Kisah Mualaf AS Hoda Boyer: Dari Al-Azhar ke Oak Park

Sabtu, 12 November 2022 - 12:34 WIB
Perjalanan Muslim ke Barat terhenti di Perancis. Tetapi sebelum itu Perancis bagian selatan sebenarnya wilayah yang sangat Islami. Saya tak tahu persis, apakah mereka telah dipaksa pindah ke agama Kristen atau apakah para seniman di sana hanya mengikuti tradisi yang tak dimengerti maknanya.

Kalau Anda tidak mengerti bahasa Arab, ornamen dalam gereja itu tampaknya seperti hiasan arabes biasa. Tetapi kalau Anda memahaminya, Anda pasti akan terkejut dengan makna hiasan yang ada dalam gereja-gereja itu.

Dan tentu saja, di Spanyol sejarah Islam telah berakhir karena masyarakat Muslim di sana telah dipaksa untuk masuk Kristen dan ini terus berlanjut selama beberapa waktu.

Ketika mengunjungi Cordoba, saya masuk ke Masjid Raya, yang di tengah-tengahnya dibangun sebuah gereja. Masjid itu benar-benar indah. Saya memasuki masjid besar itu di suatu siang. Tak banyak orang di dalamnya. Karena waktu sholat telah tiba, maka saya tunaikan kewajiban sholat saya.

Selesai sholat, di belakang saya berdiri seorang laki-laki Spanyol. Ketika itu saya pikir saya telah melakukan kesalahan. Tak tahunya pria itu mendekat dan berucap "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salaam;" jawab saya. Dia mengundang saya mampir ke rumahnya. Belakangan saya tahu bahwa dia salah satu penjaga masjid itu, yang dipekerjakan oleh Kantor Pariwisata setempat. Ia dan keluarganya adalah kripto-Muslim. Mereka telah menjadi Muslim sejak sebelum 1492.

Dia perlihatkan foto-foto keluarganya, kakek neneknya berbusana Muslim, mengenakan jubah dan serban. Ia benar-benar kagum dan tak percaya melihat seseorang sholat dalam masjid itu. Kini ada beberapa komunitas sufi tinggal di sana.

Pada bulan Ramadhan, mereka mengerjakan sholat sunnah dan juga aktivitas-aktkvitas lainnya. Lingkungan mereka memang kurang mendukung. Penjaga masjid itu bercerita kalau orang-orang tahu bahwa mereka Muslim, bisa-bisa mereka dianiaya.

"Dari luar kami berpura-pura menjadi pemeluk Kristen, malahan pergi ke gereja segala. Tetapi di dalam hati kami tetap berpegang teguh sebagai Muslim;" katanya.

Mereka menyimpan Al-Quran di tempat yang tersembunyi, dan tetap membacanya. Penanggalan Hijriyah untuk bulan Ramadhan telah ditandainya untuk keperluan selama 500 tahun.

Dia benar-benar tersentuh melihat seseorang melakukan sholat di masjid itu secara terang-terangan. Tetapi, saya pikir, ini kan masjid dan ketika waktu sholat tiba, saya pun segera sholat. Lantas apanya yang salah?

Ia katakan, keluarganya merasa seperti pelindung Islam di Cordoba; merekalah yang menjaga kebersihan masjid, membuka dan mengunci pintu-pintunya. Dan mereka memilih melakukan pekerjaan itu karena ingin menjadi Muslim secara bersungguh-sungguh, meskipun harus sembunyi-sembunyi.

Sebagaimana diketahui, di masa Inkuisisi siapa pun yang dicurigai akan dibunuh atas nama Kristus. Karenanya masa itu benar-benar tak aman, tetapi mereka tetap melindungi dan menjaga masjid sebagai bagian dari kewajiban mereka terhadap agama Islam.

Saya pikir ini merupakan contoh yang baik bagaimana keislaman seseorang dapat dirahasiakan dan tetap dipegang teguh selama bertahun-tahun, sambil menjaga tradisi dan masjid itu.



Melempar Tulang

Untuk dapat menarik masyarakat, sampai tingkat tertentu, sebuah agama haruslah dapat menyesuaikan diri dengan tradisi setempat. Jika tidak, mempengaruhi orang-orang untuk pindah agama tak akan berhasil dalam jangka panjang. Dalam hal ini, baik Kristen maupun Islam, telah mampu beradaptasi dengan tradisi animisme penduduk asli Afrika. Anda dapat menyaksikan hal ini di Sudan. Di sana masih ada tradisi melempar tulang untuk meramal masa depan.

Dan di Sudan, seorang wanita tak boleh kawin sebelum dia disunat. Ini merupakan tradisi yang mengerikan. Akibatnya mereka terserang infeksi. Bagi mereka, masa-masa menstruasi adalah penderitaan yang berkepanjangan. Tetapi, jangan salah paham, tradisi itu bukan tradisi Islam. Dan ternyata orang-orang Kristen di sana juga melakukannya.

Orang-orang Sudan merupakan Muslim yang baik. Bayangkan, mereka tetap berpuasa di bulan Ramadhan, meskipun udara panas sampai 120 derajat (Farenheit).

Ketika saya mengunjungi pelabuhan Sudan, saya pernah menyaksikan seseorang harus mengalami kematian gara-gara ngotot berpuasa di bulan Ramadhan. Dan seorang Imam kemudian berkata, 'Tidak, bukan itu yang dimaksud. Demi Tuhan, jika engkau merasa letih, minumlah. Maksud puasa di bulan Ramadhan sama sekali bukan untuk mencari mati." Memang orang-orang di sana benar-benar rela mengorbankan hidupnya untuk berpuasa di bulan Ramadhan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
فَاِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا (٥) اِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا ؕ‏ (٦) فَاِذَا فَرَغۡتَ فَانۡصَبۡۙ (٧) وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ (٨)
Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

(QS. Al-Insyirah Ayat 5-8)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More