Kisah Persembunyian di Gua Tsur dan Bukti Cinta Abu Bakar
Sabtu, 11 Juli 2020 - 11:29 WIB
Di samping semua itu, Abu Bakar juga selalu memikirkan nasib kaum Muslimin yang tinggal di Makkah, mengatur segala cara untuk ketenteraman dan keamanan hidup mereka.
Tindakan Abu Bakar dalam melindungi kaum Muslimin ketika agama ini baru tumbuh, itu pula yang menyebabkan Nabi Muhammad lebih dekat kepadanya. Inilah yang telah mempertalikan kedua orang itu dengan tali persaudaraan dalam iman, sehingga Nabi Muhammad memilihnya sebagai teman dekatnya (khalilnya).
Hijrah ke Madinah
Setelah dengan izin Allah agama ini mendapat kemenangan dengan kekuatan penduduk Yasrib (Madinah) sesudah kedua ikrar Aqabah, Nabi Muhammad pun mengizinkan sahabat-sahabatnya hijrah ke kota itu.
Sama halnya dengan sebelum itu, beliau mengizinkan sahabat-sahabatnya hijrah ke Abisinia. Orang-orang Quraisy tidak tahu, Nabi Muhammad ikut hijrah atau tetap tinggal di Makkah seperti tatkala kaum Muslimin dulu hijrah ke Abisinia.
Tahukah Abu Bakar maksud Nabi Muhammad, yang oleh Quraisy tidak diketahui? Segala yang disebutkan mengenai ini hanyalah, bahwa Abu Bakar meminta izin kepada Nabi Muhammad akan pergi hijrah, dan dijawab: "Jangan tergesa-gesa, kalau-kalau Allah nanti memberikan seorang teman kepadamu."
Dan tidak lebih dari itu. Di sini dimulai lagi sebuah lembaran baru, lembaran iman yang begitu kuat kepada Allah dan kepada Rasulullah. Abu Bakar sudah mengetahui benar, bahwa sejak kaum Muslimin hijrah ke Yasrib, pihak Quraisy memaksa mereka yang dapat dikembalikan ke Makkah harus dikembalikan, dipaksa meninggalkan agama itu.
Kemudian mereka disiksa, dianiaya. Juga ia mengetahui, bahwa orang-orang musyrik itu berkumpul di Darun Nadwah, berkomplot hendak membunuh Nabi Muhammad. Kalau ia menemani Nabi Muhammad dalam hijrahnya itu lalu Quraisy bertindak membunuh Nabi Muhammad, tidak bisa tidak Abu Bakar juga pasti dibunuhnya.
Sungguhpun begitu, ketika ia oleh Rasulullah diminta menunda, ia pun tidak ragu. Bahkan ia merasa sangat gembira, dan yakin benar ia bahwa kalau ia hijrah bersama Rasulullah, Allah akan memberikan pahala dan ini suatu kebanggaan yang tiada taranya. Kalau sampai ia mati terbunuh bersama dia, itu adalah mati syahid yang akan mendapat surga.
Sejak itu Abu Bakar sudah menyiapkan dua ekor unta sambil menunggu perkembangan lebih lanjut bersama kawannya itu. Sementara sore itu ia di rumah tiba-tiba datang Nabi Muhammad seperti biasa tiap sore. Ia memberitahukan bahwa Allah telah mengizinkan ia hijrah ke Yasrib.
Abu Bakar menyampaikan keinginannya kepada Rasulullah sekiranya dapat menemaninya dalam hijrahnya itu; dan permintaannya itu pun dikabulkan.
Khawatir Nabi Muhammad akan melarikan diri sesudah kembali ke rumahnya, pemuda-pemuda Quraisy segera mengepungnya. Rasulullah membisikkan kepada Ali bin Abi Thalib supaya ia mengenakan mantel Hadramautnya yang hijau dan berbaring di tempat tidurnya. Hal itu dilakukan oleh Ali.
Lewat tengah malam, dengan tidak setahu pemuda-pemuda Quraisy beliau keluar pergi ke rumah Abu Bakar. Ternyata Abu Bakar memang sedang menunggunya. Kedua orang itu kemudian keluar dari celah pintu belakang dan bertolak ke arah selatan menuju Gua Tsur. Di dalam gua itulah mereka bersembunyi.
Pemuda-pemuda Quraisy itu segera bergegas ke setiap lembah dan gunung mencari Nabi Muhammad untuk dibunuh. Sampai di Gua Tsur salah seorang dari mereka naik ke atas gua itu kalau-kalau dapat menemukan jejaknya.