagian selatan Perancis, banyak gereja yang dihiasi dengan huruf-huruf besar gaya Romawi, yang tampak begitu jelas, dan dibingkai dengan hiasan kecil-kecil dan indah. Saya menemukan beberapa gereja yang juga dihiasi dengan tulisan Arab yang berbunyi: Bismillah-ar-Rahman-ar-Rahim. Saya terheran-heran dibuatnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abdullah, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Sesungguhnya Islam muncul pertama kali dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing pula, maka beruntunglah orang-orang yang terasing.  Abdullah berkata, Dikatakan, Siapakah orang-orang yang terasing itu?  beliau menjawab: Orang-orang yang memisahkan diri dari kabilah-kabilah (yang sesat).

(HR. Ibnu Majah No. 3978)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More